jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Rabu, 15 Desember 2010

TELAH KUJEMUR BINTANG

lanjutan : Puisi-puisi Nella S Wulan

6

telah kujemur bintang



terik siang tadi demikian bersahabat

bebintang kemarin lalu yang telanjang dan gigil

erang beranginangin diseutas tambang tali

mengayun akan terpa sayapsayap bayu

hingga kering, pun tak lembab!


lantas usai senja, kau kembali pesonakan jagad

meraya bersama bulan

bintang

malam

bintang

terang

hingar

senyap


: semoga tiada dentang yang lalu kuyupkanmu


*****

bdg, 15 Desember 2010


7

refleksi pendidikan

by Nella S Wulan on Thursday, December 30, 2010 at 10:19am

menyapa refleksi pagisenja

dihamparan bukubuku pendidikan dewasa ini. kancah pergumulan yang peluh.

pada setiap musim sebab edukasi tak mengenal cuaca, dipenghujan, kemarau

juga semi jika boleh ada dinegeri ini, haruslah rebak dengan bebunga anak -

anak bangsa. musim semi seharusnya memukau seperti pelangi. bagai kebun

bunga semilirnya tegak tunastunas pelaju. tiada bangga akan ditopang, tapi

buncah kemandirian pada langkah mana bergulat, berseteru dengan kawan se

perjuangan. susahpayahkah melaluinya? beberapa kita pacu tepis kebodohan

di harap pada gemilang esok.dibenak siapa pada setiap musim, pendidikan ha -

rus seksama terrefleksikan. beserta penapena motivasi yang tak dusta catat

kan cita. tanpa mengucilkan, mengecilkan,sebab mengumpulkan larilari kita kejar

mimpi bangsa yang telah. layak tuk saling asih asah asuh!belum terlambat bukan?

tegak , lantas tokoh pendidikan senyum sebab kau menang dan aku pun! pada

setiap jalanan masa serta musim digeliatnya tetunas meraih mekaran kelopak.

kita, aku telah berikan sorak belum lengkap, negeriku: dunia bangga sebabmu ...

*****

bdg, 30 Desember 2010

~ sukses acara refleksi pendidikan pagi ini, di gedung indonesia menggugat.


8

di timur kota melabuh angin

: untukmu, Bu


kini ku di timur kota, genangi pepatahmu

ibu, segenap penjuru gemakan dada riuhmu

yang sarat akan retas ku diesok ketika kembali

ku buka jendela, riakki bebulir


bu, apalah daya dikokoh bebatang kering dedaunan

gelora setiap sauh angin, ajakku layangi camar

beranjak sedari pagi dari rangka lengan , lalu menggembala

aku tersungkur mendapatimu selami doa, untukku bu ?


di timur kota melabuh angin, palung kokohmu hangat

pejammu khusyuk betapa, dari dera panggung

aku melompat, seperti inilah adanya : dari likat ke buih

pantai lantas rimbun pepohon, ke udara : ia ajakku menari camar


kemudian aku berlayar lagi dibungkus bumi

dikejar belulang berlemak berdarah

bu, apakah mereka kisahkan kabar malaikat

yang melabuh angin, melarut pada gemuruh dunia


*****

bdg, 9 Desember 2010


9


epigram angin


bagaimanapun

petualangannya mencabik angin

kisah yang ronta

lengan melumpur merah

sumsum tulang memerah, pun leleh


pori basuhi dinding lapakmu

lubangi setiap lubang

dengan jengkal dari licin lendir

dari jejak hujamkan tetaring

: kokoh derap meniup kering


mohon tiada asam yang khusyuk berpayung


*****

bdg, 12 Desember 2010


10

semesta ini terus bergetar menggerus waktu

menumbuk bayang. meliliti mentari dengan cincin

kasih. hingga mengingatmu adalah usikku. pan -

cing mengata melonjong lonjor pada lompatan usia

yang siapa entah membuat cacat. terpekurku di-

tahun kesekian. sebab gerimis tiada asin, mendung

sedari lalu selebat kelokan waktu.

usia panahkan tamengtameng dari henyak tanya .

ketika tawa diujar dzalim, tak pula memantas bisu

pasi membungkam. lantas bagaimana bijak merapat?


wahai Tuhan, tunjukkanl sejati adil. bilakah tiba me -

mutih denyar usia dari kewajaran kini dan kelak, tiada

apapun lari lambaikan keroyokan . ketika usia kita

berlompatan cengkeramai debudebu. taruh milikmu

mu jauh. jangan gentakan.

ketika lompat ku merasa muda, tua, memuda

memuda . masihku, masih kita laju . . .

********

bdg, 15 Nopember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar