jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Minggu, 17 April 2016

LAMPU DADA IBU


pagi ke senja
berbongkah jantung perempuan
setia iringi tapak tapak lelaki
disekepalan denyut
: di pasir, di lautnya
terkadang
merupa butir lompatan bola bekel
yang lalu kembang mengepal
berbongkah kuncup bunga

untuk berbongkah jantung
setia rasai pagi mentari
ia terang dari setangkup gulita
orang bilang ia temaram
bersimbah asap
berseteru dengan kabut
darinya muncul dua sumbu penjernih
: terbuat dari semprotan air
dan lampu dada ibu

ibu membawa dada suluh
ibu peluk buah kasihNYA
dari Sang segala Anugerah
engkau sesap
dua sulur suara beda
oh asap, burai ia
dari selang selang lebar, dari langit
serta lampu bibir ibu
hingga jernih serta muda bumi


*****Bandung, 10 Oktober 2015

Puisi Lampu Dada Ibu, salah satu puisi saya
diantologi 'Rahim Puisi'
bersama 21 penyair Wanita 5 Negara ASEAN, akan
launching di Bandung, Selasa, 26 April 2016

PADA 'AKU'MU :Chairil Anwar (23/04..... - 1943)

PADA ‘AKU’ MU
tribute teruntuk penyair: Chairil Anwar

pagi masih sejuk
serupa pagi ke pagi masamu
mentari setia
masih mentari yang dulu merindu terjang
meski, ayam jantan kini
tak mesti berkokok usai langit tebar bebintang
pun angin terbang
jumpai wewarna carut juga halus lenggang

pada ‘AKU’mu
panggung kelas kecilku menghentak
ambil ancang ancang
terangkat tungkai
sembari berseru kepal: untuk maju!

pada hamparmu
ingin tiba jua diseribu tahun
‘AKU’mu tak hanya diduapuluhan lembar almanak
abadi, setia untuk tak berbagi cermin
meski serbuan bayang, betapa lekat mendekat

pada ‘AKU’mu
engkau tiba diwaktu dengan tak seorangpun ganggu
riuhmu, gelimang jerit tawa dan tangis kelu
‘AKU’mu, disepuluh penghujan telah kau akrabi
berpeluh zaman,ber tubuh hangat
berselimut sejumlah musim

mendapati hadiahNYA, tenang di rumahNYA,
di sini kita masih, menyimak pintu ke pintu membentuk ketukan
membuka nutup jendela ke jendela elegi
lebar sempit lengkung bumi
sauh sejati , hela tarik diri

***** Bandung, 02 April 2016




KETIKA RINDU

angin musim
kabarkan sinar dan debu
di sela jernih rimbun
: di mana malaikat terbang
pukul duabelas ini ?

angin musim
tahukah engkau
yang bertalu talu ialah bebintang
sepagi senja
bawa sekecil kebaikan apapun untuk terang

angin musim
denting senyap
di lompatan bersayap sayap
: biar, biar senyap memelankoli
sebab jauh menempuh retakan rindu


*****Bandung, Maret 2013

DARI JENDELA LEMBAH

tangan siapa di pintu, menetapi buka atau apa, dengan gerak tungkainya
telah tiba di petak beranda, sekitar, tetumbuhan terisak, kuyup berhuruf huruf.
rerumput lembab, oleh dekapan hari hari. buka dan terbanglah! sebelum datang
seorang lambat. ingatlah untuk setiap belokan: menoleh ke belakang
menangkup telapak, basuhi ruas ruas jari, guyur di sana, mengenai tanah senja
yang menanam nafas. dari jauh dekat bebulir menjadi riwayat, oh betapa!
tanah senja menelan kelam, munculnya mentari mengupas remang, maka lompat
dan terbanglah! untuk warnai seberapa nyala tanah dan pilar pilar pohon


*****Bandung, Oktober 2012

note: 3 Puisi ini dimuat diantologi Tribute untuk Penyair Chairil Anwar.
Pejuang & Penyair senior yang bersemangat, 27 tahun usianya dengan
memberi warna pada Perpuisian Indonesia.
Launching Antologi 23 April 2016

SEPAGI DEBAR


ada yang menari nari diterbang angin
senyap meredam tanya
:wahai bagaimana muasal kerutan kening
senja kian pagi mendapati denting

maka, kabarkan tentang mentari
timur ke barat dibasah jingga
kekuncup, bertelapak mekar segera
sebelum kokok esok ayam jantan

adakah ia membacanya sepagi debar?

ketika tiba sapa senja
bebintang bermain sinar kelok
berpasang bebahu merebah renja
untuk cercah merentang esok

tiba tiba hujan berlesatan
meraut kenang akan dingin
membawa celah ingatan
seteru kering basah bergunduk ingin

adakah masih, ia membaca sepagi debar?

***** Bandung, 12 April 2016