jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Kamis, 29 Desember 2011

MENYIMAK KERJAP

simak, bebintang nanti akan lucuti rerupa rasa
disetiap jarinya, buncah memucuk denting
tepian gemetar hingga berdentangan tetulang
hingga liku likulah alur geriap darah mendayung

pada kelahiran arus yang kerjap getar
berdepa depa alirnya terhirup dayung
memuncak pucuk bebintang
l u c u t i rerupa rasa

*****
bandung, 30 Desember 2011

Rabu, 28 Desember 2011

PETA


didenting ranting ranting yang gelantungan
wadahi dedaun untuk beranjak teduhi pejalan kaki
di taman kilau senyap, tempat dada lirihkan degap
selayang cipak kecupan


betapa penghujung ini disambut nyala nyala api , meruak
ujaran kata nyala dari dedaun kukus dan gelap_mentah dan
matangnya derakkan reranting, semilir angin, tulang daging
api dipelukan batang pepohonan, menyalak nyala, berebut
kemilau. sedangkan pasir pasir debu buncah melayang
semburatkan piuh layung dijingga nada

berikutnya membentuk peta, batang reranting serta dedaun
luruh melayang layang, setelah menekuri tangkai
memetakan jalan mana mesti tempuh dari kilometer lalu ke jalur
esok . tepukan dedaun dan bebunga indah. melulu biru dengan
sesekali gerimis pun petir menitikkan bulir di dahi , wajah, leher,
perut serta tangan hingga tungkai kaki ke jari jari. keterkejutan
sesekali rangkai luapan kata dengan merinding sorot
jelaskan lajur kutempuh, dan esok tegarnya memeta
nyala akanku, bulir bulir netes di pori pori mengisap inchi

*****
bandung, 29 Desember 2011


PENGHUJUNG 2011

bungkusan 365 tanggal tanggal di 2011 telah hampir kita kupas
rerupa isi : pepel, kisut pun layu, aneka rasa: masam, pahit, manis,
pedas menerus tebar di bongkah lapang. menelannya kadang cekat
dan berbagi teguk hingga lolos ke dalam. lidah tak bohong, ia ucap
bila itulah yang dirasa, takkan pedas ia ujar asam. tak pula asam_ ia
ujar manis, apa adanya lucuti rerupa rasa.

telah hampir tuntas berjalan di tahun ini, tetap ayunku, dengan
ragam kata dari tiga ratus enam puluhan hari yang terlewat. ada bisik-
an, tawa canda, tawa ragukan, duga, bahkan jeritan tak berdasar. acap-
kali kudiamkan. bahwa yang keliru akan tersadar jika ia keliru sangka.
ketukan ketukan berlarian, dilompatan batu batu hampar. betapa
kian bebau harum, anyir juga getar telah hidang di meja lalu. masih
senja berbaris disekian pagi. mentari dengan tulus songsong hangat
senyumnya. dari cengkeram embun yang cakarnya memucuk denting.

*****
bandung, 29 Desember 2011 ( 08.25 wib )

Kamis, 22 Desember 2011

RETAK CAWAN IBU

retak cawan isak ibu,
namun tak punyaku

cawanku kering, bu,
telah teramat lama
tak mengisakkan bebulir


*****
bandung, 23 Desember 2011

Senin, 19 Desember 2011

MOHONKU

batang, reranting dan daun daun_peta jalan ke mana menuju
tatap terbang daun basah rebahan di kelopak bunga, kusapa,
t a k k u t a n y a , meski tak lainnya tempati ada

ini retak genggam, Tuhan
lindungi

*****
bandung, 20 Desember 2011

Kamis, 15 Desember 2011

TERKASIH, IBU


memikirkan ibu duduk di kursi mesin jahit
mengait benang, menaut kancing _ agar kasih sayang tak berai
di decak dan hening karunia buana
menisik sobek, dengan lampah langgam bagiku di titian langkah

bermimpi ibu, kasihnya mengisah sejati tutur dan ucap diri
semesti santun ditegar jalan dan larian kita di rerumput dan aspal basah
kaki tabah ibu gerak depan belakang di mesin jahit
mengatur gulungan benang, tertib jarum mendulum kain
hingga rapi merupa blus untuk hangat kukenakan
derit kabel sesekali usang, tetap ibu menjahit doa kebahagiaan

note:
* puisi dibuat awal Maret 2011, ada beberapa perubahan
* dibacakan tadi sore di launching & bincang buku Amazing 30 (Beta Kun N)
dan buku kisah-kisah inspiratif: For The LOVE of MOM (Dyah P,dkk), dari grup Ibu-Ibu Doyan Nulis

*****
bandung, 16 Desember 2011

Help me dear Lord, as a mother, I pray. And bless these hands folded in prayer today
. . . And may they show, wisely, the right from the wrong. So that oneday I'll know that
I've helped all I can. To make her awoman, to make him a man (:Mary A.Loberg)

with bunches of love and pray of mine (: nsw)

SEBAB ESOK TAK BERTEPI


tak hendak kubertanya pada mentari
mengapa setia menderas hangat
sebab melarik larik telah huruf indah,
manis, asam pun berdebu hingga cemerlang

terkadang badai hembus hingga nyala
hangusi relung dan telinga siapapun
pasi bibir dan gincu terlukis dinafasnya
wajahku_adakah pula menegak dinyalamu

sebab esok tak bertepi _ juga lusa
juga esoknya lusa, selalu kuingat
tubuh, lengan lengan mereka semburat jingga
wajahmu_adakah pula jinggakan senyum

sebab kuingat esok tak bertepi, nafaskan
nafaskan melankolia hakikat di pangkuan bumi
sebab kuingat masih, pagi yang kita petik
k u i n g a t

*****
bandung, 15 Desember 2011

Selasa, 13 Desember 2011

LKETINGA


kalung berjuntaian di kening, leher dan legam dada
gimbal untai sisiri warna cerah rambut
di padang lapang, ritus aksesori pesonai sosok semak
jilidan risalah sungkan dinalar, sebab khalayak akan
sulit pikirkan, ketertarikan kasih tulus : gadis pirang
memanah masai tegar _ Lketinga!

hakuna matata, corinne!
nampak aku mengenal hangatmu
berbalut kisah haru, didesah cerlang cokelat keemasan pijar
cengkeramai hari hari muda di pedalaman samburu
dari gemerlap metro hingga merebah di gubuk masai, manyatta

bertahun tahun, puluhan kali purnama
catat genggaman erat: sepasang kekasih membuah hati
jambo! jambo!
lahir kelucuan napirai

pole! pole!
tarian conga meliar di festival
lompatan masai bagai bulu bulu yang ditiup
kibaran rerambut untaian panjang
tubuh telanjang, berpeluh kilau
erotisme dibawah rimbun bebintang
jerit nyanyian dengan goyang para gadis berderet berkalung manik
hiasan dada buka, diliuk dendang conga

( *terinspirasi dari The White Masai, Corinne Hoffman, thank's )

*****
bandung, 14 Desember 2011

MENIT MENIT

bumi senantiasa lahirkan pagi rindunya, walau bebulir nampak kian jarang. pucuk pucuk kata meriah dibinar senyum dan tenangnya huruf huruf. kalam Allah , padanya kita tangkupkan segala kasih dan indah doa. dengannya angin hembuskan sejuk lariannya diri, di bawah tatap kepak kepak gagah

menekuri menit menit _ ialah tatapan, menyimak, menciumi, rasai tapak tangan, kaki kaki serta wajah wajah

adakalanya tersandung bebatu kerikil. dihentak pontang panting debu debu. atau buncah teriakan dari tepuk tangan. jernih bebulir melangka, dari langkah tungkai. bisa dilihat, bila kemarin lalu gemuruh acungan jari jari, dari hari ke hari susut. rerupa sebab entah sungkan kupahami. sekian lesat menit menit untuk tegak tetulang serta daging darah. ingin kucium
bahagia sejati _ padamu, semoga merdu senandung doaku.

*****
bandung, 13 Desember 2011

Minggu, 11 Desember 2011

R I N D U

ketika detak detik di duabelas tanda, pampang di dinding
kukira degam senyap jantungmu _ jadi pagi dibilik jendela




*****
bandung, 11 Desember 2011

Kamis, 08 Desember 2011

LAVENDER


diam diam senja melantunkan serenade lavender, untuk malam khusyuk tak
bernyamuk. ia, isyarat hidupnya malam, bila temaram tak aromakan lavender,
tumbuh kepaknya merupa leliku keresahan lelap. seperti tak lelapnya bebera-
pa hari, ketika mata tatap pandang, ia perbincangkan kata sunyi. telingamu ,
telingaku entah saling menyimak apa. huruf huruf bertebaran, tandai kisah
kisah yang telah pontang panting berlarian. tapi syukurlah, jendela dan pintu
hati bumi merindu syahdu. urai setiap pintal benang kusut. kasih telah la -
pangkan untaian. cinta dan damai, merupa lorong indah. mewangi ketika se -
jumlah tapak tapak melangkah dan saling genggam lavender hati. lilin lilin se -
ketika rampak menyuluh. pucuk pucuk nyala, mengobar hangat. dinding lorong
memiuh, semburat api pun toreh di pipi dahinya.

lavender mekar, tepiannya rerumput ilalang. gapai angin, untuk turut terpercik
harum. ia melantun anggun, penuh cinta, menghenyak penyimak. lalu, lengan
lengan masih terayun diaroma lebuh genggaman. diam diam ingin kubaca tubuh-
mu, tapi siapalah aku. hanya penyuka apapun yang harum, terlebih bila itu tang-
an tangan dan kelopak mata. sertamerta aku padamu. kemudian senja beranjak
malam, percayai diri mereka baik. embun esok masih membulir. ia, selalu jernih.
begitupun senyum, doa dan bahu lengan tegarmu. kukuh menghirup binar
kelopak.

*****
bandung, 08 Desember 2011

HUJAN HUJANAN


"ayo lari !" teriak seorang temanku berpayung _ mengajak kami

bersama, setelah dering bel siang, usai menyimak, menekuni buku

pelajaran di ruang kelas. berebut mencari pegangan payung,mes-

ki hanya payung kecil tapi tetap berbondong bondong kita serbu_

aku dan teman teman SD Pleburan, bertahun silam. celoteh riang,

teriak, cekikikan sebab menahu hanya berdua saja yang dapat di-

teduhi layarnya. teman teman saling senggol, beberapa terjerem-

bab jatuh. seseorang terduduk di tanah becek, rerumput lumpur,

dengan kubang sana sini. kita tertawa, walau ia teriak. seorang te-

man ulurkan tangan, ia terbangun dan masih berbasuh cipratan lum-

pur dari langkah teman teman di depannya."sudahlah, dengar lagu

merdu alam dengan segala basah ini," ucap lirih seseorang.


tertunduk tunduk kita berpegang tangan, walau tahu, hujan tetap

menderas guyur kepala. beriringan menarik popop, sahabat pandai,

yang selalu dibekali payung oleh mamanya bila tiba penghujan. kita

injak rumputan lumpur, ada sukacita dari cipratan kubangnya. saling

ejek, saling dorong dengan hujan sepanjang jalan menuju rumah.

bila kendaraan lewat, habis sudah basah hujan oleh becek lumpur.

tak ada yang marah, hanya umpatan lucu dan ketawa hahahihi yang

terlontar. beberapa hari selalu begitu. dengan teman teman, hujan-

hujanan. menikmati deras pergumulan awan, yang mungkin merupa

tangis pilu atau bahagianya langit. pun petir, sesekali membahana. "itu

suara sang raksasa batuk!" kata seorang temanku dengan serak, sebab

beberapa hari kehujanan. hujan tak membiar kita dicengkeram tangan

sunyi, sebab perbincangan rintik pun kelakar usai basuhnya, terkadang

jingkatkan bebulu remang.


*****

bandung, 08 Desember 2011



Selasa, 06 Desember 2011

GEMPITA


gempita adalah mentari yang setia
menyingkap lembaran mimpi
embunkan tumbuhan dari hiruk pikuk senyap
pesta poranya _ merenda pagi

gempita pun merindu kasih
terkoyak dentang genta, melahap hari
kunyah sabar menggenggam jari
gejolak impian _ dikelopak usia

*****
bandung, 07 Desember 2011

Minggu, 04 Desember 2011

PEMETIK


sepagi ini ia datang, menyobek pagi
kibar kepak sayap sayap
dengan paruh warna, serta cakarnya
membawa cawan cawan kaca
mengetuk, kupersilakan masuk
duduk dan tersenyum
"ingin kupetik bebulir dari pelupuk
matamu."
"oh, begitu?
tapi takkan penuhi cawanmu, wahai
burung berhati mulia,
sarungtangan cakarmu sutera
takkah akan sayat oleh sembilu haru
tetesku?"

burung berparuh warna, cakar bersarung
tangan sutera_ mematukki bulir kecil
beberapa saja
segera ia mengepak, dengan cawan kaca
di pembuluhnya, yang lain dicakar sutera
lesap, ke langit awan


*****
bandung, 05 Desember 2011

UPACARA SENIN

di negeri pagi, berawal pekan derap topi, dasi, seragam ,

kaoskaki dan sepatu hitam. sebab upacara, sepatu mestilah

hitam, bukan merah jambu atau kuning lembayung. sepagi

mungkin ayun langkah ke sekolah, menimba ilmu, bermeter

meter tali tambang gelantung di besi langit langit ruang kelas.

untuk raih benak dengan isi isi keindahan yang bermanfaat.



ritual senin

siswa berbaris, pengajar pagi dan pendidik senja berjajar di

depan. bersama di lapangan, menatap tiang bendera yang

tarikannya ke ujung tiang, rindingkan bebulu kuduk di semilir

rindang pepohon sekitar. agar kekuncup daun dan bebunga

tak tumbang.



penghormatan awal, pimpinan pasukan kepada pemimpin upa-

cara. pembacaan pancasila diikuti peserta upacara. pengibar-

an bendera merah putih dengan merdu: indonesia raya oleh

aubade. pembacaan doa. sajian isi petuah, nasehat, motivasi

bagi peserta didik. nyanyian lagu nasional yang hentak. peng-

hormatan akhir. peserta tetap di tempat, pembina memberi be-

berapa pengumuman demi kebaikan dan lancarnya pendidikan.

tetunas bangsa, dipupuksiramkan untuk serap ilmu pengetahu-

an. di sekolah berkelas kelas juga sekolah alam yang gerai ane-

ka macam budi pekerti. hingga dewasanya jadi kebanggaan

sang ayah bunda, handai dan taulan. hingga kelak, bila tiba

masa, malaikat memetik bunga dan bebuahnya.



*****


bandung, 05 Desember 2011

Kamis, 01 Desember 2011

KELINDAN RISALAH


keindahan akan pancar dari mata, yang cantik memandang sekitar
ada yang menari nari, burung layang layang di langit
ada yang memandang, mencerna pandang

hikayat indera
hidung, dengan senandung wewangi cerna
kening, dengan endapan sapa, tutur dan rasa yang selalu pagi, tak hendak
merajuk pada malam bebintang, tuk segera menyingkap tirainya
karena akan hadir masa di mana urai segala untaian rindu

ia, membentuk peta dengan tegap batang dan reranting
menunjukkan arah mana jumpai kabar
usai senja, ia menjadi lentera
nyala sayap dedaun nyala, hantar piuh
dihiruk ucap, tutur hati tak bertepi
berkelindan dirisalah yang telah berlembar lembar

*****
bandung, 01 Desember 2011

Senin, 28 November 2011

JENGKAL PASI


awalnya bersimbah pasi
menit menit rindu yang parau
menjengkal setiap peluh
tarikan dan nafas tubuh
merobek dinginnya kenang

berikutnya adalah lompatan
kata menarikan kata
di langit mana malaikat menuntun
hingga berlembar lembar
api menari nari

aku ada, untukmu_ kau pun padaku
kemudian malaikat bersenandung
jingkat, pejam belalaknya hangat
urai lipatan resah
bahana sunyi, pasi akan kehilangan

*****
bandung, 29 Nopember 2011

TETESAN LANGIT


menetes langit, musim merubah rupa. rerintik mulai
tandang dengan alir perlahan. ia tak pertanyakan ke
mana saja alurnya. kehidupannya ialah bagi keba -
hagiaan teman, sahabat serta orang terkasih. takkan
ia pilah lajur pun tak ingin ada pilu sayatan dari kebe
radaan. ia bawa doa rindu ketulusan saja, takkan
membelukar dengan reranting genggam lainnya.

barangkali ketika beranjak senja, rebahan melupa
akan pertemuan yang pernah. lalu menguap demi lem
baran kisah yang harus tuntas diketukpena sigap. rim-
bun senyum adalah hidup kita.

di bebukit jauhnya, rerintik menjadi laut. telah melaut
air airmata relung dari jajaran palung palung. henyak
meriak, lompatan yang ombak dibuncah gejolak senja.
senja kata demikian hingar. kerutan uban pagi, decak
kagum akan sayap sayap kata kasihnya. kian hangati
muasal tetes langit yang bertualang di pangkuan bumi.

*****
bandung, 29 Nopember 2011


Kamis, 24 November 2011

HINGAR SEAYUN SENYAP

wahai hingar seayun senyap
derak pijar derik tungkai
pun cercah jari jari tangan
berseteru tintakan relung

wahai hingar, reranting sejuk gerimis
telah sedemikian genggam, darah tulang
hingga tak terkira, padamu helai
seayun senyap, rintik semilir

*****
bandung, 24 Nopember 2011

Senin, 21 November 2011

KITA, DI SINI (*HERE WE ARE)


kita, masih di sini
di lorong perbincangan, dinding turut menangkup, bisik .
malaikat memahat cahya di relung hingga tangan kaki orang orang
kecintaannya, oh bumiku


* here we are, still
   in the convers cave, the wall whispers
   the angel scarve a lantern of soul to His loved people's arms and legs
   oh thee oh earth



*****
bandung, 21 Nopember 2011

Kamis, 17 November 2011

JABATTANGAN PAGI




terkadang licin bukit papyrus dan  lembah  kata ,  tapi  binar  mentari
pandangi semesta didamai pagi , masihkah nampak oenone _ malaikat 
gunung purba,diinduk ilmu yg layari cyprus diabad ini ? bumi  khidmad 
akan kata sepakat bagi ketahanan semesta. lalu pepohon tangguh di 
segenap  keikhlasan,  padanya mentari  jabattangani  hari hari  yang 
senyum indah. masih kularik doa,persembahan yang tak bosan bosan-
nya ketika adaku menggurat sayang. melepuh  debur diguyur rerintik.
ia, interludekan ucap doa yang sama atau entah.

telah hampar aspal sejuk, kilat sepatu derapkan langkah mewarna ma-
tang. larian kecilnya, kidung alam. kukuh tungkai  ialah  sayap sayap
yang lebarkan kepak pada langit pada bumi. jabattangani pagi.kusimak
bening mentari menarikan sayap di jari jari menawan.

*****
bandung, 18 Nopember 2011

TELAPAK TIMUR




ketuk ketukkan jarimu, agar angin terus aromakan mentari
sketsa pemahaman akan rerupa ingatan
sejak kembang telapak pagi, hingga tiba serenade lembayung

lalu lalang orang datang dan pergi, memberi sapa, melontar ucap
hanya semata kata indah, juga huruf huruf yang tumbuh dari timbunan
lukisan hati, menari nari di lautan relung berombak serempak hingga
berkeping keping serpihan berlompatan dibalik pintu  dengan derak tipis

terkadang tak kukenali diri, selalu tanya jadi kalimat  dipiuh mulut orang orang
ada asumsi, dugaan, afirmasi pun negasi sebagai orang, diberdiri dudukku
masih mengadab di putaran jaman yang kian seteru

jari jari orang itu disuatu hari, nampak mengepal, ditaruh disaku pinggir celana
sebagian melebar, meraup angin sekira akan kembangkan semilir 
ada juga yang masih mengetuk ketukkan jari, sketsakan ragam ingatan pagi
tak ia lenyap ditiup derap hujan, sekuyup apapun tetap teringat
akan timbunan pagi, dengan pucuk pucuk bunga kian mekar
akan berlariannya telapak dikepak kepak timur ke barat, selatan dan utara
beberapa  masih belum paham akan cinta, tak memaksa, tak meluka
mewarna ketika jelang esok, pemanusiaan sejati wanita dan pria
sejak kembang sayap pagi, hingga tiba serenade lembayung

*****
bandung, 17 Nopember 2011

Minggu, 13 November 2011

MEJA KAYU


terkadang bibir doa tergeletak di meja kayu, ia membiar hingga jari jari menjadi debu. 
tapi bukan telapak tangannya, sebab aku masih ada dengan lembaran yang memintal 
kata yang telah terlontar, hingga ucap yang akan dilarik di pagi ketika suam suam men-
tari rayakan senandung embun. hingga senja, dilembayung yang riang menyongsong
kibar riak bebintang. 

kemana ia sembunyikan senyum? sekira pagi, usai ufuk masih bibir bibir  getarkan doa.
ia datang, sebab bila aku ada maka ia pun ada. bila merindu, begitupun adanya. juga
senyumnya, dapat sirami setiap gundah. meja kayu usang, pudar warna pelitur setia
dengan desau doa. barangkali doa yang sama, atau entahlah. ia peras segala pikir, 
aku atau ia yang terhalau. senja ini, aku tak ingin senyum, dari beberapa hari lalu. se-
jak perut menimpuk macam gejolak rasa. sejak runcing gerimis, basahi sekitar tempat
hunianku.

di meja kayu ini, masih aku melarik huruf huruf pagi. dan tak bosan bosannya mentari
hangatkan embun betebaran di helai tangan. pun telapak kaki, kubiarkan lantai dingin-
kannya, hingga terasa nian hangat ketika kutarik, kupeluk senyum yang kadang tak
kumengerti maknanya. walau selalu mencoba paham, bahwa kujumpai senyum pagi
di manapun. tak berserak, tapi genggami tulang tulang ke mana aku menggerak. bang-
ku bangku kayu masih di sini, pun meja kayu. ia turut melarik luapan ucap.

terkadang bibir orang orang tertinggal di tepian meja ini. dari sekedar teriakan iseng,
cemooh canda, atau resah kata yang belum tertata apik. bagaimana kayu meja harus
menyangga kata, bagaimana kaki mesti melangkah. ia harus menunjukkan secermat gerus-
an waktu yang kian pudarkan warna kayu. kata doa, ya doa kata juga harus senantiasa
ada, lingkupi lapang kayu. hangati bangku bangku yang tetap di dekat meja. sesekali debu
menyapu piuh, tepukan tapak tangan halaukannya. untuk melarik syair, menulis  hari hari
yang masih Tuhan sapa bagi kita. ada yang bersuka, berduka, kecewa, atau menatapi masa
yang dilewati. cinta bahkan cemburu, memburu rasa orang orang, silih berganti. ada perte-
muan yang akan hingarbingar dari sejumlah mata  pena. dari kata yang tertawan di-
ramu paduan tuts tuts huruf. redam senyum, persembahan kasih yang entah mewarna apa.
meja ini jujur. ia pudar bila cairan keras terus menggerus. atau mengelam hitam, bila dibakar
nyala. coreng moreng ditoreh goresan. ia akan kilau mengkilat oleh cat pelitur pulasan.

menerus terpintal kata, dari suam suam mentari di debur pagi bingga lonjakan bebintang di
debur malam.

 
*****
bandung, 13 Nopember 2011

Jumat, 11 November 2011

DEBUR DOA

bebintang dan bulan jingga
ialah debur  d o a  malam


*****
bandung, 11 Nopember 2011

Rabu, 09 November 2011

RIWAYAT PAPYRUS


ketika kata mengolah helai helai papyrus, ada siapa jumpai siapa, dimana
dengan apa apa yang tersirat dan tersurat. bahasa senyapnya dialun ke-
senduan. lalu ke mana, di mana ia ? dari mana muasal tumpukannya ?

baiklah, kayu kayu tipis diolah dengan cinta, untuk kering, menjadi lembar
demi lembar. serat singkong dan jenis palawija lain, bisa ia sumbangsihkan
untuk menjadi alas torehan kata kita.daur ulang bahan: pengorbanan bagi
pahlawan kertas. limbah kerbau, sapi, domba pun gajah meruah serat se -
ratnya. kotoran herbivora dipilih dan dipilah, dicuci berulang kali. hingga 
rebusan tiada bakteri, diblender, dicetak, diangin angin agar kering.  buka
perlahan dengan sukacita. meriwayat telah helai helai kertas, riwayat papy
rus persembahan bagi kita. menari nari dengan pena dan pensil, atau meno-
reh lekuk apapun hingga indah, hingga menari hati akan kata dari lengkung
lengkung goresannya.

ada siapa jumpai siapa, dimana dengan apa apa yang tersirat dan tersurat.
ada letupan kasih, torehan doa rindu dengan bahasa syahdu, ketika kata me-
ngolah helai helai papyrus. hingga melarik, esok dan esok. dengan melipat pe-
dih buram, menghalau kusut, sayap sayap jari masih kepak,tuangtuliskan larik.

*****
bandung, 09 Nopember 2011

Selasa, 08 November 2011

TANYAKU PADAMU, VIENTO

kelopak bunga dan dedaun itu perlahan berubah. dari semi warna beranjak kecoklatan.
kerut tetap senyumkan hari hari yang mendewasa. tiada keluh, bagaimana bisa, viento?
pada angin tak pernah terbersit benci, walau beterbangan ia karenanya. pada gemere -
tak cuaca yang sejati lembut, takkan ia mengumpat, walau kering kelopaknya jauhi reran-
ting dimana ia semilirkan pegangtangannya kuat kuat.

*
aku di sini, viento. tumpukan rumput ini usai dipangkas lelaki itu.untuk esok ia jadikan pakan
bagi ternak majikannya. lihatlah, rerumput ini lembab basah, masih berlinangan tetes dingin,
yang guyur berjam jam lalu. menguar harum. desau berhamburan ditangan kakiku. kaukah
itu, viento? masih kusimak menari narinya kelopak kering yang tak mencemooh. padahal sese-
kali kencang hembusan. "di tanah manapun tibaku, peluk senyum, catatkan indah pengemba-
raanku," ucapnya diderai lambai sepoi.

*
masih pukau kumelihatnya. ia telah mewarna di bahu lengan ranting ,   sedemikian menawan.
"begitu pun menurutmu, viento? iyakah? lantas, bilamana aku, viento?" engkau terus saja ber-
lari lari, kadang berjalan cepat ditarianmu. jauhnya awan, taklah jauh,katamu suatu kali. dan kau
menari, terus menari, kepakkan sayap mata dan hati. "ku bertanya padamu, viento."

*****
bandung, 08 Nopember

Jumat, 04 November 2011

AN AIRY FEELING

RINDU

viento, kabar kasihkah yang kau hembus?
juga doa doa rindu ?

* viento= angin

*

AN AIRY FEELING
(MERINDING)

telah sedemikian dedak
merinding ini

*

GAMBAR  SEKAM

gambar itu, gambar rindu
rindu   _  cekam
hanya, bahasa senyap

*


SEMUT
: Suami

semut semut,
ibarat kekhilafan gerak tulang dan mulut
kita, yang terhampar di bumi
merayap, perlahan hingga tujuan
hanya padamu, seperti janji
: genggam aku, cinta

*

RELUNG

usah cemburui, usah memedih
Tuhan menahu
padamu hanya, relungku

*****
bandung, 4 November 2011