jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Senin, 24 Mei 2010

Riuh Alam


riuh alam

.. bila ubun rambutku mampu riuhkan alam
bila tatapku dapat senyumkan pena
bila langkahku uraikan syair
bila gapaiku lekukkan kanvas
adalah i t u kuasa Rabb...

*****

dari Ni Ibu - Situraja ( Sumedang )
Minggu

perbincangan Ibu,teteh,aa dengan salam doa syukur
suatu saat, kuucap: Ibu,malam lalu Bapa yang puluhan tahun tiada;
datang ditidurku, menatap kediaman dan tersenyum pada kita
dari pinggir pembaringan...
ya, pria yang dihelai berbingkai itu

menuju bandung maghrib
gerimis..
menatap alur sungai cipeles
tampomas dikejauhan
kelok cadas pangeran
... teduh bersahabat
setia berkawan
patung pangeran cornell - daendels

*****

darimana

darimana kau kemarin? tanya sahabat
, ku diserang petir pulas
bermimpi-mimpi diterangi lilin
ini aku, disini..
jemari memulai lagi tuk menulis
penciumanku,
hirup sengal nafas bumi
serta di ruang kelas, ajari murid-murid

*****

wahai pagi

esok kujelang engkau
wahai pagi, wahai embun
mengapa desingkan tembakan
usah kokang guntur lagi
karena gelegarmu, kejutkan angin
wahai semburat pagi,
hiasi laju menit-menitku...
dalam pancar surya

*****

e-mail

... dimana?
kirimlah e-mail, beri kabar bahagia
sesampainya disana menambat jangkar

untuk suamiku; sahabatku

*****
ujungberung
23 Mei 2010









riuh alamku... nan semoga dinaungiNYA...

Rabu, 19 Mei 2010

pemegang lilin (a hand with a candle), a short story & poetry


a hand with a candle

whose fingers ?
who is keeping a candle?
a dark runs in bright
brighten a day
brighten deep in heart
your heart,mine,whoever, as well..

it shines
by a thinnest candle...
through a light sweet hug
it hugs a room of earth
with a pal of clear sky
by wisthle warm wind

* picture of a small candle which is alike a match, isn't it ?
what d u think ?


CERPEN : Muridku, Si Penggenggam Lilin

Ufuk menyingsing. Suatu pagi matahari pancarkan sinar dengan elok. Hangat bergantian dengan embun yang sedari tadi tandang didedaunan. Terima kasih Tuhan, kau temani aku dengan sahabat pagi melangkah ke sekolah tempat ku mengajar.

Mendidik siswa-siswi di sekolah selain tugas juga harus dihikmati agar tulus rasa ini mengajar. Indah, bila ku lihat sinar binar sorot tatap siswa ketika ku di kelas. Pertanda bahwa mereka paham, mengerti atau setidaknya berusaha untuk memahami apa yang kuajarkan. Apalagi bila mereka menjawab, menyanggah atau debat tentang apa yang didiskusikan. Bukankah kontekstual pengajaran mengharuskan mereka untuk aktif belajar? Lepas dari benar tidaknya ide apa yang dilontarkan. Sesekali koreksi kuberikan.

Beberapa hari ini, kulihat muridku Arif selalu membawa lilin. Ditaruhnya sebatang lilin itu di meja kayu kelas, terkadang menyala dan padam bila kuminta untuk meniupnya. Arif, sosok siswa sederhana dan pandai. Teman-temannya di kelas sering bertanya padanya bila ada materi yang belum dipahami. Dia disuka teman juga para guru yang mengajar. "Apa yang membuatmu membawa lilin, Rif?" tanyaku suatu hari.
"Tidakkah kelas ini sudah terang dengan cahaya dari jendela itu?" Ia senyum simpul. "Saya suka lilin, Bu. Bukan karena di warung Ibuku banyak lilin untuk dijual. Namun saya suka membawanya." "Iya, Ibu tahu kamu suka cahaya lilin, tapi pada tempatnya. Masa setiap belajar di sekolah kamu taruh lilin di meja kelas? Bukankah sudah Ibu beri kesempatan dengan menghias sepanjang kayu dibawah jendela dengan lilin sebagai hiasannya. Tidakkah itu cukup bagimu?" Sebagi walikelas, saya perbolehkan Arif untuk memasang lilin sebagai penghias ruang kelas. Tidak ada seorang pun yang keberatan. Walau terkadang potong karena dimainkan oleh teman sekelas yang iseng. Namun Arif tak marah. "Besok kupasang lagi," demikian jawab Arif bila diberitahu bahwa sesuatu terjadi dengan lilinnya.

Beberapa guru menganggap aneh, tapi saya tidak. Malah saya merasa diingatkan dengan 'filosofi lilin' sebagaimana yang pernah dikata oleh Mahatma Gandhi; bahwa sebagai manusia, 'jadilah engkau seperti lilin yang menerangi gelap. Jadilah kau cahaya yang kilau diantara gelap sekitar...'
Sudahkah Arif murid SMP ku ini tahu atau pernah membaca kutipan ini, belum pernah kutanyakan.Biarlah,hingga kulihat ia bisa kuajak diskusi tentang hal itu, baru akan kubicarakan. Biarlah ia renungi adanya lilin-lilin itu.

"Arif, selama lilin-lilinmu tak mengganggu teman serta guru-guru yang mengajar, sejauh kau bisa mendapat ilham dari lilinmu itu, baiklah, jaga dengan baik dan Ibu percaya kamu bisa jelaskan bila siapa pun bertanya." Karena tak pelak, aku selalu ditanya oleh teman-teman terutama yang mengajar di kelasku."Iya Bu, terima kasih membolehkan lilin-lilin itu di kelas. Meski tidak dinyalakan, saya selalu melihat cahayanya menerangi kelas kita. Menerangi hatiku untuk selalu belajar giat di kelas
setiap saat. Ini, masih ada di saku saya, Bu. Ibu mau?" ujarnya pelan dengan sunggingkan senyum. Masih juga dia sakui lilin? Aku tersenyum dibuatnya. "Simpanlah, dan sudahlah tak usah kau sakui lilinmu itu, nanti patah. Tidakkah cukup deretan lilin di kelas?" Arif tunduk menjawab,"... kalau itu yang Ibu minta, baiklah."
Ah Arif, ada- ada saja, antiknya dirimu wahai murid pandaiku. Baru kali ini kujumpai seorang siswa SMP penggenggam lilin, demikian kusebut dirimu. Selalulah bersinar dimana pun kau berada...

Dan memang Arif kemudian selalu menjadi bintang kelas dan pelajar teladan di SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Teman-teman dan aku mengenangmu sebagai Arif lilin. Arif penggenggam lilin, yang selalu bersinar dimana pun.....

******** ujungberung , Mei 2010

Selasa, 18 Mei 2010

cahaya hati


..naufal & haikal, cahaya hati yang tak akan pudar......

harpa tak berdawai


a harp no string

1
petik harpa tak berdawai
melantun harmoni
iramanya lirih
denting bening: bukan ilusi
denting bening: bukan fantasi
2
petik harpa tak berdawai
tetap lantun harmoni
dawainya angin udara
denting bening: merindu
denting bening: rasa
3
wahai Tuhan,petikkan salam
dawai nadi getar
denting bening: tulus doa
dawainya ayat-ayat
denting bening: doa tulusku
4
wahai Tuhan, pancarkan sinar
dawaiMu, jernihkan rasa
denting bening: melangkah
oh wahai
denting bening: laju
5
kupetik dawaiMu, wahai Tuhan
iramanya merdu
denting bening: doaku haru
melantun
denting bening: haru doa

***** 10 Mei 2010
karena melihat harpa dawai udara, di gd Iptek TMII Jakarta,
walau pudar catnya, namun masih bisa dentingkan patahan melodi...

Minggu, 16 Mei 2010

kamus


kamus

bolak balik lembar demi lembar buka
cari arti namamu, pada h: handian
belum ada di kamus manapun

karena maghrib, tiba venus eclipse
bersipuh gerimis , tak nampak..
sehabis hujan, dingin nan sejuk
bintang kedip
kau peluk aku, ditidurmu

suamiku,
lajur jalur kasihmu..
tulus mengelus tak ada padanannya di kamus

tentang makna?
kata ibu ; han, pemberian bapa, serupa : ahad
dian : layaknya pelita
pemberi terang ruang, alam ini
simpuh kita semoga
digenggam NYA...

***** jelang senin subuh
setelah antar ke UBI

Sabtu, 08 Mei 2010

padaMU, Tuhan


aku ingin menjadi mimpi indah dalam hidup...
hidupMU, Tuhan
bisakah?

aku ingin lantun syair doa hiasi nafas
aku ingin sholat fardhu tautkan syukur sujud
aku ingin untai lafadz genggam diri
pada cinta Kuasa Semesta Alam...

denganMU hati damai ternaungi
denganMU dunia indah dilalui
denganMU bumi senyata ada ...
Tuhan, selalulah senyum..

relung


relung


panggil rindu,
relung
sibak hidung
hantar aura
dengus harum
yang rindu,
di getar
di denyut
doa
lantas
doa
doa relung

Jumat, 07 Mei 2010

Pens' Dancers ( Penari Pena ), mopida kupida.....


Hi, it's great to be able to keep in touch with you through my window. I sincerely hope that you are well and had enjoyable time.. Sorry for the mistakes and lateness, if there could be. But growing is never late, isn't it. Then, good and wise in it.

I have written a poetry of Pens' Dancers, which I like, late at night. How I was really wanted to dance my fingers soon.. Typed and typed... then before finished it, up to the 3rd, how a note was dissapeared, it was lost! when I had kept nor saved it yet, either in a draft. Ufhh GOD...What a pity, that I had to arrange it over. It was late at night, the stars were sad of it ( I bet so ). Decided to sleep a while, caused I had to teach Junior High students in the morning.

After Subuh praying, a little late actually but it was about 05.00 am still. How Pens' Dancers were dancing on my mind. Then I wrote it down at the second time, surely it was a bit different in words by the first. But the theme is quite fair the same. And I have typed and typed over..... such a game has gone by the time, quickly.
I was accompanied by a cool morning, the kids who were got up and watched a cartoon film on a tv directly. They sat down nicely when I was typing.

Thank's GOD I could finished the Pens' Dancers in a few minutes before going to teach English at SMP.A school's bell was heard and danced on my ears, fortunately, a house is close to school, so I just had run a while to come .
Arriving school with a sunshine.. Began to keep teaching in front of classes...

Penari Pena, Pens' Dancers is talking about how angels, here, Mopida and Kupida always write down nicely our praying to GOD. Accompanied us in running a life. Even GOD could listened directly what we have been asked, what we hope, what we have missed of, in strengten at all. GOD knows everything.
Hopefully, friends would like to enjoy reading my poetry which was published on fb.. Pens' Dancers, here you go...

( sorry, please you may read a poetry on my note's profile on fb, namely; Nella Sriwulandari )

Thank's for everything. Warmest regards, nella swulan.

PUISI PERNIKAHAN, 25 Oktober 1997


Puisi Pernikahan : 25 Oktober 1997
( pada separuh i g a dan s u l b i )
dibuat beberapa hari jelang hari H, oleh Nella SW

1
seperempat abad lebih
jiwa berjiwa merambah
menapak gurun demi gurun
kemudian kelokan lembah
:terjal, lapang, berliku,
gersang, tandus, hijau,
teduh, segar dan hingar.....

2
pada kali kesekian
meluap gejolak, ditautnya
jiwa nan tulus dan indah...
dipayungi kicau melodi syahdu
lembut dan melembut...
menembus sum sum terdalam

3
hai, jiwa berjiwa
tegakkan syukur ruh-ruhmu,
hijaukan tanah lapang
luas, oleh kasih
SANG PENYAYANG
ALLAH, sangat LEMBUT,
IA pemberi hati putih
gelarkan gelegak
memanahkan buhul-buhul cinta
t e r d a s a r

4
harap, tetap tunduknya kami
tertunduk hangat oleh
sapuan Kasih sayangNYA..
menghangat oleh tetes tersembunyi
disela kata,
ya.. bumi membiru olehnya

5
Mulai detik ini, Rabb
langgengkan separuh iga dan sulbi ini,
yang bertemu.. jadi satu...
pada kisah kasih
mengejar segenap sapaMU

Oktober 1997, adisuren

Minggu, 02 Mei 2010

hujan




sudah Mei, kadang hujan masih datang
basuh nestapa hati, hingga renyah rekah
apa mengapa..
hujan hari kemarin, lantunkan desir lagu
ayun detak nadi...
siapa mengapa
ingin turut rendam
pada guyur hujan nan harumkan tanah
pada rintik yang ingin kubingkai
'tuk selalu dikenang, bahwa
kemarin memang ada,
bahwa esok kita jelang cita
hujan
yang guyur damainya pada alam
semai kan tunas...


RAIN

still have rains
it rains like a cat and dogs
but i feel it smooth
cool......