jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Sabtu, 25 Maret 2017

TERBANG

tiga hari lagi
akan kujumpai sapa bunga bunga kapas
mengalun tebaran
menyejuk tepian  pelupuk
disetiap genang sembab

datang memanggil rindu
memenuhi panggilMU
hingga purnama ke-4 esok
adakah membawa derak panas musim
atau masih bersimbah dingin kesiur

ketibaan diindah lapang
berpadang pasir
berbukit lembah gurun
adakah akan kujumpai gembala
di rumpun ternaknya

akan kuturut tiba
berdesak bening semoga
di negeri terang
pagi senja senantiasa menyala
disetiap retak, patah ucap serta puja puji

***** Bandung, 21-26  Maret 2017

WEWARNA


seteru tanya akan faham
banyak telunjuk saling menunjuk
manakah paling erat
membangun wewarna
di keningnya ?

hingga masih saja
jumpai almanak
jalan larinya menyusuri
lorong lorong pagi ke pagi
sunyi ke senyap

untuk menjumput terbangan
untuk genggam uraian di dua pilihan
untuk meruas ceceran
manakah paling erat
membangun wewarna, di keningnya?


***** Bandung, 2015 - 26 Maret 2017


TANYA



kening serta mata pepohon
kadang berseteru tanya
pada reranting
pada dedaun
:bagaimana mesti
meneduhi
diri diri kelana,

terkadang tak ia hirau, hingga
hingga membiar diri
diayun ayun angin
kelam berdebu
basah berkuyup kuyup
pun kena cipratan wewarna
dari kubang jejalan

terkadang, tersimak
berisik umpatan
menggumam akan
terbangan kerikil
yang tersaruk alas kaki
muram
tertimpa penat larian

bebahu serta lengan pepohon
sering berseteru tanya
pada reranting
pada kekuncup daun
: bagaimana seharusnya
sejukkan
tetungkai kelana


***** Bandung, 25/02/2015

Minggu, 19 Maret 2017

What a How

FOOTSIE-WOOTSIE 

sepasang pria wanita berselempang selendang serupa sayap, pagi itu melayang 
tembus belukar arak awan tak tereja indahnya, sapuan halus mentari   kabariku 
bahwa mereka bermain a footsie-wootsie di angkasa di ambang kasih   semesta, 
entah pada pukul berapa detak kencang ceracau hingarnya memekakkan telingaku, 
menerobos labirin relung terendap , dikali kesekian si pria menjerit : duuuuuhh ! 
tak kah kau tahu, rusuk tulang ku demikian gemeretak pencar bak jajar barisan 
prajurit tak berkomando. cericit si wanita sesakkan, kaburkan selaksa pandang 
randu berguncang semburkan terbangan halus bebunganya, ruas hatiku berhamburan , 
ah, pagi ke siang itu ketika melingkar gelang dipergelangan masih, 
tetap dimainkannya a footsie-wootsie! 

***** Bandung, 18 September 2010 ........................................................................................................................................
TANYA JAWAB 

gerusan musim bergelombang tanya. dari helai helai waktu,dihembus angin, bergoyang saat kemarau dan penghujan. bebirai hampar kerakal.ditandus subur rindang, tetap genggamlah sejumput ketenangan cerlang. ia, sinar yang tak kasat mata, hingga ke lengan arus. bangku kayu simak percakapan pohon di samping pepintu lembah. rerumput rebah menari, bawakan sejuk sehalus rindu: akan jawab dari setiap tanya. gelombang luap ke bahu, ke keningmu. basah membawa pasirnya, pemikiran debur, hempas risau sebab sejati adalah tak jumpai batu lumpur, likat tanah lalu, yang membalut tungkai ke lutut. maka dari tanya, gerusan musim menariknya, menarikku, untuk kini masa, jumpai pepintu jawab. maka, untuk apa kita? untuk senantiasa genggam pasang ketenangan cerlang 

***** Bandung, 09 Pebruari 2013

KAUKAH ENGKAU

Kuasa Kuasa, mengadakan bentuk perjumpaan. maka ada aku, engkau, kita serta ia juga mereka. pepintu dihantar angin. membawa rindu yang takkan usang. memberi kasih bertenggang akan gumpalan dari relung ke relung. kaukah engkau atau siapa. tak kutahu masih bulatkah kepala. masih bidangkah bahu bahu menopang ayun lengan hingga tungkai. kaukah engkau atau siapa. sirobok nyala yang pegangi lebam lebam. kita serta mereka dibentuk perjumpaan tak direncana. menanti pepintu dingin buka. begitu saja senyata ada tapak bumi. piuh, layar dan kata menempa bebulir mimpi. bertalu, bertubi ucap disemburat genang antara mata bumi dunia, hidung langit dunia. diantaranya, pepintu panas, hangat larian juga dingin tetubuh. kaukah engkau sedang bercakap cakap ?! 

***** bandung, 15 Maret 2013

PENANAM GERIMIS

masih dipenghujan musim, kini_ segenang apa banjir yang meruah bulan bulan lalu, masihkah luapannya menelaga. di kotaku, terkadang deras rerintik, ada yang genang, beberapa mengaliri lahan lahan, serap yang menyejukkan. tanah kering bagai kenyang dari laparnya.......... di lain lahan, sumbat liang liang pipa. oleh kertas angka, dedaunan kuning coklat, plastik huruf dan kata. limbah relung relung yang koyak aus. menerus kuyup guyuri bumi. langit sunggingkan senyum biru dan jingga. sesekali hitam berpayung mendung. payung yang belum rebak buka bila hanya bebulir ringan menitik. begitulah, terkadang gerimis saat tanah mengering, tanah rindui basahnya. ada yang menanam gerimis itu di lengan lengan. membiar meriak lambatlaun. menggenang berpalung tetulang. merah entah transparan. telapak melebar menadah nitik. sejuk. masih beberapa memasukkan benam di lengan lengan. membiar dingin, untuk bertumbuhkembang. hingga menanti subur rimbun. terkadang jemari getar. dan lalu, dan lalu... ia menaut tali tali diujung jemari. 

***** bandung, 15 maret 2013

JALAN DAN LARILAH

jalan dan larilah. beberapa menarik lajur bergelombang dihelai kertas dari keramaian hati. kerjap garis dan lengkung masih menerus. jalan dan larilah sahabatku! temui wewarna yang sekian masa berkuas jaman. pada terang dan gelap yang senantiasa bersisian tipis. terkadang bela kalah oleh emosi, kilap nominal badai, terpiuh nafsu. sesekali mengeras bongkahan nurani. angkara tipis bersisian dengan jernih, menggarisi berpaling, menjadi asam.......... jalanlah, menuju penarikmu. pijakan kesepuluh jari dihentak keras lembutnya berlaksa alas. ada kerakal juga kerikil, ia ingin demikian genggami. namun hamparnya riuh senyap, melipur ia akan hentak hentak penjejak. merupa bulat roda, langkah perlahan, jinjit dan pelari. ia maknai beberapa bentuk diseruak warna. engkau menjurakah, di dangkal dalam serta sempit lapang. jalanan ajari terjal. sedari jingga ke pekat bertabur bebintang. ada penarik lajur dengan beberapa tanda tiada terhingga. hingga tetubuh bersulang jalan berlarik larik. entah berbatu, meriak ataukah bergelombang 

***** bandung, 06-9 Maret 2013

Senin, 06 Maret 2017

PAGI, SEMESTA


Tepian malam membawa lirih bebintang. Tibalah bebulir, dengan
perlahan memasukki lengan pagi. Derai penghujan berbulan-bulan.
Kemarau memulai dentang, menguncup. Memaafkan masa-masa
yang sekian lama direnggut. Musim betapa bergelombang tanya.
Semenjak lalu, riak-riak berebut kecipak.

Pagi, semesta 
Reranting membisu. Mengejar semi musim teramat nanti.
Bila mereka reranting, kering diterpa angin. Selalu bersulang diri
dan berulang. Dari kisah pepohon dengan dahan ranting, bunga
serta buah _ jika ada. Ketika mereka reranting sunyi. Bisu
seusai rimbun daun cengkeramai. Setanggal pesinggahan kelopak bunga.
Pejalan kaki pandangi elokmu.

Duhai dimusim kini, badai kepakkan patahan. Lalu angin muarakan.
Reranting bergesekkan, menghulu. Mereka tak sendiri selami masa.
Begitupun aku. Kisah tak sendiri. Sunyi menyaksi denting reranting.
Menyelam di lautan rimbun. : ketika merupa masih. bawa pesan akan nasib.
Intuisi menatap teduh dikepakan sayap sayap. mendaur senyap










***** bdg, 21 Nopember 2010, 02 Agustus 2013

TELUNJUK

TELUNJUK

banyak telunjuk saling menunjuk
manakah yang lebih erat
membangun wewarna di keningnya

beberapa menarik garis
beberapa menanda serta mengaburkan
beberapa bergoyangan hingga helaian muram
hingga mengerut
ada yang keras berbincang
ada pula yang bercakap cakap dengan diamnya

wewarna menajam, sebagian menghilang
masih,
masih banyak telunjuk saling menoreh
menunjuk nunjuk, membawa kabar
berseteru tanya
:masihkah ia terletak kedua setelah ibujari?
:masihkah orang orang
akan terus beradu cepat
menentukan kayuhan hati
dengan jari keduanya?

banyak telapak wadahi jemari
demikian erat
bersela sela, berpagut
berangin,
kelopak bebunga beterbangan di selanya

masih, masih orang orang berbincang
jari manakah yang lebih anyir
lebih teduh berpegang di pepohon


***** Bandung, 21/01/ 2015

HAMPARAN









it has been appeared on a Poem Anthology: Sang Peneroka

HAMPARAN

hampar tanah pagi
bercakap cakap ia tentang keindahan dan mimpi
membuka awal pelupuk dipercik bening
mimpi dari kening kening disemat nyala
terkadang asa memiuh,
berai ia dari derainya

harapan berpegang didedahan
angin liris serta riuh pun genggaminya
kuat ataukah melemah
ditopang oleh sangka sangka kita
oleh kemana ayun tungkai
oleh hampar menumpu pepintu
tangan tangan kita pegangi gagang
berlompatan mengejar atas kebawah,
tegang dan lunglai untuk leluasa
jendela gerai,
berucap akan kehadiran sela sela dingin

nanti,
saat rahang dan bahumu menghempas mendung
kauhisap harum likat tanah senja
ia ajari siang dari menanti pagi
hingga berlarian kemalam

adakah sabar ia semat
untuk sebentuk lengkung di wajah?
sebab banyak terserak debu kerikil
di setiap hampar, di gambar gambar liku
maka pada telapak masing masing kita
siaga membawa segala tempa
siap tak siap, telah ke depan
mewarnai hamparan
bergantian, basah basah dengan mengering,


**** Bandung, 18 Maret 2013