jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Jumat, 11 Desember 2015

HIRUK RANTING RANTING

ditarik tariknya lenganku
seerat pagi, sepanas terik
mata tertutup ikat perca
"peganglah batang itu, ceritakan"
raba penuh duga, hingga
kuikuti tikungan tanda tanda tanya
ramai berkecamuk

:"pohon!" seru tanda memukulku
kudekap bak berdesak dikerumunan
tetes getah ditelapak, tawar
likat tak bau, tak juga harum
disatu jari, getah matang mengering cepat
dilain jari, lengket masih
getah muda, agak pedih

ranting ranting beradu hiruk
disamping, ranting kering bisu
menikmati senyap
menarik narik sulur dedaun
daun lebar setelapak, runcing diujung
meruas ruas jari, tipis tipis
ditorehnya tangkai, dibentuk kuntum

esok, esok kita lihat sekeliling
bagaimana sama, dimana beda
...

***** Bandung, 12 Desember 2015

Rabu, 09 Desember 2015

BERSANDAR, DIDEKAP ANGIN


bersandar teduh
diri diri didekap angin
yang membawa terbang debu
memunguti kelu
namun,
aku membasah masih

berpayung rimbun
gemerisik lembab dedaun
iringi lepasan usang
menyibak kuntum
bersamanya,
membaca sketsa

menyimak rimbun
diri diri didekap angin
kukencangkan mantel
kudekap basah batang
masih,
berkisah hangat dingin

menarik teduh
julur ranting ranting
turut berkabar
tentang baik buruk mesti
namun,
sabar hingga menebal


***** Bandung, 08 Desember 2015

Senin, 30 November 2015

TEDUH


bila kerlip hidupmu
dingin angin
sebab bintang beranjak kerjap
menatap bulan berliku

bila senja,ialah pagimu
manik peram masih
tiba akan didaun ivory
berebut matang didekap bulan

terjaga ia berbagi musim
dapati reranting lapuk
berganti dahan
kuncup bertangkai simakki kidung

termenung, apa yang diberitakan
kawan rumpun pagi
yang begitu tekun menyusuri senja
ke lorong sunyi

dijumpai seorang sendiri
kering air air tanah
berlarian ditangkai tangkai
menarik teduh dari terik

***** Bandung, 26 November 2015

MASAI SURAI


dielu elunya setaman bunga
usai dicecap, lenyap pergi
beranjak ia berkebun jagung
surai bersisir kuning

seumpama rerumput
ditendang jejak sepatu
dipukul pukul nyala bola
bergulir membelah senja

kupikir hamparan masih kelam
namun temali berkutat cerlang
berpupuk tanam cermai
nyala masai asam dikerut kening

***** Bandung, 30 November 2015


KIDUNG GERIMIS


gemuruh petir
bergulung gulung mencacah awan
seluruh gumpal
mendulang tanya, memecah hening
pejamlah, pejam

menyimak air serta udara
bilur bilur dikering kening
di celah celah rimbun daun
bergesek dawai reranting
usah usik katup pelupuk

wahai kidung angin, kau menjejak
berkeping merah kelopak decak
: bertuah batu,
rebak bunga cupu, dibakar pagi
kerjap sesekali dari pulas

jarum jarum api
merinding kuduk biru
membaca lembar lembar haru
rupai sendi tulang
sesekali baringlah, lelap

wahai kidung senyap
lantun telah lama sendiri
bertangkup api gerimis
dikepalan menari nari
berinya merdu untuk rebah

***** Bandung, 30 November 2015







Jumat, 23 Oktober 2015

DI TEPIAN KEMARAU

lama telah terik
purnama hendak kesebelas ditahun ini
kemarau masih menerbangkan daun daun
serta pucuk rerumput kering

kemarau hembus, padanya terbawa debu
debu yang menempel sejak lalu
telapak tangan terkadang perih
memetik gurit kenang

lama telah orang orang jauh dari gigil
tak kerumuni bakaran kayu
untuk hangat menggulung dingin
dari jauh, sejuk kuncup merentang

maka, menari kepaklah hujan
bawa senandung bebulir
di kerontang tanah, di cemas perigi
hingga pagi berbunga

menari kepaklah hujan
berulang mesti paruh mematukki
tanah retak membasah
hingga gembur menarik rimbun

namun kumasih di tepian kemarau
terduduk rindui harum kayu bangku
menatap bocah terbatuk berayun ayun
erat berpegang temali musim

***** Bandung, 23 Oktober 2015

Sabtu, 17 Oktober 2015

CAHYA

bertahun cahya
bintang bintang terbiasa
membaca malam
di lompatannya, terkadang
hilang menembus pekat keremang
pula yang bersenandung
diremang ke terang

diri diri senyap
terdiam
menekuri kerlip
tak paham mana sepi
bagaimana hiruk
mesti genggami duduk jalan
diangin timur serta barat

bertahun cahya
lengang kerimbun pandang
mengurai bincang
bintang menahu
betapa nyala dan mentari paham
bagaimana mesti
menerangi jejalan

***** Bandung, 17 Oktober 2015

Rabu, 14 Oktober 2015

LAMPU DADA IBU

pagi ke senja
berbongkah jantung perempuan
setia iringi tapak tapak lelaki
disekepalan denyut
: di pasir, di lautnya
terkadang
merupa butir lompatan bola bekel
yang lalu kembang mengepal
berbongkah kuncup bunga

untuk berbongkah jantung perempuan
setia rasai pagi mentari
ia terang dari setangkup gulita
orang bilang ia temaram
bersimbah asap
berseteru dengan kabut
darinya muncul dua sumbu penjernih
:terbuat dari semprotan air
dan lampu dada ibu

ibu membawa dada bersuluh
ibu peluk buah kasihNYA
dari sang Maha segala Anugerah
engkau sesap
dua sulur suara beda
oh asap, jernih ia
dari selang selang lebar, dari langit
serta lampu bibir ibu
hingga jernih serta muda bumi

***** Bandung, 10 Oktober 2015

HARI KE ENAM

hari ke enam
bintang bintang temaram
bulan saat ini tak memeram kelam
burung burung memejam
beberapa memicingkan dentam

hari ke enam
ada yang menyobek lembaran muram
lambatlaun enyah geram
benang kapas dijala jala gumam
beberapa bentang berkait dentam

hari ke enam
berucap ketam
banyak tiba sang malam
senyap terdiam putih hitam
menyimak dawai beradu dentam

***** Bandung, 06 Oktober 2015

ELEGI PAGI


mestinya tiba gerimis kini
untuk setiai helai paras kemarau
menitik baur bebulir
dengan tetesan

namun mengapa
pagi berulang kali memberi sinar
tanpa diminta
padahal, semakin berusia
lapis demi lapis bumi oleh debu

orang orang pohon menyampuli diri
dengan kuncup daun
serta bunga bunganya
tetap pagi pijar

ketika daun,ketika bunga
padahal kuncup, padahal debu
padahal senja
padahal burung burung, di helai helai pagi

namun belum gerimis
padahal mesti ia nitik
membaui gemeretak kemarau
menari musim diderit pintu


***** Bandung, 06 Oktober 2015

Selasa, 22 September 2015

BELUM USAI KUBACA

tunggulah
jangan tinggalkan bangku lembab olehku

tatap
belum usai kubaca pagisenja ini

duduklah
didiam kaubaca gamang kekusut itu, yakinlah

tarik nafas, hembus perlahan
kesabaran terkadang tergelincir oleh tamak

tariklah lagi nafas, hembus
usah melarut dengki dikesekian kunyahan

pejamkan pelupuk
indah tidakkah, cahya dari gelap pandang

pahamilah
adakalanya berjinjit, belum usai juga kubaca pagisenja

eratkan
indah genggammu dan mereka walau seutas senyum

ijinkan
kubaca helai helai yang masih terjilid pun yang bercecer di sana

bukalah pelupuk
bila rasamu? bersamaan tiba rerintik dari lama bersimbah panas

terhirupkah aroma pohon tanah
mentari tak terpaksa pijar dekapi diri diri hingga entah

***** Bandung, 21 Setember 2015


RERINTIK AWAL, DI TAHUN INI



kukira masih lama kemarau beku
langit tadi, bergemuruh
kelu cuaca, menggelung udara
bergulung gulung gumpalan debu
menghunus pekat panas
memberi jalan: langkah rerintik
awal bulir bulir dingin
memulai tiba

kukira masih lama kemarau pucat
gulungan awan awan
hantam menghantam langit
gemuruh luruhkan rindu
dari gurit gurit kebas
segera akan tiba jumpa
memeluk panas dingin diri
yang menirai remang jura

kukira masih lama kemarau kelu
bergulung gulung angin deru
namun tadi, tiba sudah
air langit membawa larut
mencairkan gumpalan hati
menyejukkan detak
memecah beku
yang telah demikian gemeretak

***** Bandung, 20 September 2015

Senin, 31 Agustus 2015

SUATU HARI MASIH DIPANAS MUSIM


disuatu hari sebelum pagi jingkat
rimbun pohon memeluk pohon didekatnya
kuyu berbatang cabang kering dan gelap
:hangus kayumu, dipanas terik kemarin
biarkan kutarik lepas hangusmu
takkan pedih getah terangkat
untuk tumbuh membaik

berpasang pria wanita
menghentakkan alas alas kaki
berpasang mata menatapnya ke mana terbang
dipiuh hembus berdebu kering
telapak telapak tangannya
terkadang dekat
terkadang betapa berjauhan

termenung, apa yang diberitakan
pada kawan kawan rumpun pagi
pada cacing cacing tanah
yang begitu tekun menyusuri senja
ke lorong sunyi,
didapatinya kering air air tanah
tangkai tangkai rerumput
membawanya teduh dari terik
sesekali melingkar memetik subur tanah

***** Bandung, 28 Agustus 2015

SAMARIS

SAMARIS, puisi para penyair di BISATERA,

BISATERA (BILIK SASTRA ASIA TENGGARA)

Ruang sajak bagi masyarakat pencinta sastra Asia Tenggara baik yang sudah matang maupun pemula yang sedang belajar menulis karya sastra. Dipelopori oleh Bruney, Indonesia, Singapura dan Malaysia. Dalam Forum BISATERA (Bilik Sastra Asia Tenggara) para anggota bebas mengekspresikan kreativitasnya dalam bentuk sajak/puisi yang diposkan di wall utama. Anggota bisa juga memposkan karya sastra lainnya seperti fiksi mini, cerpen, novel, drama, ...

1 #‎S99‬
Mari kita bertukar peran
Kau jadi aku, ku jadi mu
Telapak kita saling baca
Ada senyum dan airmata
Melengkung bincangkan bebulir

2 #S99
Adakah nanti engkau lihat
Bintang hilang tinggalkan cercah
Atau masih tersimak lompat
Berlarian mengejar cahya
Syairkan kasih kidung jingga

‪3 #‎S66‬
Menatap langitmu
Senja biru muda
Melarut peputih
Lembayung mendekat
Dan semakin muda
*
(30 Agustus 2015)

4 #S99
sebab perang meluluhlantak
berantakan rumah hunian
tempat teduh hati berpeluk
derai hancur pintu serpihan
tungganglanggang mencari tapak

5 #S99
adakah ia ruas lantun
tersimak dari terbang angin
disejuk sunyi kesenyapnya
sepagi buta merindui
gerimis musim cepat tiba
*(31 Aus 2015)

SONIAN: KILAU

SONIAN, PUISI GENRE BARU
: Puisi singkat 4 baris
bersukukata 6,5,4,3 (mengerucut)
Antologi Sonian ke-1,memuat puisiku
dengan 36 penyair Indonesia lainnya.
Launching awal September 2015 ini di Jakarta,

KILAU

Badanmukah itu
tenggelam cahya
dilompatan
bebintang


***** Bandung,

Sabtu, 08 Agustus 2015

ANGIN KEMARAU

ANGIN KEMARAU
* kolaborasi oleh: Weni Suryandari, Nella S Wulan dan Ira Ginda
( Jakarta, Bandung )

segala berawal dari Engkau
menyiram bunga bunga kemarau
di mataku segala indah, segala pukau
meski sungai kering, dunia hening
air tak berkabar, jauh di ujung pulau

ia senantiasa menanami kebun senja
dengan kesenyapan pagi
yang tersimak: haluan angin kemarau
dihembus kering, menerus gerus
hingga tiba masa asah, basah

angin membelai, seperti goyang gemulai ilalang
mengikuti rindu yang diam malu malu
menyampaikan pesan cuaca kepadamu
mengingatkan betapa bumi begitu tabah
sesabar waktu, tak bosan meninggalkan bunyi tik tok jam

angin kemarau, meski sungai kering, dunia hening
tetap dekat bunyi air, pun gerimis akan tiba
hingga hujan itu Tuhan
dalam doa penuh amiin
penuh, sesudah aduh, gaduh!


***** Bandung, 09 Agustus 2015

Selasa, 28 Juli 2015

ALKISAH BUNGA

alkisah ia di kening lapang
membawa telapak senja
berselang kiri ke kanan genggam
menyusuri pagi ke pagi ruas
hutan bersemak
disinar bahu serta lengan

terik menarik narik angin
senyap masih ditengarai kembara
jalan jalan membawa langkah
ditubuhnya beradu birai
batu batu di jari di telapak
berlarian menepikan sangka

hembus berkejaran langkah
dan bebunga yang ditabur
beberapa kelopak ditangkai mungil
iringimu, bersamanya, besertaku
telapak lembab
berlompatan di jari jari batu


***** Bandung, 24 Juli 2015

PANAS MUSIM BULAN JULI


disuatu panas
kemarau masih akan memberi dingin
sesekali merupa gerimis
lahan lahan musim lesap menyerap bilur
kering ini membawa airtubuh diri
hingga dampal tepian telapak meretak

angin dan burung membawa layang layang
beterbangan diseteru debu
berkejaran langkah
menarik ulur senar berirama merdu
disertai derit pintu yang memuai
kering ini serap uapair bumi

diambilNYA senja untuk himpun lembar dedaun
serta kelopak bunga coklat yang berserakan
ditangkup telapak lengan langit
sayap sayap beterbangan
dari ujung jalan ke ujung kuncup
yang kelak menggenapkan

pohon pohon
lebih senyap dari denting pagi
setiap tangkai bersulur
di ruas ke ruas membawa sejuk
mengisi dingin di panas musim
hingga dua purnama esok

***** Bandung, 27 Juli 2015



Rabu, 24 Juni 2015

ANGIN BULAN KESTURI

ini indah, bulan penuh lesak
angin halus rebak kesturi
membawa melankoli kuncup kuncup
memekar biji jura
dilapang kening dilebar dada

banyak hidangan tersaji
di meja, sedari getar bedug
sedari gagang mengetuk sunyi
membuka lembaran pintu pintu
usai genang menunjuk rentang

ini indah, bulan penuh lesak
angin halus rebak kesturi
membawa melankoli kuncup kuncup
mekar kening, bibir, dada, lengan
dikerlip maghfirah

jikalau esok masih
mudah telapak berjabattangan
menarik hangat pijar
sesekali genggami gerimis
memudar debu, di tepian perapianNYA


***** Bandung, 23 Juni 2015
( Ramadhan 6 )

ANGIN BULAN KESTURI

ini indah, bulan penuh lesak
angin halus rebak kesturi
membawa melankoli kuncup kuncup
memekar biji jura
dilapang kening dilebar dada

banyak hidangan tersaji
di meja, sedari getar bedug
sedari gagang mengetuk sunyi
membuka lembaran pintu pintu
usai genang menunjuk rentang

ini indah, bulan penuh lesak
angin halus rebak kesturi
membawa melankoli kuncup kuncup
mekar kening, bibir, dada, lengan
dikerlip maghfirah

jikalau esok masih
mudah telapak berjabattangan
menarik hangat pijar
sesekali genggami gerimis
memudar debu, di tepian perapianNYA


***** Bandung, 23 Juni 2015
( Ramadhan 6 )

Sabtu, 30 Mei 2015

BERPAYUNG HATI

dipayungi mekar bunga hatinya
dengan puisi puisi merah muda
lalu ritmik rintik hitam putih
bergerak lembab, meriak
cinta cinta lalui basah mengering

muram mendung teramat jauh
sebab telah ia tanam
sebentuk jernih
geraknya di bahu bahu jalan
kasihsayangnya menempuh birai

dipayungi mekar bunga hatinya
dengan syair merah muda
lalu ritmik rintik biru jingga merah
menetes lirih ke deras
untaian hati selama hayat

***** Bandung, 30 Mei 2015

DIBULAN MEI 2015

musim memulai panas dibulan mei
apa apa saja torehan dikening

awal bebunyian lamat lamat
lalu bergerak mengeras
lengan, dada agak terbakar
lalulalang jelaga
disela sela cerlang

panas musim dibulan mei
dilambat tibanya
sesekali rintik hujan menengarai
sebab panas udara
mesti bersahabat disejuk yang masih

memulai panas dibulan mei
apa apa saja torehan dikening

***** Bandung, 26 Mei 2015

Sabtu, 23 Mei 2015

SAYAP MALAIKAT

disetiap 30 menit, disetiap 60 menit
malaikat, malaikat apa yang sayapnya
hinggap di punggung telapakmu

sebab mesti ada cahya api
: api percik, api bakar
untuk memberi nyala
sebelum padam hembus
terdiam dibasah gundukan

sejenak rebahlah,
tidur di tempat terdekat
untuk hiasi dinding jarum jarum jam
tak mesti ke lorong purba
: tongkat, temaram terang, gua asclepius
konon asclepius,
di mana orang orang bisa raih hidup kedua
tarik udara, hembus, hembuskan perlahan

maka disetiap 30 menit, 60 menit
malaikat, malaikat apa
sayapnya hinggap di punggung lenganmu?

***** Bandung, 15 Mei 2015

PERHELATAN IBUKOTA ASIA AFRIKA

beritahuku,
bagaimana rasa Bandung akhir pekan ini
kita berseka
warna warni bendera, kibarkan wewangi

ada hari ke hari
pagi juga senja perhelatan
dibanyak sempitlapang pepintu
kotaku hingar, diketuk kibar

untuk semarak genggam
untuk rukun kebersamaan
sukalara dunia, ragam kehidupan
konstelasi ibu kota Asia Afrika

pancang menari air mancur
bunga bunga kuncup mekaran
jajaran bangku tembaga kayu
hiasi pejalan hibuk pagi malam

nanti, lelaki wanita terduduk
lalui malam dengan menatap langit
adakah cerlang bintang yang hilang
didecak lompatannya

***** Bandung,23 April 2015

SAPA PAGI


selempang angin menyapa
bunyi bunyi banyak berdatangan
genggamannya, sepagi hangat

untai untaian pagisenja
ia toreh di depan jalan jalan
hingga sudut pematang sunyi

diri diri, menanyakan kepatutan
berlama meletak cemas ke cemas
perihal retas getas

satu dua cerlang
menarik jendela jendela
harum derai di daun daun

persembahan rimbun kata
membulir rindu serta cintanya
: pada Kehidupan Ajaibnya

*****
Bandung, 24 Mei 2015




Selasa, 14 April 2015

APRIL 2015


deras membasuh terik siang
pohon pohon berbalut basah
sayap sayap meneduh
patuk patuk melubangi batang kayu

deras menarik sorot api
terbujur bongkahan batu batu
berlompatan rindu disapu bayu
disiram bilur bilur langit

terbanglah, bila henti
menjuralah, bila kering
dingin serta panas menggerus musim
beradu letak tanya dan jawab

: tentang panas
tentang dingin


*****Bandung, 12 April 2015

Rabu, 25 Maret 2015

MUSIM KE MUSIM

musim musim di lapang bumi
mengetuk bibir pagar
untuk memulai edar

rembus angin
tiba beranjak
berbagi sejuk

seteru dingin
dipegang ingin
melalui batu batu sepi

ketika gelap, hening
dikirimnya kegembiraan
dengan temaram lilin

entah hingga berapa suluh
mesti sulut
untuk menerangi jemari

hingga senantiasa sabar
kering serta perdu, menanti cerlang
hingga senantiasa rindui benderang

ketika deras
berlompatan bilur bilur dari langit
diri diri menekuri dingin

diambilnya bebangku
memutari induk perapian
menghangati berbongkah hati


***** Bandung, 23 Maret 2015

Senin, 23 Maret 2015

MADAH LANGIT

langit memadah untuk bumi
dirimbun pagi
riang kepak membawa
paruh yang merdu mematuk
dahan ke dahan

sejuk hampar
rembus angin
erat lengan pohon pohon
memberi hangat
tarian rerumput menatap kuncup

adakah disimak
rendah tinggi terbangan sayap
ia, membawa jelaga musim
ditengarai terbangan kapuk
sesekali dilantun gerimis


***** Bandung, 18 Maret 2015

REUNI

terima kasih
teman serta sahabatku,
sahabat kanak diduapuluhan tahun jumpa
dengan memegangi keasingan wajah
namun ukiran polah nama
memilah lembaran senyum
serta doa kanak
teman sekolah menengah:
masih membawa awet rona
merupa kaca ajaib
sebab berjumpa
ialah mengencang kerut kerut kening
berkelakar melipat setiap kusut

wahai teman sahabat
sepatu sepatu, memulai langkah
dari hulu yang berbeda
melalui banyak kisah
diwarna warna
yang pernah serupa
namun lalu, alas alas kaki ke depan
di jalan jalan yang berbeda
di pematang, dibeda lapang,kerikil
kita lalui telah, dikelu riang lompatan
hingga bertahun kemudian,
kau dan teman teman betapa riuh
berrangkulan, dekati kenangan

mekar senyum mengingat kanak
untai dari berai
beradu laku, gimbal serta tipis
tebal jilidan waktu
menggenggam sabar tak usai
selaras menangkup genggam
pun dimasing masing corak
sebab pintu berjauhan
mengingat muda canda
genggami bongkah kocak
muda rona rona
benang benang kendur kencang
beradu haru


‪***** Bandung‬,22 Maret 2015
(terima kasih sahabat: Reuni Akbar SMPN 3 Bdg)

Sabtu, 14 Maret 2015

TANYA TANYA DI KELAS


: Puisi Narasi Imaji/ Metafora, untuk siswa siswiku


"Tanya, bertanyalah bila ada hal yang belum
dipahami, ayo, pun yang bisa menjawab pertanyaan
teman, cobalah untuk menjawab."
Kelas hening, siswa siswi terdiam dengan benak
memikirkan pertanyaan. Ada yang akan tunjuk jari,
namun melihat kanan ke kiri. Kalau kalau bersamaan
teman mengetuk ketuk akan tanya.

Terdiam, dinding kelas turut menyimak suatu pelajaran
dengan puluhan murid serta pengajar di ruangan 4mx5m.
Tik tok detik ke detik seakan lama. Lantai mendingin.
Kaki kaki kursi beradu saling menunjuk. Kaki kaki meja
saling menatap. Menanti munculnya kekuncup jari dengan
beberapa tanya

"Buka buku bersampul putihmu, perhatikan, lihatlah
kembang kembang api dari helai helai catatanmu, Nak.
Tatap cerlang muramnya, buatlah suatu tanya dari yang
belum dipahami, dari helai kusam"

Membuka helai ke helai. Mereka dapati ilmu ilmu,
pun pengetahuan, diantaranya: rumputan bentang.
Pepohon kayu. Reranting kering serta basah. Kekuncup
muncul hingga bebunga. Pendar wewangi.
Kembang api sinari temaram bahasan. Siswa siswi membaca,
menatap menerus memahami. Dinding masih terdiam, membisu,
menyimak, hingga seseorang pecahkan muram
:"Bu Guru, setelah kuncup jingga, bagaimana warna bunga-
nya kelak ?

***** Bandung, 14 Maret 2015

Senin, 02 Maret 2015

SEJATI HATI


bukankah ia
meletakkan diri
di rusuk yang hilang
hingga tubuh penuh
hingga tubuh hangat
terisi jajaran tetulang
pemapah rasa
penguat rindu
menumbuh cinta

jika suatu saat
agak terlepas
jangan lempar ia
yang telah genapkan
barisan penggerak
tidur bangunmu
untuk jalan dan berlarian
ambil, tariklah ketika berayunan
untuk bertahan, memupuk cinta

bukankah rusuknya
telah sepakat
menegakkan setia
beranak berbunga
disejak kekuncup kemekarnya
harum dan kesturi
bila sesekali layu
lari serta peluk sejati
hingga memekar, terus memupuk cinta


***** Bandung, 03 Maret 2015



Rabu, 25 Februari 2015

TANYA


kening serta mata pepohon
kadang berseteru tanya
pada reranting
pada dedaun
:bagaimana mesti
meneduhi
diri diri kelana,

terkadang tak ia hirau, hingga
hingga membiar diri
diayun ayun angin
kelam berdebu
basah berkuyup kuyup
pun kena cipratan wewarna
dari kubang jejalan

terkadang, tersimak
berisik umpatan
menggumam akan
terbangan kerikil
yang tersaruk alas kaki
muram
tertimpa penat larian

bebahu serta lengan pepohon
sering berseteru tanya
pada reranting
pada kekuncup daun
: bagaimana seharusnya
sejukkan
dada dada kelana


***** Bandung, 25/02/2015


















23 FEBRUARI 2015


jika pagi tadi
berkejaran mentari dan awan
dengan sesekali
tersangkut di ranting rerintik
maka setelah petang
tiba lelompatan bebintang
yang berlarian di bebahu garda malam

‪masing‬ masing karakter tumbuh
tanpa mematahkan
munculnya kekuncup yang bersebelahan
sebab mentari
indah disejati hangatnya

pun bebintang
dengan apa adanya
riang bersahabat
disenandung, digelap sang malam
rimbun bebintang
pahami nyala,
menggamit sejati
menerangi kisah kisah temaram

***** Bandung, 23 Februari 2015

Sabtu, 21 Februari 2015

"TELAH LARUT, NAK"


"TELAH LARUT, NAK"

anak anak malam, berbinar matanya
berkawan pekat, menyimak dentang

anak anak malam
hangat berselimut kabar baik
menanti tiba ibu bulan
untuk membacakan kisah
sebelum tidur,
menanti senandung tentang
bintang bintang yang berkejaran
serta erat pelukan bunga doa
yang mekar diucapannya
yang binar diimpian pelupuk

"ibu bulan, nanti,
jangan lupa mekarkan
kekuncup pagi di helai helai
sapuan rambutku, dari usapmu,
setelah kau kabarkan
bagaimana diri diri bergerak
ditarik konstelasi kota yang hibuk
mewarnai riuh serta senyapnya angin"



*
‪Bandung‬,20022015

Senin, 16 Februari 2015

SOLILOKUI


SOLILOKUI 1

esok,
saat terbangun
fajar memulai terbangannya
melayang serta menukik
pun menoreh
mematukki embun demi embun
menyimak riuh,
lalu sibak kelam taram taram
sesekali lantun

menyimak senyap




***** Bandung, 03 November 2014





SOLILOKUI 2


merayap di jejalan
badanmukah
tenggelam dicahya malam ini?
lompatan bebintang arungi
setiap ruas sayap sayap
yang sedari pagi
kau pinjam dari elang



***** Bandung, 12 Februari 2015

Kamis, 12 Februari 2015

REDALAH BANJIR

kuyup, rerintik di mana mana
orang orang memeluk masing masing lengan
pepohon merinding, bebatu dingin
diri bersuluh disendirinya
disatu dua ranting bakar
ditemaram terang api

genangan, tumpah serapah
deras, hanyutkan gigil
reda, redalah banjir
larutkan setiap muram
disatu dua banyak batang peneduh
diredup terang lorong pencahar

redalah



*****
Bandung, 13 Februari 2015

TERPANA, MENYIMAK


lihat, lihatlah
langit terpana, menyimak

berpasang sayap menari kepak
di nada ritme cengkeram

dari ketenangan suatu lembah
jabattangani senyum
juga serakan kisah kisah

beberapa pasang badan kepak
: sayap apakah itu
ditengger,
duduk,
cengkeram,
terbangnya
membawa ruh ruh
yang catat apapun untuk terang

***** Bandung, 10 Februari 2015


Selasa, 03 Februari 2015

SETELAH LEMBAYUNG


tiba masa kehadiran laron laron
terbang dingin
menari cahya
mengiringi alunan temaram
pintu gigil mengatup
namun aku, masih memuat lamunan

tiba masa benakmu
dari jendela, menatap api
angin melilitkan lengan
menelikung di bahu kepala
membawa barisan ritme
namun lamunan, memeluk dari belakang


***** Bandung, 02/02/2015

Jumat, 30 Januari 2015

MENANAM GERIMIS


barangkali, dibanyak peristiwalah
orang orang menanam gerimis,
menggamiti sekitar
di rerupa musim: dengan
kapuk dingin berbulir bulir
yang lalu merepih dibawa angin
berepigram ke hulu kemarau

barangkali, dengan menanam gerimis
lahan kering akan erat
memeluk dingin
maka sabar berpangku humus
dimasanya, tibalah subur pohon
dengan menuai lebat ketenangan
dikitari percikan tak terkira


***** Bandung, 30/01/2015

Rabu, 28 Januari 2015

MENCATAT DI KENING POHON

adakah kau jumpai ia
di antara alas alas kaki
yang berlarian mencari telapaknya

adakah kau simak ia
yang mencengkerami lelangkah
di lompatan dentang

tungkai kau rendam di telaga nada
meredam batu
berkecipak, basah wewarna

adakah kau seru ia
untuk lekat menapakki bebahumu?
kasihnya kering,
namun basah masih milikku

musim yang basah
kesiur angin di sela terbangan debu
biar basah rindu
menggunduk rindu

hingga esok ke lusa
berlama lama lusa
dengan tak membilang tanggal
senantiasa aku, dari jauh memelukmu

batang reranting terbakar doa
kunyah isi pelepah hangat
lalu kau,
adakah meneguk senyap?


***** Bandung, 28/01/2015

BERBAHAGIALAH


siapa namamu, Nak ?
sepagi langit sibak tirai
menanyakan kabar baik ataukah kabar buruk
akan beriringan

kau pun, sejuk di sana, Nak?
berkawan semarak awan
di arakannya membelah musim
maka doa membuatmu baik baik selalu

darimana kau dapatkan
payung kertas dus cantik,
payung plastik tebal untukku ?
hingga ibu bumi genggam lengan kita

berkabarlah disegenap kebaikan
sepatah apapun ranggas dari reranting
yang pernah bahagia meneduhimu
dengan apa apa di bawahnya,
tak mesti empuk bebola dingin
yang lalu leleh di pias rindu sinar

seberapa huyung rerumputan dingin?
belum kumengerti dingin bekunya
itu sebab, kau nyalakan cinta padanya
serta akan kau kabarkan kelak 'kan?

***** Bandung, 28/01/2015

Rabu, 21 Januari 2015

TELUNJUK


banyak telunjuk saling menunjuk
manakah yang lebih erat
membangun wewarna di keningnya

beberapa menarik garis
beberapa menanda serta mengaburkan
beberapa bergoyangan hingga helaian muram
hingga mengerut
ada yang keras berbincang
ada pula yang bercakap cakap dengan diamnya

wewarna menajam, sebagian menghilang
masih,
masih banyak telunjuk saling menoreh
menunjuk nunjuk, membawa kabar
berseteru tanya
:masihkah ia terletak kedua setelah ibujari?
:masihkah orang orang
akan terus beradu cepat
menentukan kayuhan hati
dengan jari keduanya?

banyak telapak wadahi jemari
demikian erat
bersela sela, berpagut
berangin,
kelopak bebunga beterbangan di selanya

masih, masih orang orang berbincang
jari manakah yang lebih anyir
lebih teduh berpegang di pepohon


***** Bandung, 21/01/ 2015

Jumat, 16 Januari 2015

PAGI KE-ENAMBELAS


jura pagi berbagi rentang
tempat beburung bertengger,
mencengkeram

ketukan di jendelaku tadi
tak seperti kemarin
lirih embun
sebab mentari beranjak cepat
terang
awal bulan di panas yang lebih lama
awan berjejal memulai arakannya,
berebut hembus

seorang bibi setia,
memutar kran untuk sirami rerumput
bersirobok ia menatap pas fotoku
mengapa dibawah jendela?
mengapa tergeletak?
siapa apa menaruhnya di sana?

matahari sepenggalan edar
tertegun masih dengan ragam tanda,
tanda tanya serta seru
ada apa, mengapa? dan mengapa demikian?
"sini, berikan bi, taruh di meja"

dari jendela masih kutatap
tumpukan tanda, jilidan helai
takkan usai meyurat sirat
pucuk rerumputan membulir,
lirik lirik menyimpul damai
tumbuh demi tumbuh pagi,
didepaan setia, di sulur sulurnya

***** Bandung, 16/01/2015

Selasa, 13 Januari 2015

PENEPUK

PENEPUK

yang menepuk nepuk
ialah kokok ayam
seufuk pagi,
rindu memanggil
erat pelupuk pejam
untuk beranjak


yang memijar
ialah matahati
setenang fajar,
setia beredar
berbincang lirih keras
untuk disimak

yang bertalu talu
ialah bebintang
sepagi senja,
kasih membawa
sekecil kebaikan apapun
untuk terang


***** Bandung, 14 Januari 2015

Jumat, 09 Januari 2015

SINAR

Happy New Year, Selamat Tahun Baru 2015


di tubuh almanak
menapakki musim ke musim

angka angka berjejalan
ditiba dan lepasannya
membawa kisah
menatap lompatan

di 8.760 dentang kasih sayang
larian pagi ke pekat malam

di 525.600 menit menit setia
berkhidmat kita, menangkup serta


terdiam bergoyang hati
ucap, ucapkan permohonan
sebelum berdentingan
keduabelas dawai

di malam berapi lilin
melelehkan penat
menggigit sunyi
menghalau keluh

menghembuskan teduh
helai helai kehidupan


***** Bandung, 01 Januari 2015