jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Senin, 31 Januari 2011

BOROBUDUR

borobudur


menawan pukau menawan. kita ditawan ketakjuban akan megah historicalnya borobudur.

sungai progo juga sungai elo gemericikkan alur tenangnya. gunung sundoro-sumbing, me-

rapi-merbabu karibnya. syailendra, o, syailendra ! cerdas memikat kemilaunya sriwijaya.

lukisan ukir batu, dinding stupa. kisah nirwana, duka lara surga, hidup mati manusia. tubuh

reliefkan kosmologi: kamadhatu alam hasrat, rupadhatu alam nyata serta arupadhatu alam

maya. menakjubkan mahakarya peradaban. ajaib borobudur. ragam hikayat, ukir kisah ter-

ukir, pahat pukau budaya bangsa. hirup semilir sukma. langit tak hembusbangunkan batu.

anak cucu nenek moyang, kecintaan peradaban diderai peluh. juga tulang banting tulang

kokohkan megah bebatu di hamparnya.


*****

bdg, 01 Pebruari 2011


C I C A K

c i c a k


kenangan bisa merupa isak pun derai disenyum krimy.

cicak kecil barusan melompat ke lutut, ketika kududuk di

rotan kursi yang belum pudar warna vernisnya, untung

lah ia tak jatuh di kepala sebab kata orang, itu pertanda

peristiwa duka akan kita alami. syukur tak. jeritanku

tak berlompatan. tak halnya ketika dulu sedang serunya

akan nikmati kue kue buatan ibu, cicak berdarah kering

,muncrat yang kering menempel di lipatan pintu lemari.

selera tuk ngemilpun sontak membisu. diam. ambil makan-

an di lemari makan lain.


endap endap cicak bisa berarti baik juga buruk. apapun itu

ia lah hewan kecil dengan tubuh kenyal seperti bongkahan

bola bekel yang lunak. namun bukan tuk dimainkan.

suatu hari teman sd melemparku dg cecak. ketika sedang

berbincang dengan teman di bangku kelas. tak penah hanyut

ingatanku akan ulahmu, agung. hm teman sepermainanku

yang selalu ajak bermain sepeda dan main dino boy di halaman

sekolah berpasir.


cicak cicak di dinding, diam diam merayap ... bila suatu hal

membuatmu pucat. segera gerak dan hap! lalu ck ck ck ...

kau tanggalkan ekor yang tercengkeram, lantas menanti

tumbuh lagi ekor antikmu. bagaimana bila kucing, anjing,kelinci,

harimau, bisa lepas dan tumbuh lagi ekornya seperti cicak punya,

o, berseri serilah manusia.


*****

bdg, 31 Januari 2011

Minggu, 30 Januari 2011

BDP : essay Handoko F.Zainsam

Sebuah catatan untuk materi penulisan puisi “RUMAH PENA”

Bagian 1

BERMAIN DENGAN PUISI*

Handoko F. Zainsam

*Untuk disampaikan dalam pelatihan menulis puisi di “Rumah Pena”.

Sahabat dan saudaraku,

Menulis puisi, pada dasarnya, tak beda jauh menulis surat, catatan, atau diari. Di sana banyak sekali renungan, kisah, tanggapan, gambaran, dan banyak lagi hal-hal yang bisa diungkapkan. Namun, tidak serta-merta menulis surat, catatan, atau diari bisa langsung disebut puisi. Kenapa?

Seperti halnya bentuk-bentuk tulis lainnya, puisi juga memiliki tata aturan atau struktur yang menjadi tulang penyangga pembangunannya. Hal inilah, akhirnya, menjadikan tulisan tersebut dikenal atau disebut sebagai puisi. Karakteristik struktur pembangunannya inilah yang membedakan puisi dengan bentuk karya tulis yang lainnya.

Lantas apa itu puisi?

Banyak sekali pakar yang membahas atau mencoba memberikan definisi pada puisi. Kalau menggunakan pendekatan asal kata dan bahasa, maka puisi berasal dari bahasa Latin (Yunani) dari kata poesis yang artinya ‘penciptaan’. Selanjutnya, banyak para pakar yang berusaha memberikan definisi pada puisi. Di antaranya adalah Carlyle yang menyatakan puisi merupakan pemikiran yang dituangkan dalam bentuktulisan yang bersifat musikal; Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi itu merupakan kata-kata yang terindah dalam susunan terindah; dan Dunton berpendapat bahwa puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Dan, banyak lagi pakar yang mencoba mendefinisikan puisi ini.

Namun, dari definisi-definisi para pakar tersebut, semuanya merujuk pada ungkapan perasaan atau emosi, pemilihan kata dan rasa bahasa, aspek keindahan, imaji, asonansi bunyi, bentuk (typografi), makna, dan pesan.

Mari kita membongkar kembali puisi untuk kembali menyusunnya.

Dari berbagai definisi, struktur, dan karekaternya, puisi sendiri memiliki kekhasan yang ‘banyak’ pembaca sepakat menyebutnya puisi. Meskipun begitu, banyak pula terjadi perbedaan pendapat atas beberapa bentuk puisi. Hal ini lantaran puisi memiliki kelenturan dalam pembangunan penulisannya. Lepas dari haru-biru atau perdebatan panjang mengenai puisi, dalam kepentingan pembelajaran penciptaan puisi, saya akan kemukakan beberapa unsur-unsur penting dalam puisi.

Pertama, Puisi hendaknya memiliki rasa kata dan bahasa. Artinya, puisi mampu memberikan kekuatan pada tiap kata dalam bahasanya. Hal ini berkait erat dengan karakter puisi yang merupakan kristalisasi pemikiran. Ini yang membedakan puisi dengan karya bentuk narasi lainnya.

Rasa kata maksudnya adalah kekuatan dari pemilihan diksi yang kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan ini pula yang kerap memunculkan banyak sekali penyimpangan-penyimpangan dalam puisi. Namun, penyimpangan ini justru menjadi kekuatan bagi puisi itu sendiri.

Rasa kata ini juga memiliki keterkaitan dalam pencapaian makna. Artinya, tiap kata yang dimunculkan dan bergandengan dengan kata lain menghasilkan sebuah makna yang baru atau terjadi penguatan rasa. Hal ini yang menjadikan puisi sebagai bahasa tulis yang memiliki tafsir makna beraneka ragam. Hal ini lantaran tidak ada aturan atau keharusan untuk menangkap dalam satu makna.

Rasa bahasa juga memiliki peran penting dalam pembangunan puisi. Rasa bahasa ini terkait dengan pemilihan bahasa yang digunakan dalam penulisannya. Aksen, dialek, dan berbagai kekhasan bahasa menjadi kekuatan yang cukup baik untuk pencapaian puitika.

Rasa bahasa juga memiliki cakupan pada majas dan gaya bahasa yang digunakan atau dipilih dalam penyusunan puisi. Penggunaan unsur-unsur terkecil bahasa dan pencapaian perkembangan makna bahasa juga menjadi kekuatan utamanya.

(Catatan: majas-majas tersebut antara lain, metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks).

Kedua, puisi hendaknya memiliki pencapaian estetika atau keindahan. Hal ini yang menyebabkan puisi menjadi karya tulis yang memiliki berbagai konsep keindahan yang bersifat abstrak atau konkret. Maksud dari keindahan yang bersifat abstak yakni keindahan dalam pikir dan rasa. Artinya, pembaca akan memperoleh ‘sesuatu’ setelah membaca puisi tersebut. ‘Sesuatu’ ini yang merupakan sisi batiniah atau spiritual, imaji, dan rasa pesona.

Keindahan abstrak ini mengaju pada kekuatan imaji yang dibentuk dari teks puisi. Di sisi lain keindahan abstrak juga mengacu pada pertarungan pemikiran dari apa yang hendak disampaikan dalam puisi.

Keindahan rasa atau citra rasa dan rasa pensona menjadi tulangpunggung dari puisi. Hal ini yang akhirnya menjadikan puisi sebagai kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi perasaan pembaca. Di sinilah, nilai keakuan muncul secara kuat. Keakuan di sini, artinya, dari keakuan penulis lantas bergerak ke keakuan pembaca. Pembaca seperti menemukan sesuatu untuk ditolak atau diterima.

Keindahan konkret dijumpai dalam efek bunyi yang dihasilkan dan juga bentuk dari tulisan puisi tersebut (tipografi). Keindahan konkret di sini juga mengacu pada keindahan bunyi yang menyangkut rima, ritme, dan metrum (saat dibacakan). Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup diantaranya: Onomatope atau tiruan terhadap bunyi,bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi atau kata, dan sebagainya. Ritme merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Metrum di sini merupakan ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata dalam setiap baris; atau pergantian naik turun suara secara teratur, dengan pembagian suku kata yang ditentukan oleh golongan sintaksis.

Ketiga puisi hendaknya menyapaikan suatu ungkapan rasa, pesan, pemikiran, kenangan, dan juga harapan. Penyampaian ungkapan yang tersebut di atas inilah yang menjadikan puisi sebagai karya yang bersifat personal atau menjadi karya yang bersifat universal. Artinya, segala ungkapan yang merupakan langkah lekaku penulis dalam menyampaikan segala perasaan, pemikiran, kenangan, dan harapannya.

Sahabat dan Saudaraku,

Menulis puisi memang merupakan kebebasan tiap personal untuk memilih dan memilah seperti apa yang menjadi tujuan yang ingin disampaikan dalam bentuk teks. Namun, perlu disadari bahwa puisi memiliki kaidah-kaidah tersendiri dalam penulisannya. Artinya, Ya, tidak diharamkan untuk melakukan pemberontakan. Namun, harus disadari bahwa pemberontakan hendaknya memiliki pondasi dasar atas apa yang hendak diberontak. Dan, puisi memiliki pondasi dasar pembentukannya.

Selamat Berkarya!

Salam Hangat

Handoko F Zainsam


*


nb: telah ijin share tuk ditaruh di jendelaku

makasih ... :)

OLALA


*****


bdg, 30 Januari 2011

Kamis, 27 Januari 2011

KEPADA LAZLO J.BIRU DAN GEORGE BIRO

kepada lazlo j.biru dan george biro


di samping jendela, dari sebalik gerai tirai, hembus sepoi

manusia pemikir bergelut demi terang peradaban

ada kau di sana, tuan lazlo dan tuan george, selamat pagi!

hujan saljukah dahulu ketika letup letup olah renungmu letup

akan menemu alat penoreh ide ide menawan, bentuk tulisan

dan coretannya yang kelak memukau

: ialah pena!

kalian, tuanlah penganalisa penemu pena

hingga hal penting berlaksa laksa dapat kita toreh

hingga berlari lari, berlompatan jari jari kami melenggokkan puisi

memuisikan kenangan, mimpi serta impian

hingga jari jari mengata, mengalun bebunga disetiap pori

puisi pori pori berhikayat kehidupan

dari bebulu pena ke pena tinta, yang telah tuan cipta

demi keindahan pena pena, dari zamanmu hingga kini

terima kasih, tuan!


*****

bdg, 28 Januari 2011

HELAI HELAI KERTAS

helai helai kertas


jika aku merupa helai helai kertas, Gusti

koyak koyak

kusut pun rerobek oleh puyuh angin

oleh sobekan jari jari

oleh guratan pensil juga pena

oleh tersedaknya dari jilid jilid buku lain

namun helaiku harus mulus

koyakan menghalus hingga tulisan dapat bernaung

kusut melicin bersih hingga terbaca syukur kataku

menghelai baik hingga helaian berpuisi

akan senyum alam

akan keagunganMU

akan runduk hati menyapa ayat semesta


*****

bdg, 28 Januari 2011


DICTIONARY

k a m u s
: untuk suamiku

timang kita timang kamus
bongkah tebal padanya memapar larik
larik makna kata
buka kita baca

kucari makna : jajaran alis matamu
ingin kutahu makna : tajam matamu
kucari arti : telingamu
seperti runcing kuping anjing
juga arti : indah bibir tak aromakan tembakau
apa arti : kekar bahu
apa makna : kokoh lengan
bagaimana juga : kuat tulang tulangmu
?
berulang kali kubolak balik lembarannya
demimu, menerus kucari maknamu
namun tak kutemui yang kumaksud
namun tak di sana gagas arti dirimu
masih dan masih
kubaca lembar demi lembarnya
tuk pahami maknamu
: masih


*****
bdg, 27 Januari 2011

Rabu, 26 Januari 2011

BUKU LILIN

buku lilin


senja beralih bersideku ia menggapai bebulir . hening yang sunyi. serenade jangkrik
mulai kidungkan nyanyi alamnya, hingga putih jingga mengalur. entah bagaimana
ornamen guratkannya. huruf huruf menari, bertitik berkoma selinapi segala yang rasa.
buku ini buku itu akan menoreh apa apa yang pernah, sedang serta akan kumilikki.
setiap getar adalah anugerah indahNYA. setiap kekeliruan melipat bebatu rasanya,
helai helai adalah rindu. ia berkawan malaikat dengan sayap sayap kasihNYA. buku
bukuku, sayang ,, suatu saat nanti berlilin lilin kata untukmu, MU . hingga nafaskan
doa yang doa.

lantas ucap meriak panas takkan kudengar, hingga tak pula hanguskan lembarannya, tak
lebamkan, tiada lagi melubangi . kerikil umpat sangka bagai kerakal hunus. andai, andai tanganku dapat
membentuk lembar besi menjadi kostum , yang begitu saja mampu kulekukkan tanpa jilatan api, sebagaimana Daud as membuatnya, sebab beliau istimewa, maka barangkali balutannya telah kau kenakan. namun tak siapapun menyamainya. ia makhluk utusan. dan manusia jaman kini, dinegriku taklah gunakannya. kecuali kecuali, entah negri negri sana. sedangkan ini, tanganku, membolak balik lembar lembar berlilin. ia leleh sebab benderang sumbu.

dihela jeda menulisi buku lilin, kukunyah repih kue ringan juga kwaci, tegukkan minum teh juga kopi . berita tv serta catatan suratkabar. lalu menari nari gempita penaku. oh hidup! pohon pohon dirimbun dedaun tentramkan relung yang berpalung palung laju meriak. tak mungkin Kau salah sangka, Tuhan. tak pula salah ciptakan ku, ia, juga mereka. oh hidup, rindu ... kasihku ialah kau ayah bebuah hati, suamiku , menanglah tuk esok kita. lihat, tatap tataplah mata ku, ada kata berkata indah untukmu. temaram lilin lilin berpagar kertas dinding cintamu, cintaku . . .



*****

Senin, 24 Januari 2011

LELAKI PEMBAWA BINGKAI

lelaki pembawa bingkai

kunang kunang malam masih ada, berseliweran di meja. sudah pagi, karenanya tak amat kerlip.
suluh suluh mentari adakan cahya. beberapa buku robek sebab angin segala penjuru mengoyaknya. ah, harus
nya taklah sedemikian. dari utara dari selatan dari timur dari barat tarik menarik sehingga lusuh,
robek memerah lebam.

lelaki pembawa bingkai selalu datang, ia tahu peristiwa yang telah dari tahun tahun silam merambah daftar judul bab bab bukunya. "mari kubingkai robekannya," pintanya memohon.
agak berteriak kata melompat dari kerongkonganku,"jangan! taruh saja bingkaimu itu. kunang kunang sedang terhuyung, mungkin difitnah puyuh angin. tolong jangan abadikan robekan hitamnya helai helai itu, cari saja berita menawan, dari kertas indah lain .
sebab aku pun tak tahu apa yang diperdebatkan." kata kata lain di buku lain barangkali lebih merajuk warnanya. kusarankan ia untuk membingkai indahnya kasih sayang anak manusia yang bermasyuk biru diputihnya. ia kecewa, apalagi aku!

lelaki pembawa bingkai berjalan lunglai. ia belum lelah menjinjing bingkai dengan aneka bentuk. suatu saat nanti, kupanggil engkau tuk bingkaikan kisah apik yang akan, barangkali, namun aku tak menjanjikan. "ya," jawabnya, ia akan menunggu dan ke sini jumpaiku entah kapan.

melangkah ia, menendang kayu di jalan ... entah hingga kapan .

*****
bdg, 25 Januari 2011

selasar senja dan malam ...

selasar senja, dingin lembayung


angin tidak sedang bergurau

dingin lembayung tiada kelakar

piuh air tanah diricik mengarah menggemburkan

mengidungkan akar bumi


menapakinya, bukan menghuni diam

lantas orang bilang, senja tak'kan lari

genggamlah sedingin jejak

jari jari senja meruang petuah

isilah lelorongnya dengan keteduhan relung


: kebun jingga merumpun

dengan hamparan kata yang kata

di selasar senja, dingin lembayung

menawan pukau KuasaNYA


*


selasar malam, berpena bintang


setelah kidung menjabat erat awan

bebintang berlompatan

satu persatu kerlipkan bumi

adanya sebab menjentik jari jari Rabb


segala sumpek, muram dan gumaman mendung

sedari pagi dengan menawan memudar

aku bintang , hendak pendar dipena, mu

mari nikmati kata, berpesta huruf, kita


setelahnya, dapatlah kita bersitatap dengan kantuk

cengkeramai impian dengan bongkahan doa

dilegam yang tak tawar

tetap gelepar bermetamorfosa


: hingga ke peraduan

pena bintang terselip dikertas, menyurat

jingga menekuri tulisan berlarik larik malam

dari Khalik , langit bulan pun putih menetas di selasar


*****

bdg, 24 Januari 2011

Jumat, 21 Januari 2011

PERNAK PERNIK

a. CINCIN SYUKUR


sekira tiga belas tahun silam

cincin cinta

kau semat dihembus kasih

gumpalan doa doa murni

jari manis meraut kehidupan

gerigi putihnya lunak melengkung sebab gerak

gerak yang setiap saat kabarkan mainnya

di helaian udara beserta harum debu yang kepak


inginmu selalu melihatku

dengan cincin yang telah kau ambil dari relung

agar memanis sayap sayap jariku

ketika julur, setiap ruas menyemat syukur

akan pertemuan yang telah

tuliskan puja pujiNYA


*


b. BROS


ketika kau kaitkan kostum

dengan peniti hias bunga atau ragam bentuk

wahai saudara

adakah menggetar pula degupmu

akan keindahan replika dan

pendar transparan warna warninya


ia cahyakan pula kerlip hiasnya

hingga rasa kasih merelung

hingga halus budi bahasa

dari kerikilnya pasir suara


ia binarkan

bentangan kita yang masih

mengurai hitam, putih, biru dan jingganya alam


**


c. KALUNG


untaian bulir bulir rindu, dari beberapa masa

terangkai hiasi leher

butirannya cinta, dikait murni doa

relung didalamnya, menalikan binar

berliontin setia mengalung kasih


***


d. GELANG


di pergelanganmu

ketika telapak menampik gugur

ia menyemat genggam murni

cinta untuk setiap gerak, setiap raih

segala remat

padanya nadi menyemai kebaikan

yang tumbuh hias

dari pupuk peradaban


****


e. ANTING ANTING


adakah hitam putih kabar, kilaukan telingamu?

ia pancar bukan dari apa apa yang tersemat didaunnya

cahya adalah dari membeningnya hiruk pikuk

yang seksama alurkan kehidupan

yang benderang endapkan putihnya kusam

hingga terfilter putih


aku tak beranting, indahnya mengait telah

disemaraknya suara suara diri


*****

bdg, 22 Januari 2011

Rabu, 19 Januari 2011

selasar siang, selinang bahagia

selasar siang, selinang bahagia


di ruang panggung yang massa

persuaan diri diri ragam rasa

dari bahagia serta murung kelam

kerlap kerlip merundung bayu


di sana, kanopi dingin yang awan

teduhi kita ditapak kata

selinang bahagia, berangkat dari murung

beranjak dari sujud lututlututnya

menapakki leliku aspal dan tanah gembur

dari bukit

dari gunung

dari desa

dari kota

ke kota

ke kotakota


di selasar siang, ia . . .

temani matanya hari, hari kata yang matahari


*****

bdg, 20 Januari 2011

selasar pagi

1

selasar pagi


mereka, wanita lelaki paling pagi

membuka kelopak demi menyauh gelembung

embun embun bening menggumpal masih

di rerumputan

d ipelepah batang

di dedaun

di kelopak bebunga

di tubir impian


mereka, wanita lelaki paling pagi

dengan sandal dan sepatu

tergopoh gopoh diselasar

menyemat pertemuan

di selasar NYA

pada pagi ke senja

pada senja ke pagi

lukis tuliskan detak


*****

bdg, 20 Januari 2011


2

RERANTING BISU


mengejar semi musim teramat nanti

bila mereka reranting

kering diterpa angin

selalu bersulang diri dan berulang

dari kisah pepohon dengan dahan ranting

bunga serta buah _ jika ada

ketika mereka reranting sunyi

bisu seusai rimbun daun cengkeramai

setanggal pesinggahan kelopak bunga

pejalan kaki pandangi elokmu

duhai dimusim kini

badai kepakkan patahan

lalu angin muarakan

reranting bergesekkan, menghulu

mereka tak sendiri selami masa

begitupun aku

kisah tak sendiri

sunyi menyaksi denting ranting

: ketika merupa masih

bawa pesan akan nasib

cernai senyap

mendaur bisu

*****

bdg, 21 Nopember 2010


3

dibangku kayu


masih duduk di bangku kayu
seia sunyi sekata senyap
taburan aksara mengata

genggam asa pagi dan senja
putih memuara jingga
jingga rona menghilir putih

raup duduk rayap rindu
langkah ayun tak lebam
masih semat seputih kasih

kau disana, disana arungi sunyi
menunggu pagi, menanti senja
kau tak senyap, dekap kerap doa

masih duduk dibangku kayu
eja aksara alis, kata mata hati
iring jejak kalis, tiada gontai

dibangku kayu, aku tak sunyi
cawan pekat lafadz, teguk kisah
untai bibir aksara, juntai lerai

*****
bdg, Nop 2011

4
kepada lazlo j.biru dan george biro


di samping jendela, dari sebalik gerai tirai, hembus sepoi

manusia pemikir bergelut demi terang peradaban

ada kau di sana, tuan lazlo dan tuan george, selamat pagi!

hujan saljukah dahulu ketika letup letup olah renungmu letup

akan menemu alat penoreh ide ide menawan, bentuk tulisan

dan coretannya yang kelak memukau

: ialah pena!

kalian, tuanlah penganalisa penemu pena

hingga hal penting berlaksa laksa dapat kita toreh

hingga berlari lari, berlompatan jari jari kami melenggokkan puisi

memuisikan kenangan, mimpi serta impian

hingga jari jari mengata, mengalun bebunga disetiap pori

puisi pori pori berhikayat kehidupan

dari bebulu pena ke pena tinta, yang telah tuan cipta

demi keindahan pena pena, dari zamanmu hingga kini

terima kasih, tuan!

*****

bdg, 28 Januari 2011