jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Jumat, 26 Agustus 2011

KEMBANG API


adakah kau rasa anakku, lembaran angin gerai kesejukan
yang merahasia bening hatinya. dan kembang api itu, len-
tera rimbunan kembang, pendarnya sukacita menghujam
debar.

salutan gumpal arang, klorat dan belerang, ia ubah bentuk-
an api dari tangkai korek ke tangkai kawat. percik pijaran
usia yang tergerus semilir hingga badai kering yang dingin.
adakah ia riap di tetulang dagingmu, anakku? sulutnya lon-
jakkan pandang. menggantung ia di dahan malam, dedaun-
an menari, bila jari jarimu rengkuhinya, bersenandunglah
percik klorat di lompatan hangusnya. membakar senyala
percik kembang, seperti usia yang akan tuntas, kelak. nanti
kanlah masa yang pendar ialah kerlip rentang kita.

kepak beburung hantu dirimba api yang rimba. jengkerik ,
derik derik senandung senja ke perhelatan bintang & bulan.

*****
bandung, 26 Agustus 2011

IDUL FITRI


1 Syawal 1432 H
Minal Aidzin Wal Faidzin
Maaf lahir dan Bathin

padamu bumi, taklah menangis
jangan kau ambil rintik pelupuk
lihat, lihatlah di esok doa
bangku bangku kayu bawa kelaknya indah

hirau kicau burung kematian
ia akan kepak di rimba api yang rimba
karena huni bumi ini rindui cinta damai
rimbun pepohon doa derak alam

*****
bandung, 26 Agustus 2011

Selasa, 23 Agustus 2011

GOD'S BLESSING


open up mornings' windows
everything
our watching, speaking, moving, stepping
runing , jumping and beating are in GOD'S Blessing
HE hugs us, loves and smiles at us
sometimes in screaming, throwing or some scary things
sometimes in smooth ways, in loves this sky and things on earth
then, be better, be greater

:)

*****
bandung, 24 Agustus 2011

Senin, 22 Agustus 2011

TELUNJUK ITU




ketika telunjuk itu menunjuk , malaikat kepakkan sayap pena
ada banyak untukku, juga mereka, ku terpukau
: " goreskan huruf huruf di lembaran kaca "

lalu henyak darahku netes, gumpalannya menjadi ungu

merupa tinta

: " ini tinta lain dari yang lain, tak pudar di badai masa "

aku percaya, sebab adamu

kutulis huruf huruf telunjuk di lembaran kaca, ada aku_ ada kamu



mari kita lihat peta dunia

beringsut, kutunjukkan inginku kunjungi negeri sekitar

dimana hanya lekuk gambar coklat, hijau dan birunya samudera

pampang sketsakan gejolak bumi: mungkin

kambodia, singapore, australia, inggris, arab, afrika atau amerika?

ah, entahlah, apakah penghuni negeri itu akan sapaku?

lagi lagi entah, dan aku akan menunjuk nunjuk dulu sembari

bertanya dalam hati, kuketuk ketuk pintunya

bagaimana rupa jendelanya? apa warna tinta mereka biru, hitam,

atau pirang?

apakah bening embun dan salju dapat menjadi tinta untuk larikkan kata?

tunjuk, tunjukkan telunjukmu di lembaran kaca

banyak ke arahku, beberapa padanya



*****

bandung, 22 Agustus 2011




Minggu, 21 Agustus 2011

HIDANGAN DAN GENGGAMAN

/1/
ini bulan keberkahan, ramadhan rundukkan goda
siapa tabah, taat dan santun , maka berkilauanlah jari jari,
lapar dahaga di 'imsyak ke masa buka', memijar di kerongkongan
pandang dan peram rasa adalah cerlang sukacita

beberapa hidangan tersaji, di meja bertaplak warna bersih
lezat rupa, lauk pedas, sayur , gorengan, kolak labu juga buah
seseorang memberiku manggis, rujak tomat dan pepaya
katanya,"makanlah, bukankah kau sedang diet?"

kunikmati tegukan dan kunyah olahan rasa syukur, segera kenyang
cawan ketulusan hatilah sejukkan aneka hidangan
lalu, apalagi harus kuambil, mana yang mesti kusantap?
setelah ini, hidangan apa akan kutemui, kuteguk dan telan?

/2/
dari segala berkah yang berkah, senyum mendera, telah genggamku
apa harus kulakukan, ketika orang orang pamrih dari perbuatannya
ketika orang orang berharap dan aku pun tak tahu bagaimana esok?
lantas katakan, harus bagaimana agar kehangatan tetap digenggaman

doa, hanya doa menentramkan gelisah cemburu, aku padaMU
padamu sembabku, kau ingat_ tak pada lainnya, entah kau kini
angin masih senandungkan derai kata, yang sesiapa tak hendak
koyakkan tebaran huruf huruf di hidang lembarannya

mungkin esok hidangan buku akan kulahap, entah dimana, bagaimana
meneguk ilmu ilmu sosial pun alam, aku tak sendiri bukan
dengan segenap cinta , yang tak hendak melirih repih
dengan bebinar bola matamu, yang selalu ingin kugenggam


*****
bandung, 22 Agustus 2011

Rabu, 17 Agustus 2011

CERPEN: DI RERUMPUTAN






Bebulir mata, Allah, ia masih di musim kemarau. Gamit sendu, pelukki

senyap, sembab. Setelah repih lubang, sayat anyir sontak bak dipaku.

Kutahu Kau ada, Kau dekat, mungkin terduduk di bangku kayu muda
oleh gerimis_ aroma menawan jumpai kemarau,belum tiba penghujan.

Daun daun coklat melambai dipiuh angin. Lenggang halus jumpa debu.

Reranting senyumi bakal daun tumbuh. Bunga rebak, mahkotai rimbun.

O keindahan alam mana yang hendak kupungkiri? Dan kau, senja ini

kirim pesan: akan ke medical check up dulu. Entahlah , padahal ingin

ku duduk rebahan denganmu di rindang.Kita di rerumput dan ilalang

sekitar. Embun senja yang ranum, meneduhkan. Sejenak bebulir lembab.

Ingin kuwadahi ia hingga keringnya, tapi tak jua nitik. Bebulirku masih

kemarau. Di ujung sana bagaimana? Adakah angin panas derai sejuk?

Taklah kau suka diagnosa, atau jenguk seseorang yang juga cerah bila

dengar tapak sepatumu. Namun kau benci suntikan, tak suka aroma

obat_sepertiku. Sejenak keningmu berkeringat di ruang ber-ac. Ingin

kuseka , namun angin belum jangkaukan. Kau sibuk dengan kernyit dahi.

Tapi sibuk itu pilihanmu, dan kau tuluskan bakti pada warga bumi. Setang-

guh bahu dan tungkai menyangga tubuhmu. Selalu kusenang simak tawa

hingarmu, tak sungguh kerlingmu pada seseorang beraroma jarum suntik

dan labu infus itu bukan? Aha, ia bagian dari warna warni kehidupan, bah-

wa tak pada setiap orang kau bisa merebah ayun tenang. Berbincang senyap.
sc

*
Telah jelang senja berikutnya. Kembali kusambangi kebun rumput ini jum-

puti setiap keindahan kata di rimbun pohon. Harum rumput, pelepah kayu,

seperti rempah rempah binaran. Sejuk dan hangati nafasku. Esok, ketika

longgar waktumu, lukislah derak ingatmu. Padaku diketeduhan huruf huruf

mudamu. Aku akan bangga, pada merindingnya bulu kuduk di pagi embun .






lalu jika helai- helai buku kubaca, berjingkat kuduk, ditangkup syukur yang

selalu tatapku terbelalak. Buku spiral di pangkuan, sesekali kugigit bolpen

penawar sukacita. Masih kutulis helai di halaman berikut. Saling rebut gigit



dengan rumputasah, rasa embun daun senja, agak asin. Menerus lapang



rerumput ini membawaku nikmati kesejukan kebun.




*

Sesekali tampak anak-anak kecil bersepeda di pinggir jalan. Mereka bernyanyi,

berteriak-teriak menikmati masa yang belum kelok. Indah simak senandung de-

daun dihembus angin, rerumput yang sukacita teduhi sesiapa kita yang merebah

dan duduk-duduk di sini. Jingkat ranum embun yang senantiasa menyejukkan.

Kehangatan alam mana yang hendak kupungkiri? Allah_kekasihku, terima kasih.

Tak selamanya getir memahat di dada tulangku.


Senyap ini kupeluk sendiri, sesekali pipit cericit menyapaku. Seolah tahu bahwa


i pun kunanti, menemani hening mata yang tak hendak kulelapkan di sini .


Ragam bebunyian indah kusimak. Jika ibu tersayangmu bersamaku kini, kiranya


semarak senyapku. Kita akan berbincang tentang alam, kehidupan dan sejarahnya,


tentang sahabatmu ketika muda, bahas buku, mengenai bumi, negeri ini dimana ia


menyayanginya. Rasa sakit tak pernah ia rasa, rasa kasih dan sabar selalu ia tebar.


Sepertinya kita cepat menjadi sahabat, pun aku sebagai anak yang setiai kisah-kisah


tentangmu, masa mudanya dengan senyum dan tawa. Bila berjauhan, kita akan ber-


kirim kabar, hanya sekedar menyapa dan bertanya; apakah kau baik-baik di sana?


Sampaikan salam pelukku , bila kau jumpainya didoa-doa yang selalu kau panjat.




Dari terjal, liku-liku mengerikil, jejalan menabahkan senandung langgam. Temu terang.


berlan-bulan telah, bertahun, hikmati lembar kisahku. Teman-teman simpangsiur-

an tanya yang kadang mengusik. Hanya sahabat sejati yang sungguh mengerti tabiat



dan karakterkulah yang setia disamping. Ada prasangka menghilir, riak ronta dada,



sembari kurajut benang-benang esok. Hingga dapat kugunakan, rindu sapa menapakki

hari-hari. Rerumput disenja embun pun setia sejukkan, mereka serenadekan hidup yang
mesti kita nikmati, di kelok likunya. Allah, kekasihku, padaMu setiap kisah menggores,
masih kutulis di helai-helai berikut. Cericit pipit mengepak lincah, pucuk rerumput_sese-
kali menggelitik, aroma kebun, dedaun gemerisik hening. Celoteh pejalan kaki di pinggir kebun,

o kehangatan mana yang hendak dipungkiri, ia selalu pagi. Rerumput basah meraut jari-jari,


untuk ayun, ayuh jalan, berlari pun menangkup syukur. Menjumput kata di rimbun pohon.






*****






bandung, 17 - 20 Agustus 2011

Selasa, 16 Agustus 2011

FIKSI MINI

FIKSI MINI : reliji, cinta dan Agustusan


a. ADAMU

ku dekati, Engkau kian dekat, Allahu ya Rabb, berlari menelisik daging, tetulang

hingga sumsum


b. BEBULIR

bertahun tahun Allah. hingga menyurut, satu dua bebulir saja menitik sembab


c. SHOLAT DAN DOA

"sudah sholat?"

"ya, sudah. juga doa doa kusemat disetiap tangkainya. untuk indahnya bebunga kebun

kini dan esok


d. PINTU RAHMAT

segera dapati pintu pntu keberkahan, dengan kunci hatimu. lalu temui mesra rahmatNya


e. AKU & SUAMI

beberapa pasangan selalu mengatakan lezat pada masakan istrinya. suamiku jujur kata-

kan apa adanya, jika lezat ia senyum, tapi jika tidak, kerut kernyit dahinya, "tidak diincip

dulu tadi?' dan inilah cinta


f. SEBELUM NIKAH

melihat kerap datang diakhir pekan, keponakanku tanya,"Apa om Hand engga punya te-

man lain? temannya hanya mba Ella ya, kok setiap Sabtu kesini terus?"


g.TATAPAN

tatap luas doa dan bercawan cawan tulus senyum membalut nganga lubang yang merepih


h. BINCANG SENYAP

rindu datang tak diundang. "hay, jangan bersedih, berikan tanganmu." cekat jemari, pukau

semilir yang runcing, memeluk senyap


i. BENDERA DAN PAKDE

pakde Dat (alm) yang veteran, heran ketika beberapa hari sebelum meninggal, masih kitari

sekitar. ia dapati beberapa rumah belum pasang bendera. "mengapa generasi ini, tiang bendera

pada belum pancang, padahal sudah tanggal 15!"


j. 17-08-2011

telah 66 tahun kau tiup lilin lilinmu, Indonesia. kita pejam, kau terjaga oleh hembusannya. sepoy

sejuk pun ranggasnya.menjadi jaya, membaiklah!



DIRGAHAYU INDONESIA !


*****

bandung, 17 Agustus 2011


Minggu, 14 Agustus 2011

MERDU

merdu! selalu merdu kabar tentangmu, pagi. setia
embun dipiuh dedaun, pelepah juga mahkota bunga.

indah! indah selalu kabar adamu, sambangiku apa

adanya, padamu pun betapa apa adanya. cukup! cu-

kuplah aroma relung itu rebak tanpa pesta kembang

api, cukup! cukuplah senyum bentangkan rengkuhan

doa doa, padanya pahat keindahan cipta cintaNya.

meruas, melantun senandungi kalam


ketika siang, beberapa kerikil serapah . bebatu itu ten-

dangiku. apa langkah kuayun. bagaimana lalu? entah

kukira ia teman, tapi disiang ia berubah menyalak.

engkau siapa, wahai? betapa demikian wujudmu?

bukankah baru tadi pagi kta berbincang, bertanya kabar

siapa engkau? jaman dentang aumnya. sesekali limbung,

ia, ia dan ia betapa mengherankan di adab ini.


tapi tentu engkau tangguh . sedang apa, apapun sibukmu

tentu genggam doa doa untukku. siang kemerduan jadi

pontang panting, namun tak kuhirau bila engkau sehat

melangkah, tapakki merdu. setiap persimpangan, ada lam-

bai yang cekam, pucat, bahkan menggiur. hati hatilah eng-

kau. anjing, serigala, harimau tak punah, mereka ada, dan

tentu di rimba. jika kilat tatap pun erang aum kau dengar,

berdoalah. bicarakan bahwa hidup seperti panggung entah.

namun bumi tetap indah, jika kita isi syukur dari kebun doa.

ini tanganku, tak bersedih walau



*****

bandung, 15 Agustus 2011

HAPPY FASTING


A: apa yg mengkhusyukkan puasamu, selain tertib makan & minum ?
B: tadarus & taraweh, kau?
C: sewaktu dzikir, dan tertidur, bagaimana denganmu ?
D: ketika kulihat seorang anak menemani bapanya mendorong gerobak dagangan gorengan,
hingga tiba berbuka. juga saat lihat batita bergandengan tangan dengan ibunya, berdiri lusuh
diterik bahu jejalan, , ketika itulah malaikat menepuk-nepukku!
ketika itulah lalulalang tanya tentang adaku, puasaku ?!
Allahu ya Rabb, Engkaulah Penggenggam manusia di fana ini dan kelak, Engkaulah cinta !


*****
bandung, 15 Agustus 2011

Kamis, 11 Agustus 2011

JARI JARI SYUKUR


memanglah jari -jari mesti bisa rapat dan meregang. coba jika berhimpitan, bagaimana
kita bisa pijit tuts, menulis relung, juga mengeja intuisi. gambar gambar sekitar tatap
terlukis apik di tari jemari. pun huruf hurufnya teruntai indah di lembaran kertas. helai
yang kalis manisnya oleh penggilingan,hingga kita torehtuliskan syair, essay,pun catat-
an istimewa. keliru bila hanya jadi bungkus,usai pakai dibuang melara.

jari jari mengingat, apa apa yang telah diayunkannya. walau pungut seonggok duri di
cadas jalan, lihatlah telunjuk sunggingkan senyum. mereka merapat, memekar ketika
pegang ranting cawan dan gelas. kau tahu, bibir aromakan tepian gelas dari bebe -
rapa teguk kopimu. pekat dan hangat. endapan menanti bagai terduduk manis di bang-
ku kayu seusai hujan temaram. setiai kesejukan titah bahwa takkan ia sematkan ling-
kar jari manisnya untuk lelaki lain. selalu ingat dan takkan terlupa, dibawa hanyut men-
dung yang sesekali piuh merundung.

jari jari berjajar hiasi lengan sesiapa kita. tak pandang bulu. apapun, bagaimanapun
bocel, gemuk, cakap dan lentiknya, ia jajarrekamkan hal hal yang telah disentuh, diramu,
digeraktulis dan dibuai belai. sesekali sibak benang rambut, ambili tumbuhnya uban
ranum dan senantiasa tersenyum pada kerut alisdahi. ia tapakki menawannya usiamu.
bila kelak rebak bebunga, akan tersibaklah harum dari mekarnya mahkota yang semat di
jari jarimu, jari jariku. bahwa pahat anyir yang kemarin serpih, kiranya kering, simakki
kecup puspa didetak detik, yang takkan kecewakan.

menangkup lantas ia syukuri adamu_ adaku. tersungkur ia di permadani, menulis relung
senantiasa eja intuisi, membaca kata kita.

*****
bandung, 11 Agustus 2011 , 10.12 wib


Rabu, 10 Agustus 2011

TEBING KANAK

kita ada dari gemuruh angin manusiawi, kecintaan memancar jadi onggokan
daging lalu membentuk tulang mewajah berkaki tangan , maka tapak kita
ayun. lentera pagi diembun sapalah yang ayun ayunkan mata . tak hendak
hujat bapa pun ibu, dipeluh keriput menata derak tata kita. cinta beliau me-
ngukirkan kenang yang sepersekian retak. uban merapat,kaki kaki anak anak
terpontang panting bagai kora kora dilembing mesin duduk. memberai mimpi
dan cita cita yang sedari kanak kau benihkan dibenak kami.

ibu membuat kue,kami lahap memakannya. ibu merajut tas tas dan kembang
gips beserta tetangga, kami membaca buku cerita komik bersama nek mak.
nek mak tunggui awan awan kanak disenyum tulus.barangkali sembari mende-
ras dzikir matanya tatap kami. bapa mencari nafkah, sesekali pergi berkilometer
jarak. temaram ruang depan,tempat favorit bila usai senja, mengepulkan
angannya yang tak sesiapa sangka terburai.bapa terkulai. kuasa Tuhan mene-
puk tak hendak kita lalai. namun langkah kami gontai! bumi rasa bercerai berai!
oh hidup, diduabelas tahunku menggapai, rumahku melandai.bapa ibu pasai,
kakak adik derai tetulang tungkai. Tuhan Tuhan , Kau lontar dekapku gerai.
oh hidup, nusa indah bebunga cinta memucat. kasih dan sayang, cinta cinta
sekian depa lunglai. meneguh hati kami kasai!

ibu, bintang bintang setiap tahun kupetiksematkan di buku rapor.tampak kilaunya
ibu? bapa, senyum kau bingkis tanpa porak tanya.kau percayaiku: bahwa bintang
akan terus kuraih di sayap sayap rindu. doamu ketika dekat sigap antar dikemudi,
doamu saat langlang menjauh pun sayup kusemat simak. beserta kepak, parkit
parkit kita lepas,seketika cucakrawa bersiulan di langit rumah pleburan kita, entah
angin mana kepakkannya. sayap sayap akan terus membuluh, ayunkan setiap
bebulu kesejatiannya. terjalcuram matangkan tungkai,lengan,pandang dan simak.
memuisi tebing lelaju hingga lindap di labirin ini. berkah cintaMu, Tuhan, hanyaMu.


*****
bandung, 11 Agustus 2011

Senin, 08 Agustus 2011

TAMPILMU, MENTARI

TAMPILMU, MENTARI

by Nella S Wulan on Tuesday, August 9, 2011 at 5:51am



tampilmu, mentari

kayuh tungkai leluhur hingga mengkontemporer bumi

rasai langit diri


*****

bandung, 09 Agustus 2011


MUSAFIR

MUSAFIR

by Nella S Wulan on Saturday, August 6, 2011 at 5:30am


kitakah itu, yaa Kariim

sang penjejak lembah bukit ramadhanMu

dan entah kapan, di bebatu terjal pun likat mana

KAU akan membelah relung relung untuk disikatkilapkan

: debu kerisauan, kekhilafan

hingga cerlang merebak


kitakah penapak, cintaMu, yaa Khalik ?


*****

bandung, 06-08-2011


MIHRAB CINTA

tersimakkah, malaikat memanggil mentari _ duta pagi untuk menempati
mihrab cintanya

siapa, siapakah wahai !
penggenggam pagi ke senja, kepak pipit pipit meneduh, labuhkan ceng-
keram dimimpi penjejak jaman

masihkah pagi iri pada malam yang gamit ranggasnya siang, padahal
kemarau danau pelupuk, bulirkan satu dua sembab kecipak

itulah ia! nampak mesti kenakan rompi ketaatan, meski tak sebaja
rompi besi buatan nabi Daud a.s

simak, simaklah
: hampar tadarus rindu di mihrab cintaNya

*****
bandung, 09 Agustus 2011

IS IT ?


is it really yours
: truly cool to shine the earth, sun?
which has been benyamned by nice leaves sky
is it ?
is it absolutely yours
: willingness wings of smile
which has been blown the soul
to a cotton lovely feeling
then, it' s been flown to the life-trees
is it ?
still always tighten-up the hand

*****
bandung, 09 Agustus 2011

Sabtu, 06 Agustus 2011

KETIKA SUNYI

KETIKA SUNYI

by Nella S Wulan on Sunday, August 7, 2011 at 5:42am


ketika sunyi, jelaga malam nanti

mengembangkempiskan dada perutmu

dilelap istirah, itulah keindahan yang

betapa memuisi , wahai


*****

bandung, 07 Agustus 2011


Rabu, 03 Agustus 2011

L A J U



siang tadi Tuhan, ku bagai tak berrangka. tapi kerinduan teramat
di julang senja , menarikku bagai ikan duyung disapa mentari ,
berjemur di tepian bibir pagi bebatu sungai. maka mudahkan,
taruhlah rerangka pada dagingku, Tuhan, jangan biarkan ia terberai.
dan masih Kau beri jejaring untukku senyum cinta di gerai kehidupan.
tirai keindahanMu bungkam setiap muram, dan AgungMu_ tak durja,
senyum tawaMu sepoy, semarak merangkul bahu bahu sesiapa kita.
meneguh tangguh dikematangan laju usia. di jendela selalu Kau bisik:
tangkup ketulusan pekerti, kesejatian diri memeluk rerangka, di bibir
pagi bebatu sungai pun jejalan. jadilah hebat, selalu membaik!

hingga malam langitbumi ini,Tuhan, doa doa memendar, pun reruas
jari lubangnya getar terbasuh bebulir mohon. di terjalcuramnya ,
jangan tinggalkan, aku padaMu.


*****
bandung, 04 Agustus 2011, 00.00 am