jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Sabtu, 08 Oktober 2011

BERANDA RERINTIK



rintik ritmis basuh bebatu debu dari bekunya, merupa indah langit
Allah cahyakan tuk berlarian dan menarikan wangi tanah. gelayut
dedaun bebunga di tangkai mengokoh ranting.


di lorong perbincangan, dinding turut menangkup, bisik lirih remang.
malaikat memahat cahya di relung hingga tangan kaki orang orang
kecintaannya. bersampingan,beberapa perbincangan menanti tepuk.
ada yang bermantel, berjins sobek, bergaun tebal tipis, berkaoskaki,
bersarungtangan. jika tindakan akan tentramkan ketenanganku, ber-
tabahlah aku di sini. tapi bila anyir akan ritmis, tak hendak kusimak
rangkai ucapan yang duduk di bangku bangku meja menanti panggil.

tapi adakah cahya melukai? kepada siapa kubagi asing, pukau dari re-
lung, beberapa saja rasai. mestikah dipahat? hati ini tak beku,tak mes-
ti jajar melorongkan diri . biar di suatu ranah sana angin membentuk.
malaikat menahu, tak usah ia memahat. mungkin beberapa hati sebeku
gundu, bebatu atau bongkahan mengkal. mereka masih di sana. dan
telapak tarikku jalan, raup gerimis , darinya kemarau kian menepi. kun-
cup kuncup bunga menyembul di sela sela jari kaki kaki. kita di beranda
rerintik, bergulma zat bumi. dan rerumputan, basah ia tergelak canda,
sesekali sendui muram disekian perbincangan.



*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar