jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Kamis, 11 Agustus 2011

JARI JARI SYUKUR


memanglah jari -jari mesti bisa rapat dan meregang. coba jika berhimpitan, bagaimana
kita bisa pijit tuts, menulis relung, juga mengeja intuisi. gambar gambar sekitar tatap
terlukis apik di tari jemari. pun huruf hurufnya teruntai indah di lembaran kertas. helai
yang kalis manisnya oleh penggilingan,hingga kita torehtuliskan syair, essay,pun catat-
an istimewa. keliru bila hanya jadi bungkus,usai pakai dibuang melara.

jari jari mengingat, apa apa yang telah diayunkannya. walau pungut seonggok duri di
cadas jalan, lihatlah telunjuk sunggingkan senyum. mereka merapat, memekar ketika
pegang ranting cawan dan gelas. kau tahu, bibir aromakan tepian gelas dari bebe -
rapa teguk kopimu. pekat dan hangat. endapan menanti bagai terduduk manis di bang-
ku kayu seusai hujan temaram. setiai kesejukan titah bahwa takkan ia sematkan ling-
kar jari manisnya untuk lelaki lain. selalu ingat dan takkan terlupa, dibawa hanyut men-
dung yang sesekali piuh merundung.

jari jari berjajar hiasi lengan sesiapa kita. tak pandang bulu. apapun, bagaimanapun
bocel, gemuk, cakap dan lentiknya, ia jajarrekamkan hal hal yang telah disentuh, diramu,
digeraktulis dan dibuai belai. sesekali sibak benang rambut, ambili tumbuhnya uban
ranum dan senantiasa tersenyum pada kerut alisdahi. ia tapakki menawannya usiamu.
bila kelak rebak bebunga, akan tersibaklah harum dari mekarnya mahkota yang semat di
jari jarimu, jari jariku. bahwa pahat anyir yang kemarin serpih, kiranya kering, simakki
kecup puspa didetak detik, yang takkan kecewakan.

menangkup lantas ia syukuri adamu_ adaku. tersungkur ia di permadani, menulis relung
senantiasa eja intuisi, membaca kata kita.

*****
bandung, 11 Agustus 2011 , 10.12 wib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar