jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Rabu, 11 Januari 2012

LEMBAR ALBASIYAH


jika dihadapanku hampar lembaran albasiyah, maka kutulis senja jingga ,
seharum rapal ucap biru di kelokan birai jejalan . wahai kerlip bintang tiba
engkau memercik di lembarnya hingga menguntai kilau kata, jadi hidupku.
gerombolan orang di sana berbincang sapa, bersenandung pagi memilin
menit menit. malaikat bergandengan, duduk di bandul lompati himpit detik.
senyum ia, merapal doa dari sejumlah kisah yang telah dan akan melayar.

perbincangan mereka _ muasal kita, dengan ihwal dari imaji konon. berbeda.
padahal susunan kita sama, pun wajah: bermata dua, beralis, berbulu mata
tuk menangkal piuh debu, hidung berlubang aromai harum tidaknya bebunyi,
telinga dengan daun lunak: genggam bebisik dan teriakan,bahumu lebar dan
aku tidak, dada lengan serta kakimu kekar, tapi wanita taklah demikian. tapi,
tapi mengapa ia mampu terbang layang jauh ke samudera,kita tidak_atau be-
lum? tapi ia telah hangat berpeluk dengan jilidan kisah gores penanya,kita be-
lum? ia, telah dapat memilah birai kelok dan lurus jejalan, kita sedang(kah) ?
terus menelusuri sejumlah suluh untuk nyala dengan tentram, dengan ihwal
dari imaji konon.

ketulusan rapal, mencahaya tentu, halau gemerincing sorak ucap _ darinya
tak sesuatupun paham esok dapat menjadi apa. lantas tiada balas tuk cibir
yang percik. bahwa senyum rapal menguatkan, di manapun adanya. getar
dari nangkup jemari kadang kepal di saku celana,di sarung, di mana kau ada.
dan malaikat menyaksi, pegangan. kecupnya di rapalmu, lembaran albasiyah.


*****
bandung, 12 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar