jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Minggu, 19 Maret 2017

What a How

FOOTSIE-WOOTSIE 

sepasang pria wanita berselempang selendang serupa sayap, pagi itu melayang 
tembus belukar arak awan tak tereja indahnya, sapuan halus mentari   kabariku 
bahwa mereka bermain a footsie-wootsie di angkasa di ambang kasih   semesta, 
entah pada pukul berapa detak kencang ceracau hingarnya memekakkan telingaku, 
menerobos labirin relung terendap , dikali kesekian si pria menjerit : duuuuuhh ! 
tak kah kau tahu, rusuk tulang ku demikian gemeretak pencar bak jajar barisan 
prajurit tak berkomando. cericit si wanita sesakkan, kaburkan selaksa pandang 
randu berguncang semburkan terbangan halus bebunganya, ruas hatiku berhamburan , 
ah, pagi ke siang itu ketika melingkar gelang dipergelangan masih, 
tetap dimainkannya a footsie-wootsie! 

***** Bandung, 18 September 2010 ........................................................................................................................................
TANYA JAWAB 

gerusan musim bergelombang tanya. dari helai helai waktu,dihembus angin, bergoyang saat kemarau dan penghujan. bebirai hampar kerakal.ditandus subur rindang, tetap genggamlah sejumput ketenangan cerlang. ia, sinar yang tak kasat mata, hingga ke lengan arus. bangku kayu simak percakapan pohon di samping pepintu lembah. rerumput rebah menari, bawakan sejuk sehalus rindu: akan jawab dari setiap tanya. gelombang luap ke bahu, ke keningmu. basah membawa pasirnya, pemikiran debur, hempas risau sebab sejati adalah tak jumpai batu lumpur, likat tanah lalu, yang membalut tungkai ke lutut. maka dari tanya, gerusan musim menariknya, menarikku, untuk kini masa, jumpai pepintu jawab. maka, untuk apa kita? untuk senantiasa genggam pasang ketenangan cerlang 

***** Bandung, 09 Pebruari 2013

KAUKAH ENGKAU

Kuasa Kuasa, mengadakan bentuk perjumpaan. maka ada aku, engkau, kita serta ia juga mereka. pepintu dihantar angin. membawa rindu yang takkan usang. memberi kasih bertenggang akan gumpalan dari relung ke relung. kaukah engkau atau siapa. tak kutahu masih bulatkah kepala. masih bidangkah bahu bahu menopang ayun lengan hingga tungkai. kaukah engkau atau siapa. sirobok nyala yang pegangi lebam lebam. kita serta mereka dibentuk perjumpaan tak direncana. menanti pepintu dingin buka. begitu saja senyata ada tapak bumi. piuh, layar dan kata menempa bebulir mimpi. bertalu, bertubi ucap disemburat genang antara mata bumi dunia, hidung langit dunia. diantaranya, pepintu panas, hangat larian juga dingin tetubuh. kaukah engkau sedang bercakap cakap ?! 

***** bandung, 15 Maret 2013

PENANAM GERIMIS

masih dipenghujan musim, kini_ segenang apa banjir yang meruah bulan bulan lalu, masihkah luapannya menelaga. di kotaku, terkadang deras rerintik, ada yang genang, beberapa mengaliri lahan lahan, serap yang menyejukkan. tanah kering bagai kenyang dari laparnya.......... di lain lahan, sumbat liang liang pipa. oleh kertas angka, dedaunan kuning coklat, plastik huruf dan kata. limbah relung relung yang koyak aus. menerus kuyup guyuri bumi. langit sunggingkan senyum biru dan jingga. sesekali hitam berpayung mendung. payung yang belum rebak buka bila hanya bebulir ringan menitik. begitulah, terkadang gerimis saat tanah mengering, tanah rindui basahnya. ada yang menanam gerimis itu di lengan lengan. membiar meriak lambatlaun. menggenang berpalung tetulang. merah entah transparan. telapak melebar menadah nitik. sejuk. masih beberapa memasukkan benam di lengan lengan. membiar dingin, untuk bertumbuhkembang. hingga menanti subur rimbun. terkadang jemari getar. dan lalu, dan lalu... ia menaut tali tali diujung jemari. 

***** bandung, 15 maret 2013

JALAN DAN LARILAH

jalan dan larilah. beberapa menarik lajur bergelombang dihelai kertas dari keramaian hati. kerjap garis dan lengkung masih menerus. jalan dan larilah sahabatku! temui wewarna yang sekian masa berkuas jaman. pada terang dan gelap yang senantiasa bersisian tipis. terkadang bela kalah oleh emosi, kilap nominal badai, terpiuh nafsu. sesekali mengeras bongkahan nurani. angkara tipis bersisian dengan jernih, menggarisi berpaling, menjadi asam.......... jalanlah, menuju penarikmu. pijakan kesepuluh jari dihentak keras lembutnya berlaksa alas. ada kerakal juga kerikil, ia ingin demikian genggami. namun hamparnya riuh senyap, melipur ia akan hentak hentak penjejak. merupa bulat roda, langkah perlahan, jinjit dan pelari. ia maknai beberapa bentuk diseruak warna. engkau menjurakah, di dangkal dalam serta sempit lapang. jalanan ajari terjal. sedari jingga ke pekat bertabur bebintang. ada penarik lajur dengan beberapa tanda tiada terhingga. hingga tetubuh bersulang jalan berlarik larik. entah berbatu, meriak ataukah bergelombang 

***** bandung, 06-9 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar