puisi yang terdapat di antologi Sang Peneroka :
HAMPARAN
hampar tanah pagi
bercakap cakap ia tentang keindahan dan mimpi
membuka awal pelupuk dipercik bening
mimpi dari kening kening disemat nyala
terkadang asa memiuh,
berai ia dari derainya
harapan berpegang didedahan
angin liris serta riuh pun genggaminya
kuat ataukah melemah
ditopang oleh sangka sangka kita
oleh kemana ayun tungkai
oleh hampar menumpu pepintu
tangan tangan kita pegangi gagang
berlompatan mengejar atas kebawah,
tegang dan lunglai untuk leluasa
jendela gerai,
berucap akan kehadiran sela sela dingin
nanti,
saat rahang dan bahumu menghempas mendung
kauhisap harum likat tanah senja
ia ajari siang dari menanti pagi
hingga berlarian kemalam
adakah sabar ia semat
untuk sebentuk lengkung di wajah?
sebab banyak terserak debu kerikil
di setiap hampar, di gambar gambar liku
maka pada telapak masing masing kita
siaga membawa segala tempa
siap tak siap, telah ke depan
mewarnai hamparan
bergantian, basah basah dengan mengering,
**** Bandung, 18 Maret 2013
denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Kamis, 11 Desember 2014
Jumat, 05 Desember 2014
DESEMBER
DESEMBER
desember, melantun hujan
derai bebulir setiap piuh
rinai tempa setiap senyap
dinding mendingin dari panas
desember, melenggang almanak
disesakki rerupa jelajah
ujung ke ujung berebut simpul
kisah satu dua tiga empat tak terhingga
desember, alun jalan dan lari
papan bebahu latari kening
mengetuk helai ke helai rampak
membaca rindu rindu beranda
desember, penghujung masa
dingin purnama ke-duabelas
lepasan busuk daun dan kelopak
beralih tetumbuh yang kian
***** Bandung, 05 Desember 2014
desember, melantun hujan
derai bebulir setiap piuh
rinai tempa setiap senyap
dinding mendingin dari panas
desember, melenggang almanak
disesakki rerupa jelajah
ujung ke ujung berebut simpul
kisah satu dua tiga empat tak terhingga
desember, alun jalan dan lari
papan bebahu latari kening
mengetuk helai ke helai rampak
membaca rindu rindu beranda
desember, penghujung masa
dingin purnama ke-duabelas
lepasan busuk daun dan kelopak
beralih tetumbuh yang kian
***** Bandung, 05 Desember 2014
Selasa, 25 November 2014
MENIUP LILIN
Puisi MENIUP LILIN, untuk mas KJ
* satu dari bbrp puisi Nella S Wulan untuk HUT ke-60 usia mas KJ_K.Junaedhi,
seorang penyair, essais, penulis Indonesia. Puisi terhimpun diantologi puisi: SANG PENEROKA, bersama 111 penyair,
yg notabene merupakan sahabat lama & teman-teman berpuisi, launching akhir Nov'14 di pelataran CANDI PRAMBANAN- Jawa Tengah, dan menyusul disejumlah kota lainnya
( dapatkan antologinya yg sekira 500 halaman, dg memesan/di Toko buku :) )
MENIUP LILIN
mas KJ.
Lilin lilin, ia meniupkan larian usia
bulan ke bulan, tahun ke tahun menggenapi kalender
dinding bisu menumpukki larik larik suka duka
wewarna datang dan pergi, menyulam hari,
merobek kepahitan dan lalu memenuhi warna baru
randu telah bahu tungkai
panas dingin tempaan kidung
meniup lilin, menjura kasih
dinding bisu bergumul segala angin
wewarna datang dan pergi
memanggil , segera memunguti serpih
* Bandung, 14 September 2014
* satu dari bbrp puisi Nella S Wulan untuk HUT ke-60 usia mas KJ_K.Junaedhi,
seorang penyair, essais, penulis Indonesia. Puisi terhimpun diantologi puisi: SANG PENEROKA, bersama 111 penyair,
yg notabene merupakan sahabat lama & teman-teman berpuisi, launching akhir Nov'14 di pelataran CANDI PRAMBANAN- Jawa Tengah, dan menyusul disejumlah kota lainnya
( dapatkan antologinya yg sekira 500 halaman, dg memesan/di Toko buku :) )
MENIUP LILIN
mas KJ.
Lilin lilin, ia meniupkan larian usia
bulan ke bulan, tahun ke tahun menggenapi kalender
dinding bisu menumpukki larik larik suka duka
wewarna datang dan pergi, menyulam hari,
merobek kepahitan dan lalu memenuhi warna baru
randu telah bahu tungkai
panas dingin tempaan kidung
meniup lilin, menjura kasih
dinding bisu bergumul segala angin
wewarna datang dan pergi
memanggil , segera memunguti serpih
* Bandung, 14 September 2014
Senin, 24 November 2014
GERIMIS
Puisi: GERIMIS
mulailah gerimis menukik kepala
menatap nanar kering udara
bola bola angin menjangkar
sabar alur yang kian
wahai menarilah, hembus ke dinding dinding
tempat melipat kenang
meletak sisian kening
menyimak perjal disela sela
beburung rintik,
di mana kau taruh terbangan jari jari
menetapi wewarna layang
di sayap sayap Maha
***** Bandung, 18-24 November 2014
mulailah gerimis menukik kepala
menatap nanar kering udara
bola bola angin menjangkar
sabar alur yang kian
wahai menarilah, hembus ke dinding dinding
tempat melipat kenang
meletak sisian kening
menyimak perjal disela sela
beburung rintik,
di mana kau taruh terbangan jari jari
menetapi wewarna layang
di sayap sayap Maha
***** Bandung, 18-24 November 2014
IA, PURNAMA
Puisi: IA, PURNAMA
sebelum lima purnama lalu
ada yang ambil seikat senyap
di lorong, bijak berkisah ia
: tentang matahari,tentang kepala yang berbeda,
tentang menenun sunyi, diasupan, minuman dan kue
ada yang ambil seikat senyap
sejuknya berlarian, sesekali melompat
bagaimanapun, ia simak hingar paginya
berpelukcium Maha
mendapati kening kening kerut
selalu diambilnya seikat senyap
dari perapian manis tawarnya
"taklah aku menggantang asap," ujarnya
untuk hangat nyala
yang disulur bebunga hampar
***** Bandung, 24 November 2014
sebelum lima purnama lalu
ada yang ambil seikat senyap
di lorong, bijak berkisah ia
: tentang matahari,tentang kepala yang berbeda,
tentang menenun sunyi, diasupan, minuman dan kue
ada yang ambil seikat senyap
sejuknya berlarian, sesekali melompat
bagaimanapun, ia simak hingar paginya
berpelukcium Maha
mendapati kening kening kerut
selalu diambilnya seikat senyap
dari perapian manis tawarnya
"taklah aku menggantang asap," ujarnya
untuk hangat nyala
yang disulur bebunga hampar
***** Bandung, 24 November 2014
Rabu, 19 November 2014
CUKUR RAMBUT
PUISI : CUKUR RAMBUT
akhir akhir ini pisau cukur laris manis
dipakai, digenggam untuk pendekkan helaian rambut dibanyak kepala
agar dingin hembus nelisik setiap pori, agar sejuk percik gerimis
pun hujan memulai tandangnya di bumi
akhir akhir ini, banyak lelaki botak di kotaku
orang bilang, itu cara perayaan rejeki
orang kata, beginilah mestinya luruskan nasib baik
agar jauh dari kekusut, agar menepi debu pepasir serta ketombenya hari hari
orang ucap, rerongga lapang di kepala akan lapangkan pula angin esok
kucuran keringat semakin tak sia sia
sebab ia mengalir hangat, catat setiap kabar demi kabar ayunan di benak
sesekali tumpangtindih, tersedak, meluncur
kerut dahi dahi, terpana diterpa tepuk cium
ini saat ketika rombongan lelaki mengusap usap kepala dinginnya
kilau serta percik dawai rasa, enyahkan muram durja
mengemasi jemu, menjernih seiring beranjaknya mentari
ia erat berdesakkan di dada dada bidang, ada perut tambun,
ada petak petak perut digumpal dua gumpal hal, masih terbungkus kain kata
akhir akhir ini kotaku dingin dan hangat
penangkup telapak menjura
pengerat ikat basahi bibir bibir mereka dipujapuji rizki
kepala kepala lapang, ditumbuhi desir, memulai kenakan topi
mengamati bisik disamping, pelukan dari depan, pelukan dari belakang,
***** Bandung, 19 November 2014
akhir akhir ini pisau cukur laris manis
dipakai, digenggam untuk pendekkan helaian rambut dibanyak kepala
agar dingin hembus nelisik setiap pori, agar sejuk percik gerimis
pun hujan memulai tandangnya di bumi
akhir akhir ini, banyak lelaki botak di kotaku
orang bilang, itu cara perayaan rejeki
orang kata, beginilah mestinya luruskan nasib baik
agar jauh dari kekusut, agar menepi debu pepasir serta ketombenya hari hari
orang ucap, rerongga lapang di kepala akan lapangkan pula angin esok
kucuran keringat semakin tak sia sia
sebab ia mengalir hangat, catat setiap kabar demi kabar ayunan di benak
sesekali tumpangtindih, tersedak, meluncur
kerut dahi dahi, terpana diterpa tepuk cium
ini saat ketika rombongan lelaki mengusap usap kepala dinginnya
kilau serta percik dawai rasa, enyahkan muram durja
mengemasi jemu, menjernih seiring beranjaknya mentari
ia erat berdesakkan di dada dada bidang, ada perut tambun,
ada petak petak perut digumpal dua gumpal hal, masih terbungkus kain kata
akhir akhir ini kotaku dingin dan hangat
penangkup telapak menjura
pengerat ikat basahi bibir bibir mereka dipujapuji rizki
kepala kepala lapang, ditumbuhi desir, memulai kenakan topi
mengamati bisik disamping, pelukan dari depan, pelukan dari belakang,
***** Bandung, 19 November 2014
Senin, 17 November 2014
DI BAHU DAHAN
PUISI : DI BAHU DAHAN
dedaun kering berlepasan
hawa riuh bertaburan pepasir debu
"peganglah," panggilnya, mengucap pandang padaku
untuk seketika, untuk berlama lama?
"cobalah," ia berucap
maka aku, berpegang di bahu dahannya
mengencang pegang
nampak orang orang di jauh dekat
membawa serta diri dirinya
di debur angin, terdiam ia
ia bawa senyap
senyap yang meletak gempitanya di suatu tempat
pun menarik tatap ke tatap di suatu masa, di suatu kelak
"peganglah"
***** Bandung, 17 November 2014
dedaun kering berlepasan
hawa riuh bertaburan pepasir debu
"peganglah," panggilnya, mengucap pandang padaku
untuk seketika, untuk berlama lama?
"cobalah," ia berucap
maka aku, berpegang di bahu dahannya
mengencang pegang
nampak orang orang di jauh dekat
membawa serta diri dirinya
di debur angin, terdiam ia
ia bawa senyap
senyap yang meletak gempitanya di suatu tempat
pun menarik tatap ke tatap di suatu masa, di suatu kelak
"peganglah"
***** Bandung, 17 November 2014
BUKU RAPOR
PUISI : BUKU RAPOR
banyak kepala di jejalan,
dilari lariannya membawa kantung kantung nilai : a, b+, b, b-
hari ke hari mengayuh ajar
dari guru guru, dari teman sejawat,
mahaguru berikut alam terurai
derit pepintu membuka warna
banyak kening berjejer,
menempuh semester ke semester, dari a b c
sebab tak tertakar kepandaian,
kebijaksanaan sikap oleh wadah nilai nilai
berlabel bilangan
***** Bandung, 10 November 2014
banyak kepala di jejalan,
dilari lariannya membawa kantung kantung nilai : a, b+, b, b-
hari ke hari mengayuh ajar
dari guru guru, dari teman sejawat,
mahaguru berikut alam terurai
derit pepintu membuka warna
banyak kening berjejer,
menempuh semester ke semester, dari a b c
sebab tak tertakar kepandaian,
kebijaksanaan sikap oleh wadah nilai nilai
berlabel bilangan
***** Bandung, 10 November 2014
Sabtu, 15 November 2014
PEPOHON
PEPOHON
rimbun pagi lebarkan dedaunnya
dedahan membawa sejuk,
tempat bebunga madah membahu
menarik tumbuh menit ke menit,
menetapi kencangsedang
melipat muramnya kelam
jernih larian jari dedahan
***** Bandung, 16 November 2014
rimbun pagi lebarkan dedaunnya
dedahan membawa sejuk,
tempat bebunga madah membahu
menarik tumbuh menit ke menit,
menetapi kencangsedang
melipat muramnya kelam
jernih larian jari dedahan
***** Bandung, 16 November 2014
BENANG DAN HURUF HURUF
BENANG DAN HURUF HURUF
Barangkali setiap kita memerlukan benang
untuk menaut kata
huruf huruf dengan segala tanda bacanya
agar tak sesat, hilang dibelantara jilidan
agar tak ruap layang dihembus bising
barangkali setiap kita mesti menarik benang
di setiap sudut helai helai
di mana jari jari menari
menarikan indah pena dan tuts tuts di layar
menulis ratusan, ribuan, jutaan juta huruf syair dan kisah
agar bola bola tak tersandung hasut rasa
barangkali, menjaga ketekunan baca bola mata
mesti berteman benang benang tebaltipis
menelisik mili ke milinya
simfonikan untaian benang berhuruf huruf
***** Bandung, 15 Agustus 2014
Barangkali setiap kita memerlukan benang
untuk menaut kata
huruf huruf dengan segala tanda bacanya
agar tak sesat, hilang dibelantara jilidan
agar tak ruap layang dihembus bising
barangkali setiap kita mesti menarik benang
di setiap sudut helai helai
di mana jari jari menari
menarikan indah pena dan tuts tuts di layar
menulis ratusan, ribuan, jutaan juta huruf syair dan kisah
agar bola bola tak tersandung hasut rasa
barangkali, menjaga ketekunan baca bola mata
mesti berteman benang benang tebaltipis
menelisik mili ke milinya
simfonikan untaian benang berhuruf huruf
***** Bandung, 15 Agustus 2014
Selasa, 11 November 2014
SOLILOKUI 3
SOLILOKUI 3
ada yang ke depan dengan terang
diketenangan ia cerabuti liar tetumbuhan
langkah langkah ia ambil
beberapa menepi dari gelap
pelupuk langit baru saja digantungi tebal pekat kantung
seseorang mulai menekan tombol
untuk lampu lampu ringan 5 watt
dua warna di suatu ruang
akan tiba gerimis
dihilir dingin
menerpa bumi
menempa galur galur kekeringan
***** Bandung, 10 November 2014
ada yang ke depan dengan terang
diketenangan ia cerabuti liar tetumbuhan
langkah langkah ia ambil
beberapa menepi dari gelap
pelupuk langit baru saja digantungi tebal pekat kantung
seseorang mulai menekan tombol
untuk lampu lampu ringan 5 watt
dua warna di suatu ruang
akan tiba gerimis
dihilir dingin
menerpa bumi
menempa galur galur kekeringan
***** Bandung, 10 November 2014
SOLILOKUI 2
SOLILOKUI 2
wah, terdiam aku serta beberapa tubuh di depan
ada yg sedang terduduk manis, rebahan,
berjalan juga berlarian membawa tubuhnya
terselip cuilan di kening serta lengan lengan entah
cat cat dinding mengelupas dihembus perjal
menanti pulasan,
jendela pepintu membuka
bongkahan hati demi hati melunak
kesemua tatapan diliput haru
disetiap tanda tanda bacanya
isyarat huruf huruf
menyapa percik suram muram ke cerlang ke benderang
***** Bandung, 06 November 2014
wah, terdiam aku serta beberapa tubuh di depan
ada yg sedang terduduk manis, rebahan,
berjalan juga berlarian membawa tubuhnya
terselip cuilan di kening serta lengan lengan entah
cat cat dinding mengelupas dihembus perjal
menanti pulasan,
jendela pepintu membuka
bongkahan hati demi hati melunak
kesemua tatapan diliput haru
disetiap tanda tanda bacanya
isyarat huruf huruf
menyapa percik suram muram ke cerlang ke benderang
***** Bandung, 06 November 2014
REBONYUNDA
REBONYUNDA
ini hari, kotaku dengan bapak serta murid laki berpangsi
warna hitam, matanya hitam
sembari di ruang kelas juga kantor,
sibuk didinding bergambar berhuruf
para ibu dan murid perempuan berkain kebaya
warna mereka terbalut putih
rabu hitam putih,
banyak juga berselempang kain kain warna
merah biru jingga hijau
kuning coklat mewarnai diri diri serta hatinya
****** Bandung, 05 November 2014
ini hari, kotaku dengan bapak serta murid laki berpangsi
warna hitam, matanya hitam
sembari di ruang kelas juga kantor,
sibuk didinding bergambar berhuruf
para ibu dan murid perempuan berkain kebaya
warna mereka terbalut putih
rabu hitam putih,
banyak juga berselempang kain kain warna
merah biru jingga hijau
kuning coklat mewarnai diri diri serta hatinya
****** Bandung, 05 November 2014
SOLILOKUI 1
SOLILOKUI 1
Esok, saat terbangun fajar memulai terbangannya
melayang serta menukik
pun menoreh mematukki embun demi embun
menyibak riuh, lalu sibak kelam taram taram
sesekali lantun menyimak senyap
***** Bandung, 03 November 2014
Esok, saat terbangun fajar memulai terbangannya
melayang serta menukik
pun menoreh mematukki embun demi embun
menyibak riuh, lalu sibak kelam taram taram
sesekali lantun menyimak senyap
***** Bandung, 03 November 2014
Sabtu, 08 November 2014
PERSIB JUARA
PUISI : PERSIB JUARA
sedari Sabtu pagi, Bandung ramai
asap berdesakkan di udara
banyak kendaraan di lajur kiri kanan
menahan kecepatan saling isi, beriringan, melintasi
euforia juara melampaui menit menit dentang
orang orang ke manakah gegas
jejalan ramai beracara sendiri
berkelompok teman dengan tepukkan, teriakan
banyak juga berucap hati sembari senyum
menatap simakki hibuk, dengan ke depan dan menepi
sambutan lapang kota, tubuh tubuh bergelombang biru
banyak pasang mata bersitatap
dari timur ke barat kota melaut arak arakan
: bus bandros, kendaraan bobotoh derai tepukan
serta lambaian ialah gembira jawab dari rapal doa,
elu elu, jabattangan kemenangan tak henti genggami luncur
lompatan tendangan bola bola
keringat berlarian, membawa kota juara
setelah sembilanbelas tahun tak cium harum piala bola
kini tiba masa Persib Juara,
Bobotoh Juara!
rapi putih tenda tenda berjajar
merinding poster poster bentang harmoni kota
radio ucap semat selamat panggung getar
tepukan derai, cium peluk gerai untuk semua menang
untuk setiap tendang
***** Bandung, 08 November 2014
sedari Sabtu pagi, Bandung ramai
asap berdesakkan di udara
banyak kendaraan di lajur kiri kanan
menahan kecepatan saling isi, beriringan, melintasi
euforia juara melampaui menit menit dentang
orang orang ke manakah gegas
jejalan ramai beracara sendiri
berkelompok teman dengan tepukkan, teriakan
banyak juga berucap hati sembari senyum
menatap simakki hibuk, dengan ke depan dan menepi
sambutan lapang kota, tubuh tubuh bergelombang biru
banyak pasang mata bersitatap
dari timur ke barat kota melaut arak arakan
: bus bandros, kendaraan bobotoh derai tepukan
serta lambaian ialah gembira jawab dari rapal doa,
elu elu, jabattangan kemenangan tak henti genggami luncur
lompatan tendangan bola bola
keringat berlarian, membawa kota juara
setelah sembilanbelas tahun tak cium harum piala bola
kini tiba masa Persib Juara,
Bobotoh Juara!
rapi putih tenda tenda berjajar
merinding poster poster bentang harmoni kota
radio ucap semat selamat panggung getar
tepukan derai, cium peluk gerai untuk semua menang
untuk setiap tendang
***** Bandung, 08 November 2014
Jumat, 31 Oktober 2014
MUSIM KEMUSIM
sepuluh bulan telah, kemarau dera
daun daun kering berayun ayun
menelisik tepian, mengumpul percik
maka tibalah kini masa dingin
memulai langit memancangkan riuh rerintik
bergantian tubuh jejalan basah dan kering
pun sejuk sedari lalu amati rasa
maka rasalah basah berhuruf huruf
***** Bandung, 31 Oktober 2014
Selasa, 21 Oktober 2014
SINAR
tertanam bebulir, sedari mula pagi
membentuk rentang dari pepintu jura
tubuh tubuh warnai hibuk
para jiwa kembara
***** Bandung, 21 Oktober 2014
Senin, 20 Oktober 2014
JENDELA
J E N D E L A
menatap pagi,adalah dengan jumpa dan hilang
di beranda dengan tanyajawabnya
uar aroma lembab bebangku meja mahoni
riuh rerintik, serakan dedaun, sedemikian piuh
sedari lalu rimbun lebarkan dedaunnya
dedahan tempat bebunga kepak
beberapa jendela membuka
jauh dekat berkisah tentang batu dingin batu panas
beberapa berdiri
beberapa berlari lompatan
beberapa duduk berselonjor dari penat hari
rimbun bersetia menggenggam pagi
ada jendela yang hembushela segala ingin
tempat telapak genggami empati sekitar
padanya semat tetes embun gerimis
mekar juga bersiklus, berdaun, berduri
dipiuh berlama lama
sebilah mata sepi
menatap gigil antar berhelai helai sejuk
***** nsw Bdg, 23/09/2014
menatap pagi,adalah dengan jumpa dan hilang
di beranda dengan tanyajawabnya
uar aroma lembab bebangku meja mahoni
riuh rerintik, serakan dedaun, sedemikian piuh
sedari lalu rimbun lebarkan dedaunnya
dedahan tempat bebunga kepak
beberapa jendela membuka
jauh dekat berkisah tentang batu dingin batu panas
beberapa berdiri
beberapa berlari lompatan
beberapa duduk berselonjor dari penat hari
rimbun bersetia menggenggam pagi
ada jendela yang hembushela segala ingin
tempat telapak genggami empati sekitar
padanya semat tetes embun gerimis
mekar juga bersiklus, berdaun, berduri
dipiuh berlama lama
sebilah mata sepi
menatap gigil antar berhelai helai sejuk
***** nsw Bdg, 23/09/2014
Minggu, 19 Oktober 2014
HAMPARAN
HAMPARAN
hampar tanah pagi
bercakap cakap ia tentang keindahan dan mimpi
membuka awal pelupuk dipercik bening
mimpi dari kening kening disemat nyala
terkadang asa memiuh, berai ia dari derainya
harapan berpegang didedahan
angin liris serta riuh pun genggaminya
kuat ataukah melemah, ditopang oleh sangka sangka kita
oleh kemana ayun tungkai
oleh hampar menumpu pepintu
tangan tangan kita pegangi gagang
berlompatan mengejar atas kebawah
tegang dan lunglai untuk leluasa
jendela gerai, berucap akan kehadiran sela sela dingin
nanti, saat rahang dan bahumu menghempas mendung
kau hisap harum likat tanah senja
ia ajari siang dari menanti pagi hingga berlarian kemalam
adakah sabar ia semat untuk sebentuk lengkung diwajah?
sebab banyak terserak debu kerikil hampar
digambar gambar liku
maka pada telapak masing masing kita
siaga membawa segala tempa
siap tak siap, telah ke depan
mewarnai hamparan,
bergantian basah basah dengan mengering
***** Bandung, 18 Maret 2013 (* Bdg, 19 Oktober 2014 )
hampar tanah pagi
bercakap cakap ia tentang keindahan dan mimpi
membuka awal pelupuk dipercik bening
mimpi dari kening kening disemat nyala
terkadang asa memiuh, berai ia dari derainya
harapan berpegang didedahan
angin liris serta riuh pun genggaminya
kuat ataukah melemah, ditopang oleh sangka sangka kita
oleh kemana ayun tungkai
oleh hampar menumpu pepintu
tangan tangan kita pegangi gagang
berlompatan mengejar atas kebawah
tegang dan lunglai untuk leluasa
jendela gerai, berucap akan kehadiran sela sela dingin
nanti, saat rahang dan bahumu menghempas mendung
kau hisap harum likat tanah senja
ia ajari siang dari menanti pagi hingga berlarian kemalam
adakah sabar ia semat untuk sebentuk lengkung diwajah?
sebab banyak terserak debu kerikil hampar
digambar gambar liku
maka pada telapak masing masing kita
siaga membawa segala tempa
siap tak siap, telah ke depan
mewarnai hamparan,
bergantian basah basah dengan mengering
***** Bandung, 18 Maret 2013 (* Bdg, 19 Oktober 2014 )
RINDU
adakalanya
ku membiar,
biarkan senyap memelankoli
sebab jauh
menempuh retakan rindu
***** Bandung, 19 Oktober 2014
Langganan:
Postingan (Atom)