jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Jumat, 11 Oktober 2013

BROS VUZLA *prosa

Bros V U Z L A .......... BINTANG-BINTANG bermunculan. Bulan menemani keharuan bentang. Menyapa jejalan lengang sebab larut malam kian temaram. Kendaraan melaju berbagai arah, ke tempat tinggal masing-masing pengendara. Pekerja shift malam giat beraktifitas. Bebatu jalan berserakan. Para pejalan seharian melewati aspal dengan menendang-nendang gundukan batu. Perbaikan trotoar. Toko-toko mulai tutup, walau ada beberapa terjaga, masih melayani pembeli. Mini market tetap terang, sebab buka 24 jam. ...................................... SERUNI termangu, terdiam menata detak yang hujam sedari pagi.Jikalau, ah , kata yang tak boleh kuingat malah selalu terngiang. Pemakluman akan berandai-andai, luap pikir yang semestinya tak usah lanjut. Tapi, tetap. Jikalau bapak masih ada. Jikalau bapak masih menemani hari-hari yang ditempuhnya bersama Ibu dan Menik adik semata wayangnya, barangkali hidupnya lebih dari cukup. Seruni tak perlu membawa jajanan untuk dijual di warung sekolah. Seruni tak mesti berhujan keringat sepulang sekolah untuk mendapat tambahan penghasilan. Membantu Ibu, untuk membeli sepatu dan buku-buku tulis untuknya dan Menik. Dari teman sekelasnya, hanya ia sendiri yang harus membanting tulang. Seorang diri. Seringkali Seruni turut tersenyum menyaksikan kemanjaan teman-temannya. Membawa kue-kue bekal yang jarang ia makan. Melihat mereka tergelak tertawa-tawa saling ejek. Atau terkadang harus mengelak bila seorang diantaranya mengajaknya main, walau hanya makan baso di cafe biru, bahkan menonton film di bioskop. Cerita-cerita tentang Cars Toy, Harry Potter ia ketahui dari cerita teman-temannya di kelas. Senang ia memperhatikan dongeng temannya. Seringkali ia renungi apa-apa yang amat berbeda dengan lainnya. Ya Allah, Kau cipta alam segenap isinya untuk saling isi, saling melengkapi. ..................................... LIMA tahun kemudian. Bebulir jerih payah ibu, mengantarnya kebangku kuliah. Tak lagi keluh bersimbah keringat. Tempaan mampu membuatnya mengartikan cucurannya. Pengorbanan ibu! Tak sebanding dengan apa yang telah diperbuat. Seruni dewasa, memberi les-les privat seusai kuliah. Pun mengajar dibeberapa tempat kursus.Tak lagi bergantian sepatu sekolah hitam lusuh dan sobek dengan Menik. Meski sederhana, ia bisa membeli sepatu plastik buatan China yang dibelinya di pusat kota. Menik masih di SMA. Ia mendapat beasiswa, hingga mendapat uang saku untuk beli buku tulis dan transpot ke sekolah. Ia membantu ibu berjualan, membuat gorengan.................................BROS Vuzla! Beberapa hari ini ibu-ibu memperbincangkan bros Vuzla. Tidak saja para wanita pejalan kaki di trotoar, pun ibu-ibu arisan juga pembeli lotek di warung ibu. . . ...................................................... ***** Bandung, 12 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar