lanjutan : Puisi-puisi Nella S Wulan
6
telah kujemur bintang
terik siang tadi demikian bersahabat
bebintang kemarin lalu yang telanjang dan gigil
erang beranginangin diseutas tambang tali
mengayun akan terpa sayapsayap bayu
hingga kering, pun tak lembab!
lantas usai senja, kau kembali pesonakan jagad
meraya bersama bulan
bintang
malam
bintang
terang
hingar
senyap
: semoga tiada dentang yang lalu kuyupkanmu
*****
bdg, 15 Desember 2010
7
refleksi pendidikan
menyapa refleksi pagisenja
dihamparan bukubuku pendidikan dewasa ini. kancah pergumulan yang peluh.
pada setiap musim sebab edukasi tak mengenal cuaca, dipenghujan, kemarau
juga semi jika boleh ada dinegeri ini, haruslah rebak dengan bebunga anak -
anak bangsa. musim semi seharusnya memukau seperti pelangi. bagai kebun
bunga semilirnya tegak tunastunas pelaju. tiada bangga akan ditopang, tapi
buncah kemandirian pada langkah mana bergulat, berseteru dengan kawan se
perjuangan. susahpayahkah melaluinya? beberapa kita pacu tepis kebodohan
di harap pada gemilang esok.dibenak siapa pada setiap musim, pendidikan ha -
rus seksama terrefleksikan. beserta penapena motivasi yang tak dusta catat
kan cita. tanpa mengucilkan, mengecilkan,sebab mengumpulkan larilari kita kejar
mimpi bangsa yang telah. layak tuk saling asih asah asuh!belum terlambat bukan?
tegak , lantas tokoh pendidikan senyum sebab kau menang dan aku pun! pada
setiap jalanan masa serta musim digeliatnya tetunas meraih mekaran kelopak.
kita, aku telah berikan sorak belum lengkap, negeriku: dunia bangga sebabmu ...
*****
bdg, 30 Desember 2010
~ sukses acara refleksi pendidikan pagi ini, di gedung indonesia menggugat.
8
di timur kota melabuh angin
: untukmu, Bu
kini ku di timur kota, genangi pepatahmu
ibu, segenap penjuru gemakan dada riuhmu
yang sarat akan retas ku diesok ketika kembali
ku buka jendela, riakki bebulir
bu, apalah daya dikokoh bebatang kering dedaunan
gelora setiap sauh angin, ajakku layangi camar
beranjak sedari pagi dari rangka lengan , lalu menggembala
aku tersungkur mendapatimu selami doa, untukku bu ?
di timur kota melabuh angin, palung kokohmu hangat
pejammu khusyuk betapa, dari dera panggung
aku melompat, seperti inilah adanya : dari likat ke buih
pantai lantas rimbun pepohon, ke udara : ia ajakku menari camar
kemudian aku berlayar lagi dibungkus bumi
dikejar belulang berlemak berdarah
bu, apakah mereka kisahkan kabar malaikat
yang melabuh angin, melarut pada gemuruh dunia
*****
bdg, 9 Desember 2010
9
epigram angin
bagaimanapun
petualangannya mencabik angin
kisah yang ronta
lengan melumpur merah
sumsum tulang memerah, pun leleh
pori basuhi dinding lapakmu
lubangi setiap lubang
dengan jengkal dari licin lendir
dari jejak hujamkan tetaring
: kokoh derap meniup kering
mohon tiada asam yang khusyuk berpayung
*****
bdg, 12 Desember 2010
semesta ini terus bergetar menggerus waktu
menumbuk bayang. meliliti mentari dengan cincin
kasih. hingga mengingatmu adalah usikku. pan -
cing mengata melonjong lonjor pada lompatan usia
yang siapa entah membuat cacat. terpekurku di-
tahun kesekian. sebab gerimis tiada asin, mendung
sedari lalu selebat kelokan waktu.
usia panahkan tamengtameng dari henyak tanya .
ketika tawa diujar dzalim, tak pula memantas bisu
pasi membungkam. lantas bagaimana bijak merapat?
wahai Tuhan, tunjukkanl sejati adil. bilakah tiba me -
mutih denyar usia dari kewajaran kini dan kelak, tiada
apapun lari lambaikan keroyokan . ketika usia kita
berlompatan cengkeramai debudebu. taruh milikmu
mu jauh. jangan gentakan.
ketika lompat ku merasa muda, tua, memuda
memuda . masihku, masih kita laju . . .
********
bdg, 15 Nopember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar