berserak bebunga di kayu meja
beberapa kuwadahi di vas hati
agar berbunga selalu dikelok riak darahku
ia harum kecipak diotot nadi
namun kenanga, walau elok taklah kuambil
aromanya isyaratkan negeri mati
hampir kuterseok di licin jalan
sekejap lantak tulangtulang
angin pepohonan menarikku kuat, pelukku kuat
gamitku dengan kata rimbunnya
piuh enyah sebab kami ada, dan aku
seperti ia ujar, tak sebusuk seperti duga mereka
angin antara pepohon pilin bebunga
lalu diamdiam ikutiku masih di bukit di kota
bebunga sebab peputiknya kukantongi
lalu mewangi, menghampar menit kata
hingga sepatu embunku senandungkan
nyanyi kata angin antara pepohon
*****
bdg, 19 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar