tusuk gigi
hay, tusuk gigi betapa identik dengan berlubangnya gigigigi kita.
meski belum dipakai layangmelayang pada tiada bagusnya alat
cabik dan pengunyah makanan yang akan melorong dikerong -
kongan sebelum luncur dilikaliku usususus pencernaan.
namun kali ini tusukan gigi ini kugunakan tuk menjentik angin yang
tebar di meja. sejauhmana suatu jentikan pada satu batang kayu
mahoni yang meripis tipis hingga penting dilubang gigi. sejauh itu
pula seolah satu helai mimpi kujelang. terkadang demikian hampir
mendekati benar namun seringkali pun meleset. bila loncatan di 20
cm jarak, maka inginku sangat sederhana. namun mudah dicapai.
ketika lesatan tsuk hingga 40 bahkan 50 cm atau lebih, maka apa-
apa yang sedang kuingini akan kujalani dengan suatu pengorbanan.
bukan jentikan tusuk gigi penentu indah tidaknya menitku mendatang
memang, bukan pula corakkan apa bagaimana alur kasihsayang ini.
apalah, hanya keping tipis tusuk gigi! namun bila tiada pun cabe atau
sayuran menyangkut akan pikukkan hiruk.
secuil benda sekitar tetaplah penentu bahagia akan perbincanganmu,
teman. hanya ripis tipis namun ia bela, ia bela gigigigimu. tuk manisnya
senyum ketika berjabattangan. tuk sungging indah ketika siapapun me -
manggil, dan kau ucap : "hay, aku disini".
lalu kakikaki meja mengukuh, lantas kayukayu meja menguat dan ujar :
"ragam orang duduk berbincang di mejakursi ini, berbeda pula apaapa
gelayuti alambenaknya. oh manusia ...!" tusukgigi senantiasa di meja itu,
ia senyum di sunyinya meja temaram. selalu begitu.
********
bdg, 14 Nopember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar