pada lelap
ketika lelap, nafas lelakiku menaik menurun. dada bidang seirama detak
dag dig dug berpacu tik tak tik tuk dentang jam dinding. hening selimuti
semak pacuan benak pada pagi siang hingga senja ditempat kerja, demi
cukupi anakanak istri dan bintang citacita. ketika lelap, sunyisenyap se-
sekali perlahan kau desah namun kau tak dengkur. tak eksotik pria tidur
dengan lelagu gergaji sembari pejam. akan kuamati setiap gerak inchi
perinchinya berkawan nafasmu yang senyum. hanya bila usai marah nan
dongkol kau sesekali igau, ceracaukan suara kabur bagai lelaki gemuk
tergopohgopoh betulkan letak celana melorotnya sebab ikatpinggang lu-
suh yang telah pula melorot.namun sesekali hanya. kita saling ingatkan
dengan apa saja bukan? dari halus jemari hingga sentak yang sontak.ah,
hidup memang pergumulan silang arus yang debur. apapun bisa jadi pemi-
cu. dan banyak nian kawanmu, namun aku .. aku berteman hanya pada
helaihelai kertas bertabur gores pena, pensil dan bebintang. ia terkadang
bertandang tuk mintaku menikmati harihari dengan sukacita hingga rasa
syukur gejolak tanpa tiup peluit. pagi tak gaib apalagi malam, masih mem -
bujur setiap ujar sebelum lelapmu, wahai suamiku, selamat malam.mimpikan
aku sajalah setelah panjat doa dan lelap menulis istirahmu yang fantastik.
*****
bdg, 27 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar