lelaki berbulir peluh
kota ini sejuk, teramat jarang aku berkeringat, namun lelaki
di liku jalan itu, berkeringat. ia tergopohgopoh. rautnya
pasi, rambut kusut. nampaknya ia sedang dijejali beragam
pikiran. barangkali ia memikirkan ternaknya yang tak juga
menghasilkan susu yang banyak.
embun masih genang, aku selami dan berenang dengannya,
namun lelaki itu berkeringat, lembab kilaunya. padahal belum
juga menguap bulir bening ini. haruskah kuberitahukannya, tuk
simak suara hati. suara hatinya. gempal tubuhnya isyaratkan
ia sehabis duel satu mulut lawan satu mulut! seperti tak terelak-
kan dari peristiwa malam tadi. ia kusut, benaknya bercucuran biji
keringat. ia harus tenang, ia harus berbelaskasih, sebab nampak
nya ia demikian garang. parau.
satu ternak mendekatinya, agak luluh, senyum cerna dari mata
dapat kutangkap. namun belum bibirnya. ia masih berpeluh,
keringat paginya.ia masih berusaha memahami menitmenit.
harusnya ia tak mengingat bengis gigi taring ternaknya. ia me -
langkah amat derap. bergegas. "ayo, pa, kemarilah, kita selami
dan kecipaki pagi ! bapa disebelah sana." entah terdengar atau
tidak . ia berlari. menerus lari sembari ketukketuk tongkat kayu-
nya di pasir debu. di kerakal jalan.
*****
bdg, 14 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar