mendung ketika kelam
telah kau lumat kelam awan
sehabis mengunyah pelan
menelan diantaranya
didesah hembus, sebab bahu kekarmu
menggerus lengan
lantas kau jumputi repihan
teraduk gerimis
sapa seada lemparan kerikil
sebab melontar risau
diantara kita ketika mekar mulai
lalu dimana kasihmu
yang selalu meniupku cinta
kerikil telan bahagiaku
dan temaram mengalutkanmu
diantara semak cakram biru
ketika kelam kau gamit
tiada sedepapun aku padamu!
ia kusutkan kita
maka kejar, ambillah kembali licin
tanpa hirau puyuh pada angin
*****
bdg, 15 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar