kaukah itu Pap, menangis dengan sigap bangun di kegelapan dini hari
tunggui ibu melahirkanku, ketika bulan purnamakan hatinya
kaukah itu Pap, menamakanku dengan rebak kelopak malam
senyap mengeriput dawai ukulele serta bas yang telah lama tak petik
cerlang didawai doa untuk redam setiap huru pun hara
menjadi pagi senyum bibir serta langkahmu memapah amanatNYA
ketika orang orang membilang untungruginya jejak tapak
kuhirup tulus keringatmu senantiasa, tak minta balas
dari kucur peluh yang telah mereka pinjam
sebab bebulir airmataku ruak dari mengenangmu, Pap
tak sesiapa kecewakan lelap tidurmu di fana kini
sejuk melankolia kisah bila ku dekap rindu, seperti ceritaku dulu
mekarkan senyum, sebab gerimis rinai dan sepoy angin padamu
meneduh beringin, menonggak ia di rerumput pagi
barangkali dibeberapa depa minggu , kian lebat pepohon rimbunkan bunga
ah, hingga detik ini, masih ada yang memagari hari hari , Pap
walau toh : yakinlah, ayat rinduku debur, menyuluhi relung
*****
bandung, 15 Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar