bahwa masih ada kehidupan setelah kehidupan
sebab itu, tiada rintik airmata sepagi ini
namun jemari embun, mengetuk pintu syukur
persilakan kayuh azzura dikeheningan hayat
langit biru, senampak cawan tempat berteduh
kita, di fana berkanopi awan, masih bincangkan muasal
juga peristiwa yang akan diuntai kelak
barangkali sejenak, merebak duduk simak hingar olok olok
belukar pun kerakal api yang menyemak
mungkin bila kita telah merasa memiliki keindahan masa
basah basah pakaian yang dikenakan keringkan bebuih
hingga bersih di reranting rimbun pohon
dan percakapan melanjutkan kisah kisah teduh
tentu seluas mata memandang, berpasang orang tetap awasi
berpeluk padanya malaikat malaikat baik budi
dia tak umpat gerutuan sebab kasih
indahkan bilik awan berkebun subur ragam warna tanah
kedengkian memalu torehan yang buramkan madah
tumpulkan rautan tulus pada kebahagiaan kini dan kelak
keriangan embun sejukkan tempat kita berteduh
setelah tetes ini, masih mengembun ia di lain hampar
biar, biarkan bahagia membalutnya dari rengkuh mana ia digenggam
Kuasa Allah di relung insani, tempat diri diri memagut teduh
tak kan ada yang menghalang halangi , melarik doa
bingar deduri percakapan sesekali mungkin tertiup
namun keyakinan mengukuh teguh dikejernihan relung, merimbun
*****
bdg, 3 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar