melongok jendela kayu hutan, burung bulbul menatap nanar di dahan: kicau doakan indahnya syukur
dan kebahagiaan. ia menanti bilamana cakrawala yang jingga diteduhi barisan rindu dan tulus cinta.
kicauan pagi kerjapkan kelopak mata, padanya ia tangkap beterbangannya serpihan kasih, barangkali
belum tiba aura menikmatinya. pun embun masih saja setia kidungkan bening cinta diriuhnya dunia.
ia, telah sekian lama tak deraikan dawai gitar, semisal dihujam rindu kerap ia melantun. namun masa,
demi masa yang belenggu sibuk. kemanfaatan bagi semesta, alam raya. ia, kini simak biru jingga dari
rekam kidung. tentu melodi cinta dari terkasih kini dan seseorang dikelaknya. bilamana membuar jingga.
sebab kau, ketukan pagiku melambat. sebab kau, senja mengelam setubuhi senyap. hanya buana mimpi
dan doa berulang kumohon. jingga adalah pagi, ia doa menambat. ingin kujanjikan pesinggahan teduh,
namun apalah aku. aku disini, masih lafadzkan jingga teruntuk cinta.
kau simakkah, mentari halus ketukkan hangat. ia rindui senyum semesta, ia berdoa untuk kita. sebab
alam bermula dari jingga, sayang.
*****
BANDUNG, 11 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar