p e r c a
menerawang kain, layang ingatan akan perca perca yang semasa muda ibu kaitjahitkan
menjadi selimut. pun kampuh bayiku sempat pula dibuat, adem.namun entah dimana kini.
mungkin seseorang telah gunakannya digigil tilam. ingin kudapati perca lagi, daya ibu tak
dapat mengayuh mesin jahit kini. ah, padahal betapa ingin kumilikinya. kisah tadi sulutkan
perca ditelapakku. hingga mudah kuperas baskom airmata yang pernah kutaruh. tak hing-
ga menelaga, apalagi bila mesti menimbanya. tangkup tangkup telapak saja berbalur lara
yang menyesak. ini hari ketika belum kering perca.
masih disini kusimak ragam kabar hingar. bila kau dapati kesimpangsiuran , mungkin petir
luluhlantakkan barisan pohon. padahal ada yang sesungguhnya tak kumengerti, atau luput
delikan cermatku yang awam. terjang kerakal berserak. memungutinya perlu kerelaan. jika
sengit angin terpamu, ia tak tolerirkan lembab perca. bersungut sungut omelan pasti ia kayuh.
semoga relungmu bijak. perca tak sekoyak orang duga. aku,hanya awam yang berjalan,berlari,
atau sesekali melompat dari genang api. tak hendak pula kucabik gulungan kain teman, sebab
dihari ketika semi, kau berikan gulungan kain bermekaran. kurasakan kelak apakah masih cuil
perca menjengkal jemari, mengusap kecewa penat.
*****
bdg, 4 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar