semeja mangkuk piring
lelakiku adalah ia suamiku. memberi helai helai display
yang bisa kutorehtuliskan. di meja manapun huruf menggores.
didekatku kemarin, meja kayu penuh oleh piring, mangkuk, gelas pun
bertoples penganan. diantaranya berbincang lirih. merupa butiran yang
kucur dari pelupuk. " mengapa demikian adamu?"
"entah, berapa piring keheningan senyap kumakan, begini jadinya_ pun
teman mangkuk. aku coba binarkan senyum, namun ucapan mengetuk
pintu tetulang. hingga beginilah." ia kuyu dikukuh terbitnya.
" senyum doalah, ketika terik mentari mengidung sujud, senja adalah ma-
sih pagi embun." persembahan hingga bertahun kedepan. semeja piring
serta mangkuk berdentingan.
dipagi yang siang ini, lelakiku pastilah masih menuliskan rebak tintanya. tin-
ta cinta biru hitamnya. tentu taklah berbutir seperti isi piring meja itu.
*****
bdg, 4 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar