barangkali sebagian orang menganggap membaca dan menulis adalah kewajiban.
atau merupa hembus nafas yang harus gebu setiap saat.ada pula merasainya bagai
makan dan minum sehari hari.ada pula yang sudah acuh tak acuh. untuk apa baca
kalau tetap saja hidup bermula dari lembar kekuatan. di rimba ini , katanya, taklah
harus dengan buku rapor atau lembar ijazah. entahlah.
namun baca tulis teramat penting. suatu saat cerita dan kisah kisah di majalah dan ta-
bloid beritakan kabar baik, kita senyum sebabnya. terhibur, retas ketegangan otot otot
kening dan pipi. suatu kali dongeng menculikmu. engkau tersadar atau pun tidak. ronta-
lah bila temali mengikat tangan-tanganmu. teriaklah. namun tersumbat mulutmu. lantas
diam, terdiam. kemana harus derakkan kata kata di benak. di mana kekeliruan paham
akan sangka tak baik diredam. direndam. hingga panas mendingin. kesimpangsiuran me-
langkah lurus, agak berkelok.
tapi engkau membaca. ragam rona diwujud dari baca baca. dengan telungkup, telentang,
rebahan di kursi empuk atau kayu bangku di bawah rindang pohon. mulut dedaun melontar
baca. dan ia membaca. dari pelepah batang digerus terbangan awan. dari senyum putik pun
pudar lompat dari lebah atau kupu kupu yang telah menghisapnya. dedaun, bunga membaca.
bila kuning kecoklatan ia merupa hidup yang lain. melambai rebahi tanah. bersenandung di-
bawah, tersapu desir angin dan hujan. angin baca, hujan membaca. pun mentari yang sinari
tanpa lenguh dan keluh.muncul gelembung. tapi ia membaca, apalagi, barangkali engkau.
*****
bdg, 17 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar