kepada PUJANGGA
: chairil anwar
bahwa seribu tahun inginmu hidup lagi, Chairil
gemakan kepak sayap bulu bulu halus pun rambut hayat
dulu, dengan mengepal, menunjuk, serta teriak
ku deklamasikan 'aku'mu
bagai api membarai ruang kelas sekolah dasarku
:
*kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang kan merayu
t i d a k j u g a k a u !
. . .
sontak riuh gemuruh tangan tangan bertepuk
kudukku bergidik! menggaung rapat haru jari jari
menangkup ujar syukur
Rabb, sejatinya Pujangga Chairil Anwar ingin hidup seribu tahun lagi!
senampak senyum Tuhan, Menahu IA
***
SERINGAI SAHABAT RANDU
kau rasaikah ini seminya musim? entah ujar apa tepatnya
sebab tiada menentu lazuardi seringaikan halus angin
merindu randu yang tumbuh di rerimbun dedaunan, ia merebah
nantikan hadirnya semilir pun repih randu
selayak salju di gulirnya musim dingin
baluti ia dengan seringai cerlang, sehingga gigil tak seronokkan diri
masih semak menepi, ia biarkan rumput rumput menyeringai salju
agar berjingkat orang orang sebelum bersandar mengayun lamun
***
MALAM JUM'AT
basuh, basuhilah raut juga kepalamu
ini adalah menit menit ketika Arrahman ramah menyapa
kemari, merunduk, tundukkan permadani di haribaan
hingga memahligai relung, hingga taburan doa lelapkan decak
berapi api bebulir menafsir lafadz
mempersembahkan tulus cinta
***
TELAH LARUT BINTANG
tak memaksa lembayung hantar bebintang bersorak
candai lilin lilin yang kita gamit rapat, jarimu di jariku
apinya memendar, dari sumbu ia berdiri beradu lentera
ayo, kita lilinkan segenap mata hidung telinga juga mulut
barangkali kelak tak memburam, tersebab telah larut bintang
kita nyalakan di buku harianku sedari kini
lantas ingatan pun mengasah, pantulkan kelupaan akan gelap
melarut bintang kawani luas dawai : hening bulan
lirih mendentam dentumkan sinar, teruntuk kini menanti esok
*****
bandung, 28 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar