selasar senja, dingin lembayung
angin tidak sedang bergurau
dingin lembayung tiada kelakar
piuh air tanah diricik mengarah menggemburkan
mengidungkan akar bumi
menapakinya, bukan menghuni diam
lantas orang bilang, senja tak'kan lari
genggamlah sedingin jejak
jari jari senja meruang petuah
isilah lelorongnya dengan keteduhan relung
: kebun jingga merumpun
dengan hamparan kata yang kata
di selasar senja, dingin lembayung
menawan pukau KuasaNYA
*
selasar malam, berpena bintang
setelah kidung menjabat erat awan
bebintang berlompatan
satu persatu kerlipkan bumi
adanya sebab menjentik jari jari Rabb
segala sumpek, muram dan gumaman mendung
sedari pagi dengan menawan memudar
aku bintang , hendak pendar dipena, mu
mari nikmati kata, berpesta huruf, kita
setelahnya, dapatlah kita bersitatap dengan kantuk
cengkeramai impian dengan bongkahan doa
dilegam yang tak tawar
tetap gelepar bermetamorfosa
: hingga ke peraduan
pena bintang terselip dikertas, menyurat
jingga menekuri tulisan berlarik larik malam
dari Khalik , langit bulan pun putih menetas di selasar
*****
bdg, 24 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar