denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Rabu, 26 Desember 2012
BERBAHASA LIRIH
lirih berbahasa perlahan, dihati saja tentang ketaksia siaan puisi.
diterbit mentari yang bersandar dibahu seorang siapa.
mesti ksatria hebat, Ia.
adakah tersimak, begitulah ketuk ketuknya dimenit keseharian.
meluruhkan tumpukan buku buku relung, bertonggak ruas tetulang.
beberapa berbantah
: bukan tak disimak! ada yang ingkar.
banyak wajah berucap, bahwa memang, demikian ada,
titian kata ritmis larik, diantaranya menguar.
nuansa terkadang sayup, juga riuh.
lirih berbahasa perlahan.
bahwa aura, engkau semakin tabah, kian menatap paham.
seberapa kencang ikatan genggam jemari,
seberapa sunyi berbahasa lirih. begitulah,
rebahan kening dibidang bahu, barangkali perlahan.
*****
bandung, 26 Desember 2012
Selasa, 25 Desember 2012
DESEMBER
DESEMBER
mengakhiri tahun duaribuduabelas masehi,
biru berdentingan dikapas kapas dingin,
dibola bola dan butiran salju,
nada nada cuaca putih melantun,
menimang desember,
menetapi lompatan bebintang yang tak terbilang,
melankolia dawai tak berakhir, sebab masa menerus
deburkan mentari pun bulan,
*****
bandung, 25 Desember 2012
Minggu, 23 Desember 2012
*PROSA: ANAK LANGIT
ANAK LANGIT
kaki kaki langit, kuatlah
getar bumi, debar tanah
akan mata, hati dan tangan tangan
manusia maknai elegi
disetiap debur kepala
jauh ke lautan bumi
seteru genang
dari kemarau musim, suatu hari
angin memupuk dengan sayap sayap teduh,
sesekali memejam
dijauh dekatnya layang
maka, kaki kaki langit, kuatlah
bentuk menopang luas
dilelehan bongkah
dari setiap nyala (kakilangit, bdg, 08-12)
***** ANAK LANGIT
Birai muasalku, bapakku entah ke mana dan tak pernah kutahu yang mana. Ibuku kurus kering. Tubuhnya banyak dihisap badai, kata bude, pakde juga om jalanan. Tulang ibu tak sehat, jalannya membungkuk walau muda umurnya. Aku, dan kedua adikku adalah anaknya. Anak ibu jalanan. Aku, Jaley , adikku dipanggil Jalu dan Jali. Adik-adikku tak sekolah, ibu bilang; belum mampu_ nanti saja jika ada tabungan. Atau menunggu orang-orang kemilau yang baik budi Usianya berada dimasa wajib belajar. Setahuku wajib berarti harus. Tapi ah, dari 7 tahun usiaku pun aku hanya pernah belajar berhitung dan membaca di bilik kuyu. Orang-orang kemilau yang bersedia mengajar. relawan, kata ibu. kita belajar empat kali seminggu, mereka halus ucap serta warna-warni senyumnya. Kami senang di kelas bilik. Namun itu dulu, tahun-tahun ketika ibu mengandung Jalu. sampai sekarang terkadang saja kulatih Jalu mengeja dan membaca huruf-huruf, dengan teman di trotoar. Agar tak hanya debu-debu mereka eja. Agar tak hanya serapah dan teriak umpatan orang pejalan dan pengendara yang mereka baca. Membaca koran lusuh, majalah bekas atau apapun. Bila ada majalah gambar seronok, segera direbut Mase, pimpinan anak langit di sini. “Masih kecil, jangan coba-coba membaca buku dewasa!” katanya dengus. ***** Mase tinggi besar. Orangnya seperti lampu stop-an. Bila mendehem keras berarti lampu merah, kita segera menarik nafas kuat dan ibu-ibu muda mulai cemberut akan tanya, hal apa yang harus dihentikan. Kuning, bila Mase memicing dengan kerutkan kening, artinya anak-anak harus cepat menjauh darinya, bila tak ingin kena damprat. Sebab terkadang hal benar menjadi salah dimerah mata nyalanya. Nafasnya terkadang terbaui asam. Entah asam arak atau asam pahit udara malam yang seringkali menjadi temannya merenung. Segarang-garangnya Mase, sesekali ia mencipta syair, yang diajarkannya pada anak asuhannya. Lalu lampu hijau, ialah saat ia bersiul sambil bergitar, merupakan hal berharga. Artinya kita diperbolehkan tertawa, atau ia akan membagikan lembar ribuan untuk beli makan enak atau es dung dung. Aku sudah bisa mengeja dan membaca abcdefghij dst. Supaya tak ceroboh, supaya tak dibodohi orang, kata ibu. Padahal ibu pun tak pintar baca, jika ia membaca, kami seperti sedang duduk di becak. Maka berhitung: tambah kurang perkalian pembagian pun, ngos-ngosan kupelajari. Seperti mengayuh sepeda di gang, pun jalan kerakal dengan sekitar semak belukar. Lahan rerumput kering kecoklatan yang disinggahi kerbau kurus kepanasan digiring gembalanya. Semoga otakku terus memuat bilangan dan endap dengan baik. Mempelajari hal-hal baru, seperti lahap kambing dan kerbau mendapati hamparan rerumput hijau gemuk. Tapi hingga kini, bilangan hutang-hutang saja, yang entah kapan kudapatkan lagilah yang warnai baris-baris halaman buku tulis. Syair lagu ciptaan Mase harus dihafalkan, untuk mengamen di toko juga bus-bus. Angka-angka terdiam, turut termangu bersama pedih mataku. *****Poster jalanan menjadi tetangga rumah bilik berderet. Kawasan kumuh, mereka bilang. Tapi bilikku istanaku, kami berteduh di sana. Aku, anak langit.Bila angin kencang, seketika pula sorong kiri kanan dengan penyangganya. Hujan deras, guyur pula tempat hunianku. esoknya, lembab sekeliling bilik. Langit sedang menyapa, juga dengan teriakan. Suara tangis bocah balita kepanasan sebab lembab bilik. Tangis nyaring seperti air didih dari teko yang melengking. Hidup adalah pengorbanan, kata mang Udin, tukang becak yang biasa mangkal dekat persimpangan kumuh kami. Ia seperti bapak yang sering menasehatiku, bila mas-mas jalanan merampas recehan uang ngamen. Mang udin pula yang sering membelikan nasi bungkus untukku dan adik. Bila Jalu nangis, sebab ramai orang berlarian mengejar pencuri, mang Udin membawanya keliling dengan becaknya. Selepas pukul 06.00 petang, mang Udin usai ‘berdinas’. Ia ke rumah lusuhnya dengan selalu berpesan, agar aku menjaga Jalu dan Jali. Mereka harus sekolah. Menguatkan kaki langit. “Aku anak langit,” Mang. Mang Udin senyum,” Pekat hitam langit malam tak selalu kelam. Ia berdoa untuk kita.” Maka, kaki kaki langit, sayap-sayap teduh, kuatlah menopang luas. ******** Bandung, 26 Oktober 2012,
kaki kaki langit, kuatlah
getar bumi, debar tanah
akan mata, hati dan tangan tangan
manusia maknai elegi
disetiap debur kepala
jauh ke lautan bumi
seteru genang
dari kemarau musim, suatu hari
angin memupuk dengan sayap sayap teduh,
sesekali memejam
dijauh dekatnya layang
maka, kaki kaki langit, kuatlah
bentuk menopang luas
dilelehan bongkah
dari setiap nyala (kakilangit, bdg, 08-12)
***** ANAK LANGIT
Birai muasalku, bapakku entah ke mana dan tak pernah kutahu yang mana. Ibuku kurus kering. Tubuhnya banyak dihisap badai, kata bude, pakde juga om jalanan. Tulang ibu tak sehat, jalannya membungkuk walau muda umurnya. Aku, dan kedua adikku adalah anaknya. Anak ibu jalanan. Aku, Jaley , adikku dipanggil Jalu dan Jali. Adik-adikku tak sekolah, ibu bilang; belum mampu_ nanti saja jika ada tabungan. Atau menunggu orang-orang kemilau yang baik budi Usianya berada dimasa wajib belajar. Setahuku wajib berarti harus. Tapi ah, dari 7 tahun usiaku pun aku hanya pernah belajar berhitung dan membaca di bilik kuyu. Orang-orang kemilau yang bersedia mengajar. relawan, kata ibu. kita belajar empat kali seminggu, mereka halus ucap serta warna-warni senyumnya. Kami senang di kelas bilik. Namun itu dulu, tahun-tahun ketika ibu mengandung Jalu. sampai sekarang terkadang saja kulatih Jalu mengeja dan membaca huruf-huruf, dengan teman di trotoar. Agar tak hanya debu-debu mereka eja. Agar tak hanya serapah dan teriak umpatan orang pejalan dan pengendara yang mereka baca. Membaca koran lusuh, majalah bekas atau apapun. Bila ada majalah gambar seronok, segera direbut Mase, pimpinan anak langit di sini. “Masih kecil, jangan coba-coba membaca buku dewasa!” katanya dengus. ***** Mase tinggi besar. Orangnya seperti lampu stop-an. Bila mendehem keras berarti lampu merah, kita segera menarik nafas kuat dan ibu-ibu muda mulai cemberut akan tanya, hal apa yang harus dihentikan. Kuning, bila Mase memicing dengan kerutkan kening, artinya anak-anak harus cepat menjauh darinya, bila tak ingin kena damprat. Sebab terkadang hal benar menjadi salah dimerah mata nyalanya. Nafasnya terkadang terbaui asam. Entah asam arak atau asam pahit udara malam yang seringkali menjadi temannya merenung. Segarang-garangnya Mase, sesekali ia mencipta syair, yang diajarkannya pada anak asuhannya. Lalu lampu hijau, ialah saat ia bersiul sambil bergitar, merupakan hal berharga. Artinya kita diperbolehkan tertawa, atau ia akan membagikan lembar ribuan untuk beli makan enak atau es dung dung. Aku sudah bisa mengeja dan membaca abcdefghij dst. Supaya tak ceroboh, supaya tak dibodohi orang, kata ibu. Padahal ibu pun tak pintar baca, jika ia membaca, kami seperti sedang duduk di becak. Maka berhitung: tambah kurang perkalian pembagian pun, ngos-ngosan kupelajari. Seperti mengayuh sepeda di gang, pun jalan kerakal dengan sekitar semak belukar. Lahan rerumput kering kecoklatan yang disinggahi kerbau kurus kepanasan digiring gembalanya. Semoga otakku terus memuat bilangan dan endap dengan baik. Mempelajari hal-hal baru, seperti lahap kambing dan kerbau mendapati hamparan rerumput hijau gemuk. Tapi hingga kini, bilangan hutang-hutang saja, yang entah kapan kudapatkan lagilah yang warnai baris-baris halaman buku tulis. Syair lagu ciptaan Mase harus dihafalkan, untuk mengamen di toko juga bus-bus. Angka-angka terdiam, turut termangu bersama pedih mataku. *****Poster jalanan menjadi tetangga rumah bilik berderet. Kawasan kumuh, mereka bilang. Tapi bilikku istanaku, kami berteduh di sana. Aku, anak langit.Bila angin kencang, seketika pula sorong kiri kanan dengan penyangganya. Hujan deras, guyur pula tempat hunianku. esoknya, lembab sekeliling bilik. Langit sedang menyapa, juga dengan teriakan. Suara tangis bocah balita kepanasan sebab lembab bilik. Tangis nyaring seperti air didih dari teko yang melengking. Hidup adalah pengorbanan, kata mang Udin, tukang becak yang biasa mangkal dekat persimpangan kumuh kami. Ia seperti bapak yang sering menasehatiku, bila mas-mas jalanan merampas recehan uang ngamen. Mang udin pula yang sering membelikan nasi bungkus untukku dan adik. Bila Jalu nangis, sebab ramai orang berlarian mengejar pencuri, mang Udin membawanya keliling dengan becaknya. Selepas pukul 06.00 petang, mang Udin usai ‘berdinas’. Ia ke rumah lusuhnya dengan selalu berpesan, agar aku menjaga Jalu dan Jali. Mereka harus sekolah. Menguatkan kaki langit. “Aku anak langit,” Mang. Mang Udin senyum,” Pekat hitam langit malam tak selalu kelam. Ia berdoa untuk kita.” Maka, kaki kaki langit, sayap-sayap teduh, kuatlah menopang luas. ******** Bandung, 26 Oktober 2012,
ENAM MUSIM
mengapa terserak hal hal,
ketika terhuyung dedaunan kekiri kekanan
betapa berbeda, betapa mengapa!
mendapati kehidupan yang berukuran lantas berbentuk bentuk: lengkungan, menelikung pun jinjit gerimis berlompatan mengusik remah dan berdiam. telah menguar setiap bebauan kayu. beberapa lahan dilumpur jingga kecoklatan, membentuk serta.
enam musim adalah kaki kaki berjingkat, perlahan. setelahnya langkah menuju larian. seketika melompat membentuk alunan lembut. adakalanya membirai. namun dimusim keenam, runut lengkung lengkung mulai bertaburan. dari sejuk wajah wajah.
enam musim betapa jura. akan lengkungan membentuk biru langit. panggung bumi diguyur rintik derai keharuan. denyar oleh benih benih cuaca...
*****
bandung, 24 Desember 2012
Rabu, 24 Oktober 2012
CINTA DAN PAK TUA
untuk PUISI antologi: Anak Lapar dan Langitpun Terbakar
( potret ketimpangan sosial ) **********
CINTA DAN PAK TUA
belukar, tempat awal simak tangis.
rumput ilalang tak berpemilik, muncul bunga semak
.dimanapun rebahnya, indah.
mencengangkan! seperti pak tua pincang dapati cinta.
kaki pak tua berlari didepan kaki kaki lain.
maka terjatuh, mengenang segala timpang bumi./
orok mungil jerit merah, robek selimut membalut.
orok terbuang dari cinta sepasang pecinta bejad.
menaruh onggok buah hati di belukar.
tempat rerumput api menari di bingar cuaca
.pecah tangis, menyuruhnya ulur tangan.
"gendong aku pak tua, dekap seluap kasihmu, sang pincang"/
hari hari berikut, pak tua kian cerlang bahagia.
seadanya kain menjadi popok, hangati ulah bobrok muasal cinta.
kencang kerut kerut kening pak tua, uban kian kilau.
tak hirau lapar sebab susu botol cinta menanti kocok.
pak tua pincang, pengasuh cinta, menemu dari tempat kerja.
:barang rongsok seketika berganti orok cinta./
cinta tumbuh wajar, dari bilik dekat julang sampah sampah.
pak tua menjual barang bekas untuk bubur cinta.
pecah tangis, lengking merah orok, derak pintu.
peluh pak tua luruh, bak bak sampah jalanan pudar cat.
bercerita tentang pincang kakinya mendapat anugerah.
"apapun untuk besarmu, cinta".
jalanan telah lama berbatu api.
sesekali udara menyalak, langit memerah.
menyapa orang orang yang mengantungi hati, pun mereka.
pembiar hati bergelung kubang dingin.
tubuh tubuh timpang.
cinta tercipta dari derak berderit derit kasih, dari timpang pilar.
//
********* bandung , 24 Oktober 2012
sebab kita terlahir dari cinta, happy anniversary wedding, Handian, of t'mrow 25 Oct
ELEGI
bertanya untuk ketaktahuan,
malaikat masih juga terbang dan hinggap,
memegang dedaun, debu ranting, pada rerumput api,
rekah rekah tanah merindu tetes pun guyuran,
yang akan lahap bersorak sorai dihadirnya,
entah diangka angka kalender, putaran bumi keberapa
*
: bertanya aku pada papyrus saja,
ia tulus terdiam dan menyimak,
kernyit dihelai dahi, kerut jernih berhelai helai,
hanya ia memahami panas yang memagut suatu pohon,
hanya ia memahami angin dihembusan dingin tidaknya
retak retak batang bahana
*
:bertanya aku pada papyrus saja,
malaikat masih terbang dan hinggap,
kerut dahi menyimak paham,
pada papyrus saja, bukan pada siapa siapa,
berhelai helai,
bahwa: sejati tulus ia menyimak
***************
bandung, 24 Oktober 2012
Rabu, 10 Oktober 2012
DARI JENDELA LEMBAH
tangan siapa di pintu, menetapi buka. atau apa, dengan gerak tungkainya. telah tiba di petak beranda. sekitar, tetumbuhan terisak. kuyup berhuruf huruf. rereumputpun lembab, oleh dekapan hari hari/
buka dan terbanglah! sebelum datang seorang lambat.
ingatlah untuk setiap belokan: menoleh ke belakang. menangkup telapak, basuhi ruas ruas jari/ guyur di sana, mengenai tanah senja yang menanam nafas. dari jauh dekat bebulir. menjadi riwayat, oh betapa! tanah senja menelan kelam. munculnya mentari mengupas remang/ maka lompat dan terbanglah! untuk warnai seberapa nyala tanah dan pilar pilar pohon ***** bandung, 06 Oktober 2012
***** FROM A WINDOW VALLEY
whose hand at a door?
: stay in open.
or what, by swing of feet.
have been in a veranda.
surrounds, the plants sob wet by some words.
so as grass, moist of days' hug/
open and fly!
before coming up a late person.
remembering, on every curves.
: look at a back, at glance.
by a cupped handful.
watering knucklebones/
there, rain showered down on twilight land.
which has planted breath.
far near ripples
make a story up, oh what a how!
land swallow foggy-clamp.
sunrise, open blurr up, make a light//
***** bandung, 8th October 2012
TELAGA KISAH
"aku ingin melompat dan renangi telaga kisah kasihmu,"
terdengar suara entah dari belahan jiwa sebelah mana menghilir
lirih. "bukankah kita telah berbasah basah?". "hmm ya, baru sebatas percik..." lalu kita pun berbahagia. bersama berenang di telaga kisah itu.
kita, meski sebentar, benar benar telah menyelam didalam telaga. tak hanya celap celup percik. tak hanya kecipak goyang tapak tapak kaki. guyur deburi daging tubuh dengan kata kita. sebab ia-lah doa, gigil rinding yang rindang. direndam kisah kasih telaga warna. sapa kita ialah rintik airmata baur. serupa bulu bulu angsa menulisi buku harian, genang bulir air mata, senyum dan celupan jari jari, deraskan larik larik cerita hingga pasangsurutkan ketenangan telaga. di rindang daun pepohonan doa, di setiap relug dan damai kisah kasihNYA **********( dimuat di antologi puisi: Senja Dibatas Kata) ***** bandung Juli 2011.................
THE STORIES' POND
"i want to jump and swim in your
lovely stories," soft voice, unknown where sides by.
"had we been in wet?"
"yes, though ripples only,"
with joy, we swim in lovely stories' pond.
then, we have really sunk a while.
deep in pond, not only immerse.
not only spotting.
also unmerely took it easy on feet soles.
splash entire body with words.
cause praise, it is.
get eerie feeling in it's leafy.
were soaked colorful stories' pond.
our greetings are melted tears.
sometimes as goose feathers write on diary book.
tears welled up in eyes.
then fingers smile, fasten story lines.
in quiet pond, leafy pray trees.
the days up, are growth by the Greatest One.
of fabulous soul and peace.
***** bandung, July 2011
THE DISTANCE - * BERDEPA
BERDEPA
jauh dekat dawai.
melebar sayap berdepa depa.
beberapa terbang dibiru perkasa.
ada lantunan kulai.
samudera!
beritahu bumi.
di mana genggam kepak sayapnya,
mencarikah ia di sela sela jendela senja pagi?
riak riak melantun riuh,
gelombang!
beritahu angin.
di mana dawai terbangkan ruasnya!
****** THE DISTANCE
far near strings.
wingspan at the distance.
some of them, fly on courageous-blue.
there, soften reflection.
sea!
tell the earth, where holding up birds' wings.
does he look for them,
at gaps of morning twilight window?
boisterous ripples.
wave!
tell the wind, where strings.
fly knucklebones up!
***** bandung, 29th July 2012
*****
THE STORIES' POND
"i want to jump and swim in your.
lovely stories," soft voice, unknown where sides by.
"had we been in wet?"
"yes, though ripples only,"
with joy, we swim in lovely stories' pond.
then, we have really sunk a while.
deep in pond, not only immerse.
not only spotting.
also unmerely took it easy on feet soles.
splash entire body with words.
cause praise, it is.
get eerie feeling in it's leafy.
were soaked colorful stories' pond.
our greetings are melted tears.
sometimes as goose feathers write on diary book.
tears welled up in eyes.
then fingers smile, fasten story lines.
in quiet pond, leafy pray trees.
the days up, are growth by the Greatest One.
of fabulous soul and peace.
***** bandung, July 2011
*****
FROM A WINDOW VALLEY
whose hand at a door?
: stay in open.
or what, by swing of feet.
have been in a veranda.
surrounds, the plants sob wet by some words.
so as grass, moist of days' hug.
open and fly!
before coming up a late person.
remembering, on every curves.
: look at a back, at glance.
by a cupped handful.
watering knucklebones.
there, rain showered down on twilight land.
which has planted breath.
far near ripples.
make a story up, oh what a how!
land swallow foggy-clamp.
sunrise, open blurr up, make a light.
******** bandung, 8th October 2012
*****
BERPASANG MALAM
wanita wanita, melenggang, melintasi malam. bermaskara, kerlip shadow dan gincu. pria pria, melenggang, melakon : mengubah warna maskara, kerlip shadow dan gincu. berpasang wanita pria. menemu kursi meja dan rebahnya. berpasang malam. mengguit kemusut. meregang kerut. berpasang malam. malam pasang.
********
bandung, 04 Oktober 2012
Selasa, 18 September 2012
JALAN
terkadang, ya terkadang aku berjalan dengan tertatih,
leluasa, berlarian hingga melompat. disetiap genggam
erat bapa, ibu juga nenek. tak ingin ku terjatuh dari
penjuru pandangnya, di lantai, di beranda pagi ke senja.
"sebab senja ialah jumpa kunang kunang dengan malaikat,"
ucap mereka. setiap tubuh mesti menjura, saat langit
menggelap, ia persembahkan kilau kilau. ketika itupun
orang orang leluasa menanam biji biji di lahannya. hingga
centi ke meter tumbuh. semayamkan pedih, ditarik helanya jalanan.
lebar, melebar bentang ia dengan sebutan kebun.
siang terkadang tertatih, ia tiba sesekali dengan lompat kerikil
di tepi dan tengah jalan. maka setiap kita debar, akan
tubuh bebatuan yang makin hari kian merupa lautan bumi.
disurut pasangnya, debu debu bergelombang. angin sembul dari
sela reranting, dedahan serta rimbun dedaun. angin biru dari luas langit.
agung bumi semarak dengan kaki kaki penapak. dari petak petak,
pematang ke lebar jalan. menggaris lengkung, membentuk warna, membaris aksara...
***** bandung, 18 September 2012
Minggu, 16 September 2012
PEJAM
kaki kaki langit, kuatlah/ getar bumi/ debar tanah/ akan mata, hati dan tangan tangan/ manusia maknai elegi/ disetiap debur kepala/ jauh ke lautan bumi/ seteru genang/ dari kemarau musim, suatu hari/ angin angin memupuk/ dengan sayap sayap teduh, sesekali memejam/ dijauh dekatnya layang/ maka, kaki kaki langit, kuatlah/ bentuk arti menopang luas/ dilelehan bongkah/ dari setiap nyala // >>>> @doaku *****
bandung, 16 September 2012
Selasa, 11 September 2012
BERUCAP
berucap, hingga menahu engkau di sana, dihari hari yang tak kutahu sejak kapan. Tentu dengan doa doa cahya.
*
"tak usah bertanya, pegang saja ucap mentari yang tak henti mengayuhkan pikir,"ujar seorang senyap di belokan jalan dengan sengat kemarau. menit menit api, rerumput debu, segala kering. pepohon angin barangkali sejuk, sejukkan saja diri diayun semilir dahi, lengan ketungkai. sebelum menapak, langkah kening dan mata telah tiba. memandang hampar bumi persada beserta semarak penghuni. tumpah ruah dan diri diri menyendiri di tepian bongkah berjilid jilid. mereka, kita mengernyit juga terpana. barangkali senyum meneduh disetiap dentingnya. disetiap kedatangan yang genggami pandang. disegala baca dari rerupa gambar dan tubuh tubuh sejati. sesekali berucaplah akan persembahan yang dinikmati **********
bandung, 12-14 September 2012
Minggu, 09 September 2012
HAIKU: ANTOLOGI DANAU ANGSA 2
haiku-haiku untuk Antologi HAIKU DANAU ANGSA 2 (Sept)
Haiku, adalah puisi singkat dengan suku kata 5-7-5 disetiap barisnya _____
1/ PAGI
embun mengetuk,
tarik tangan mentari,
sejuk berpegang/
2/ SIANG
rerupa lintas,
rasai warna warni,
memanggang kisah/
3/ SENJA
kidung lembayung,
ia mengalun jura,
dilariannya/
4/ MALAM
Rimbun bebintang ,
Teduh malam berjalan,
Dihuruf syair/
5/ JEMURAN
Benahi tempat,
Angin tiup pakaian,
Segala kering/
6/ TUMBUHAN
Menarik hela,
Ayun tangan dan tungkai,
Membaca angina/
7/ KENING MATA
Kening matanya,
Merupa puisiku,
Untai tak henti/
8/ LILIN
Lelehan bakar,
Pengorbanan menawan,
Disuluh nyala/
9/ DOA KASIH SAYANG
Bebulir doa,
Kadang lubangi senyum,
Genangi koyak/
10/ MANA TANGAN
Dimana tangan,
Telah jalan dan lompat,
Kaki disini/
11/ RERUMPUT API
Peluk rerumput,
Rebahan memercikki,
Kaki katanya/
12/ SENYUM
Wahai sunggingkan,
Sebab langit memeluk,
Dibiru bumi/
13/ IA MEREBUT
Apakah paras,
Menikam dari rasa,
Dengan ucapan/
14/ LANGKAH
Angka ke angka,
Menyusun ragam tapak,
Diuban pagi/
15/ KINI DAN ESOK
Bongkahan benang,
Keranjang doa ibu,
Memintal cerlang/
16/ TANAH COKLAT
Lubuknya bumi,
Di tepian gelombang,
Berperadaban/
17/ MENGEJA
Dari A ke Z,
Gigil tulang menghangat,
Berkabar api/
18/ SAYAP SAYAP
Dentingan kepak,
Disayap sayap bening,
Menerbang berkah/
19/ UNTAIAN
Apa kabarmu,
Duduk jalan berdiri,
Berhuruf huruf/
20/ BAHU MEMBAHU
Memukul tangan,
Padahal menit menit,
Memburu kaki/
21/ NUANSA
Sejak berpanggung,
Piuh angin pun debu,
‘kan bernuansa/
22/ RINDUKAH RIMBUN
Beritahuku,
Musim apakah rindu,
di mana jelang/
23/ BUKU
Erat pegangan,
Bentuk doa berayat,
Berlembar lembar/
24/ PEPINTU
Pintu membuka,
Cahya pagut benderang,
Masukki dinding/
25/ ENGKAU BERDIRI
Dentang dentingkah,
Jaga membentuk relung,
Tegak berdiri//
***** Bandung, 10 September 2012
Haiku, adalah puisi singkat dengan suku kata 5-7-5 disetiap barisnya _____
1/ PAGI
embun mengetuk,
tarik tangan mentari,
sejuk berpegang/
2/ SIANG
rerupa lintas,
rasai warna warni,
memanggang kisah/
3/ SENJA
kidung lembayung,
ia mengalun jura,
dilariannya/
4/ MALAM
Rimbun bebintang ,
Teduh malam berjalan,
Dihuruf syair/
5/ JEMURAN
Benahi tempat,
Angin tiup pakaian,
Segala kering/
6/ TUMBUHAN
Menarik hela,
Ayun tangan dan tungkai,
Membaca angina/
7/ KENING MATA
Kening matanya,
Merupa puisiku,
Untai tak henti/
8/ LILIN
Lelehan bakar,
Pengorbanan menawan,
Disuluh nyala/
9/ DOA KASIH SAYANG
Bebulir doa,
Kadang lubangi senyum,
Genangi koyak/
10/ MANA TANGAN
Dimana tangan,
Telah jalan dan lompat,
Kaki disini/
11/ RERUMPUT API
Peluk rerumput,
Rebahan memercikki,
Kaki katanya/
12/ SENYUM
Wahai sunggingkan,
Sebab langit memeluk,
Dibiru bumi/
13/ IA MEREBUT
Apakah paras,
Menikam dari rasa,
Dengan ucapan/
14/ LANGKAH
Angka ke angka,
Menyusun ragam tapak,
Diuban pagi/
15/ KINI DAN ESOK
Bongkahan benang,
Keranjang doa ibu,
Memintal cerlang/
16/ TANAH COKLAT
Lubuknya bumi,
Di tepian gelombang,
Berperadaban/
17/ MENGEJA
Dari A ke Z,
Gigil tulang menghangat,
Berkabar api/
18/ SAYAP SAYAP
Dentingan kepak,
Disayap sayap bening,
Menerbang berkah/
19/ UNTAIAN
Apa kabarmu,
Duduk jalan berdiri,
Berhuruf huruf/
20/ BAHU MEMBAHU
Memukul tangan,
Padahal menit menit,
Memburu kaki/
21/ NUANSA
Sejak berpanggung,
Piuh angin pun debu,
‘kan bernuansa/
22/ RINDUKAH RIMBUN
Beritahuku,
Musim apakah rindu,
di mana jelang/
23/ BUKU
Erat pegangan,
Bentuk doa berayat,
Berlembar lembar/
24/ PEPINTU
Pintu membuka,
Cahya pagut benderang,
Masukki dinding/
25/ ENGKAU BERDIRI
Dentang dentingkah,
Jaga membentuk relung,
Tegak berdiri//
***** Bandung, 10 September 2012
SAY SMILEY
puisiku yang muncul juga di On The Words Of Love,
blurbbooks.com_ Brian Wrixon's words of(poet, writer, publisher, Ontario-Canada)
my poems, once, he says,"I like the simplicity of your poetry,
the pure words and images that you choose, and the interesting
way you combine phrases to paint vivid word pictures".
_____ SAY SMILEY______
how is a face of missing?
it's so soft, fire petals grow on endless season.
on every points of compass.
face of love, it won't so sharp.
paint smooth whisper up/
it's a dense missing, so as adam and hawa.
did near up to forbidden tree.
pitched sweet khuldi fruit up and jumped out.
straightly to the land by naked.
sacrifice of love, indeed.
so as missing, addict on holding up light.
warmd smiley sun.
in grains, embrace the fire grass.
where people falls down, scoop the bright/
on the distance, there you are.
and here i am, by candles.
watching a little praise, luminescent fragant.
apart, but hold and say smiley// ******
(* Bandung, February 2012)
smile, makes a day nicer, however the feeling is, blessing! semoga genggam keberkahan selalu ************ bdg,10 Sept 2012
Jumat, 31 Agustus 2012
THE WORDS OF LOVE
8 Sept, telah cetak dg 101 penulis lainnya, bebunga puisiku di
halaman halaman akhir (304-308)kebun buku antologi puisi ON THE WORDS OF LOVE.
berkunjunglah & baca serta nikmati sajian puisi dan tulisan tentang
cinta. sebab cinta, menjadikan kita ada, untuk berjalan dan berlarian.
sebab cinta, dunia ada, bumi bergulir... so much thanks Brian for being included here. www.blurb.com atau jalan ke
http://www.blurb.com/bookstore/detail/3531371
THE SHINING/
in mornings, the bows arrive/
the arrows jump up, they stretch out/
send out the buds/
strengthen the wits up/
flatter some bones/
wind blows, shines garden up/
sheets of leaves drag, petals of flowers/
the arrows shaky, they hit extensionly/
make pieces of joy/
from hawks and crows wings/
above fire trees, fly to the souls/
arm in arm, shining/
*Bandung, August 2012 ******************
THE SKY IS STARRING AT/
the sky is starring at/
people in eternal way/
keeps the soul//
by fighting to spin sincerely/
the cloud in swing/
also starring at people/
which have lofty love/
their walk and forth on glory/
kindness to earth/
purely keeps dim light away/
into gently shelter/
a pleasant place/
a light place to appeal/
in solitude affection/
the sky is starring at/
people in blue shiver/
which embrace one another/
soften, throb of the heart/ *****
*Bandung, 31 August 2012 ******** 10 Sept
Selasa, 14 Agustus 2012
RAMADHAN 1433 H
ketukkan, biarkan ku menahu/
bulan cerlang, maha malam/
bilakah tiba dan jumpai/ sebab ia
tak begitu saja dimimpi mimpi/
*************** udara hangat, pendar keindahan/
ayat ayat debur/ basah, basahi pelantun/
katakan, mestinya ku menahu: tetes tetes jura/
rindu yang tak mengenal cuaca/
*************** maka KAU hadir, yaa Allah/
gemerincing sayap sayap/
berdentingan larian/
di hamparan hijau, biru dan coklat/
*************** malaikat kitari, ia dekapi/
kuncup kelopak bunga lilin/
ruap ruap kesturi/
diluasnya rumput rumput api
*************************bandung, 15 Agustus 2012,
malam ke-27 (* MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN, MAAF LAHIR DAN BATHIN
Minggu, 05 Agustus 2012
TUMBUHAN PAGI
di bibir cahaya, embun memberi senyum/
pepohon menjadi pagi/ tumbuhan pagi kian ufuk/
mentari melebar rengkuh/ membuka kuncup kelopak/
meniup ubun ubun mekar/ maka engkau menafsir, tetamu: terima kasih, tiba di jendela dihantar angin/ nuansa kerling baca/ menggenggam hal baik tiada menyudut bersiku: bahwa kita tercipta untuk simak merdu tarikan melodi pun denting kini dan yang akan/ banyak mereka berjejal dan melontar rajam kata, berpaku jarum_tanpa pengetahuan menahu, namun tentu bukan engkau/ kita sandari senyum, berindah sangka: rerumput berjinjit segar/ buka mata daun dan kelopak relung untuk jernih memikul bandul/ mestinya kita pun
berpucuk kelakar muda, walau tiba pertemuan akan riak riak uban/ disela dedaunan, kening kening
memanjat menit pagi/ tiada yang tahu aroma siapa gerangan kakak,adik,bapak,tuan juga nyonya berkunjung di sini, menjura aku/ tiada yang tahu apakah setelah detik ini kita menumbuh pagi, merupa siang, bergelayut di batang senja ataukah dipeluk rebah malam/ barangkali pesan satu dua ujaran untukku: petakkan percik pagi, berucaplah dengan berkenan/ membaiklah wahai, pada bening yang kita duduki/ menaut lapang roda roda gerobak, usai lintasi pepintu //
*****************************************
bandung, 05,10 Agustus 2012
* Have Friendship Day! Met Hari Sahabat!
SAYAP BERDENTINGAN
tercekat di bebatu/ malaikat kepak kepak berdentingan sayapnya/
dengan perkasa langit/ juntai tungkai ke bumi dan samudera/
adakah Kau di sana Tuhan, saat telunjuk berunjuk lirih_ meluruh di genangan senyap/ adakah Kau beri gemerincing teruntuk kelima hingga sepuluh jari jari tangan kami/
kuku kuku kami sama putih: walau helai rambut rerupa warna/ walau kulit penghangat daging dan tetulang pendar berlainan/ lima jari lembut bagi kanan juga ruah dikiri/
sepuluh jari kaki menopang larian tungkai, sesekali melompat hingga lutut dentang/
tapak, kami bertapak lenggok dikeindahan kontur/ hangat dipijat pijat sepuluh
jari/ terdiam hening di bebatu, lembah sejuk/ menari kepak kepak berdentingan // *********************************************************
bandung, 05 Agustus 2012
Jumat, 03 Agustus 2012
e-book: LITTLE PETALS IN THE WIND
Little Petals In The Wind (e-book),
A Facebook Anthology Of Shorter Poems.
published by bookrix.com/showbooks.html
New York _( *3rd August 2012 )
Frances Ayers-Editor , August 2012
Little Petals In The Wind:A Facebook Anthology Of Shorter Poems
Selections By:Scott Ransopher,Brian Wrixon,Raven Lee Baxter,Jane Lynahan Karklin,Daniel Grome,Diwakar Pokhriyal,Alkali Djentlemen Andre,Ruth Ibanez,Roseville Nidea,Elizabeth Castillo,Will Fred Chica,Alan Gilbert,Lacie Cescas Jay,Omoruyi Uwuigiaren,Lytnes Kikya,Nancygail Katzin-Nystrom,James Robert Myers,Bernard de Silva,Aparna Pathak,Nella S Wulan,And Frances Ayers ******************************
*********************
bunches of thanks for a great nice done, Frances!
my poems on the wind pages of 132-135, HAPPY READING :)
**********************************************
bandung, 04 Agustus 2012 *blessing
Sabtu, 28 Juli 2012
BERDEPA
jauh dekat dawai melebar sayap, berdepa depa /
beberapa terbang dibiru perkasa, ada lantunan kulai /
samudera! beritahu bumi dimana genggam kepak kepaknya? /
mencarikah ia di sela sela jendela senja pagi? /
riak riak melantun riuh /
gelombang! beritahu angin dimana dawai terbangkan ruasnya? //
************************************************
bandung, 29 July 2012
Minggu, 22 Juli 2012
HERE WE ARE , THE FOOT DAYS (*bookrix.com
these poems are in bookrix e-book, free download
*************** bookrix.com/showbooks,html **************************
1/ HERE WE ARE/
here we are, still/
from turning left and right/
in the convers' cave/
the wall whispers/
the angel scarves/
a lantern sparkling/
to the loved people arms/
to the legs' land/
( Nov 2011)************************************************
2/ THE FOOT DAYS/
some steps run out in a hurry/
they don't want to be scattered/
all over the places/
the soles walk through beginning days/
unsplit on through several fingers/
split out, then they have picked up/
to come a day of two season: wet and dry/
while stick days swing around/
the dates and months scattered away/
some steps keep in a hurry/
sustainably walk, run and jump/
(July 2012)*****************************************
3/ WHERE DO/
mornings blow/
misty rhymes/
where do you keep the silence up/
where people take smiles up/
where does the land pull breath out/
cool days/
blue ocean, blue ocean/
where do you lay down a hawk's holding up/
the tight flying, much flown up/
tighten wings more/
(July 2012)******************************************
4/ IN A GARDEN/
knocking the wall door, i/
slow footh-path/
smooth steps/
stony on grass/
flowers around/
the leafy next to it/
make garland up/
put me on/
grateful, i/
nice wind blows/
fleecy cloud/
in a garden/
(July 2011)*****************************************
5/ CANDLE/
there, light up/
warm arms up/
candle dances/
hug the bodies around/
here, haven in/
cool eyes on/
canle jumps/
fire the hearts up/
there, tight flows/
light violet header/
candle sings and prays/
heaping silence up/
(January 2012)********************************
6/ WHISPER/
whispering sun/
to the large morning/
to the wind dialog/
to the birds' wings/
to the leafy serenade/
to the flawless fleece/
to the amazed arms/
to the strong feet/
to the flare land/
to the fillers' whisper/
(August 2010)**************************************
7/ FROM EYES TO PAINT ON
there were faithful days/
when draws poems in/
day by day up/
the sky make favorable/
impression upon me/
there were pages of mine/
few years ages written/
since knowing smooth dew in mornings/
used to stare up mother's eyes/
: to see what words to paint on/
(April 2011)*******************************************************
*********************************************
nb: actually there 're written in lines and paragraphs, dunno why here
*in blog, they such always in narration. Thats why i use to take '/'
have a nice reading... :) bandung, 23 July 2012
Senin, 16 Juli 2012
KEMARAU
beberapa langkah bersegera, mereka tak ingin terberai/
tapak tapak berlarian pada beberapa hari yang dimulai/
mereka tak ingin tercecer, walau ada sekian jengkal cecer,
dipungutinya segera untuk tiba, suatu masa dari dua penggal musim/
seketika terayun tongkat/ berhamburan tanggal tanggal serta
bulan dari dinding/ beberapa langkah tetap bersegera: kian
cepat, ada pula hingga terhuyung/ ia bawa angka tanggal yang hinggap
di gagang pintu rumah/ jari lain ambil hempasan di dedaun segar/
goyang diterpa piuh/ dari kelopak bunga tertambat beberapa tanggal/
langkah bersegera/ tergesa lari, jumpai terbangan dari ilalang yang mulai kering:
juntai diayun mentari/ dari coklat batang matang, ia punguti banyak berai/
terus menerus hingga sedikit saja masih/
untuk serempak masa, dari tiupan/ tempat menaut setiap cecerannya/ untuk relung relung
tempat bernaung gelung asa dan rasa/: menetapi
sapa hingga pernyataan disetia musim // *********************************************************************** bandung, 16 Juli 2012 *************************************
* IN DRY
IN DRY
*
some steps run in a hurry, they don't want to be scattered all over
the places, the soles walk through the beginning days unspilt on
though several fingers spilt out then they have picked up to come
a day of two season: wet and dry, while a stick day swing around
the dates and month scattered away from the wall, some steps keep
in a hurry, and more . . .
Senin, 09 Juli 2012
THE REFLECTION ON THE BLUE PLANET (*blurbbooks.com
here'r several of my poems with others around the world, which have included in The Anthology of THE REFLECTION ON THE BLUE PLANET, series anthology published in Ontario Canada, 12th July 2012
(* It's so lovely! bunches of thanks for my being there, blessing days always by love :)
*********************************************************************
3/ TO THE EARTH ***********************
how is the earth's breath?
it is us, people with eyes and arms at the windows
our legs, sometimes at the doors
later on sitting and unhampered walking, pressing,
running then jumping
how is the earth's breath?
it is our age
which fluttering, hanging on the twigs
waiting of densely ones
having convers by bright morning until cooling twilight
waiting tightly hands
which are learned of how to peck,
either on soft or hard twigs
how to chew food
on several swallows, of being patient
by nice of heart fingers
*
Bandung, March 2012
*****************************************************************
4/ WAVY ***************************
it is not just blue wavy
it is not just an underlayer
sea, sea of blue
blue wavy which waving us of you
people by blue soul
people by wavy blood
people by turbulent
people by tremble
people by saying shines
people by nois y bones
of facing tomorow
it s not just blue
it is not just blue wavy
it is a fantastic sea, really is!
*
Bandung, June 2012
*************************************************************
5/ CONVERSATION
the sky and the earth have such conversation by the wind
thinking themselves of blow and silence
remembering of letters' plashing
listening from the beginning to the endless convers
he says with his sole
harden and being yellowish of steps
run, laugh and memories
"don't tread on my feet, nor staring at me like it is so, either
come on, let me show you
to the montainous story
which some could be had read by you."
he steps in front of me
"hurry up, you might hear morning pages till twilight
so that you must pray for us o f kindness."
smile, I, at the back of him
have been heild of living sweet, sour and bitter
*
Bandung, February 2012
The Morning Cloth Torn
My Poems which have published by 8th July 2012 with 29 others at THE ANTHOLOGY of MUSE FOR WOMEN
*******************************************************************************************************
Poem 1/ THE MORNING CLOTH TORN
a morning lady
wear a uniform-skirt torn
at a corner of public car, tearly
eyes grain from the bush
pulling out of rancid
torn at uniform cloth
from rascal’s sharp nails
compelled one two bumpers turnly
a morning lady
at a city’s corner, tearly
red grains of pain
broken up the age
a twilight skirt’s torn
made gloomy up in bright eyes
wrinkled morning forehead
sustainably, crochets her left and right cheek, she
by morning fingers
cool the ears up, blowly
*******
bandung, 15 May 2012
******************************************************************************************************
Poem 2/ SPELLING DAYS
don’t you hear
a scream of hard embrace
of one’s liar desire on she
don’t you see
her silence stepping on
how carving wound
don’t you feel
she hurted, touched by spelling
days’ letters to hold smile up
from being casted
from being withered
from capricious uncustomly for a light
:
of her lines’ pages of book
bandung, 14 June 2012
Jumat, 22 Juni 2012
TANGAN DI POHON
ada saat pepohon terdiam, menyaksi tangan tangan mengerubutinya,
meraba dahan, mencabuti dedaun kering, memetik bebunga, setiap ruas menguntai wewangi,
pun pepohon menggamit lantunan mentari yang setiai pagi
terbang di rerupa musim, mengembara ia dari lorong jendela
menjejak hamparan labirin, ada saat sang pohon menyejuk: menggenggam
tangan, pipi, serta dahi, diselaksa tumbuhnya *********************************** bandung, 23 Juni 2012
BUKU RAPOR
masih jalan jalan di kebun rapor,
kanan kiri berjajar pepohon tumbuh,
nilai nilai cengkerami kolom,
setiap mata pelajaran berbincang,
akan subur tandusnya hasil studi,
akan lahan yang masih keras dan mesti gembur,
akan mendaki keindahan membaca,
hingga cerlang angka delapan, sembilan,
akan kelak bersekolah di suatu lahan jurusan,
akan senyum sayap untuk terbang, menjadi seseorang
*******************************************
bandung, 21-23 Juni 2012
* edisi penerimaan buku rapor
Rabu, 13 Juni 2012
NEK MAK ?
apa yang dikidungkan mentari pagi, nek mak?/
katamu, "ialah dendang embun sejuk usai kilau bebintang"/
bagaimana dengan gerimis seusai deras penghujan,/
gerangan kidung apakah itu, nek mak?/
kau jawab dengan senyum, "ialah melodi bibir cakrawala"/
maka ketika senja, kidung lembayungkah?/
kau pun terdiam, nek mak/
dengan menjura kau ucap pelan,"sedang kukidungkan ... "/
sepenuh cinta? cinta, bagaimana nada rupanya? doa setulus tumbuh
yang kau tanam/ bila tak ingin kehilangannya, berakar cintamu/ hingga rimbun meneduhi //
**************************************************
bandung, 13 Juni 2012
Jumat, 08 Juni 2012
PINTU DINDING MALAM
lembayung usai menatah kelam, bebintang jingkat sepanjang jalan.
bila kupejam nanti, pelupuk melantun rindu dan doa untuk ia
penyayang. bahwa tidak hanya huruf huruf menyala mendenyut, pun
diam debarku, pada ia yang setiai kasih ada. maka taruhlah telapak
di telingaku, rentangkan jari jarinya. lalu membisiklah, ucapkan
kalimat pukau penghangat relung. kasih, nyala biru dan jingga di
jari jari nelusupi simak. biar ia nyala, biar terbuka pintu agar leluasa rindu dan doa
laluinya. tulus genggam pelupuk, disetiap yang hembus, tidak untuk meluka **************************
************************************************* bandung, 08 Juni 2012
Rabu, 06 Juni 2012
PINTU DINDING PAGI
dentang genta menguak pintu dinding pagi. setiap masa
pagi untukku. untuk hari hari yang tak usai berkisah.
berjalannya lurus hingga menikung atau berbelok
untuk larik larik alam, hingga timbunan tanah menggunduk
doa: lihat, beberapa malaikat terbelalak dan menyapa,
iringi,iringi mereka dengan serenade huruf merdumu.
sebab huruf menjadi kata, kata menguntai menjadi
kalimat kalimat, nyala apa adanya, telah dibuat
dengan keindahan diri per diri, dari kedalaman relung.
bila panggung ini lelucon semu, maka tidak
menurutku. telah demikian berdepa depa tali sumbu
menyala, melantun dengan kesunyian diam mendebar.
apakah masih jari jari langit membuat limbung? ia, mereka,
pejalan, penarik gerobak yang sinar dijilidan tapaknya.
bagaimana dengan tapak biru dan merah muda, angin relung?
masih ia memeluk pelupuk hingga gerimis tak mampu memilah
sembab dengan bebulir. masih nyala sumbu lilin lilin doa,
seiring nampak dengan kesunyian diam yang semakin debur.
untuk kesyahduan kisah yang belum juga usai bersyair *****
***********************************************************
************* bandung, 06 Juni 2012
Senin, 28 Mei 2012
BILAH DADA
bidangnya membentuk bilah bilah dada.
gerigi tetulang berderet deret.
papan dan kanvas berijin menyapu semprot rerupa
warna, bidang pada bidang, papan ke papan.
sesekali mencekung dari dempul rahang rahang,
terkadang mencembung busung oleh kisah kasih
bergunduk gunduk, tepiannya batang pepohon
// seorang lelaki berdada bilah menyentuh tangkai
gempita. ia coba menatap lukisan tubuh dan bunga
dilantun rok pipit bermelodi rumbai juga uap
bibir berpita cat semprot. duduk di tepian
danau, wanita di bangku berjarum suntik, menganalisa
matahari pagi yang senantiasa hangat, dari tugas
yang berbeda masa. telah ia tarik langit kasihnya,
di tanah yang sama coklat ************
********************************************* bandung, 29 Mei 2012
TAPAK BERJARI JARI
apa apa yang terhirup disiang berupa uap
wewangi dan yang tak : debu dan bau, berhamburan lesap, serta huruf huruf angin
jejal di tanah. ia membunyikan satu dua
hingga beberapa pasang tapak bercengkeram
jari jari. lantas berdepa depa tali adalah
yang menarik untai dihari keduapuluh delapannya bulan ini. jangan dimantrai serakan
kata yang ia lucuti dari bilah bilah papan
orang yang baru dijumpai. tak bersapa injak
injaknya gemeretakkan jari jari lambung dan
hati. bila kau genggam tangkai bebunga, tentulah akan layu kelopak menyerpih. aku pun
tak paham siapa ia, dengan tandus santun berkendara, di tapak berjari jari***
**********************************************
bandung, 28 Mei 2012
Kamis, 24 Mei 2012
BEBUNYIAN
betapa riuh bebunyian, ada apa, terdiam aku
senyap di bangku coklat dengan temali yang
beberapa meternya diambil orang/ siapa ia, disejuk
10 x 10 meter ruang pegangi kelepak pengintip
dari selot selot jendela, menatap dentang empat,
cengkeram senyum semakin penuh tanya/ katanya,
tak boleh kucintai lelaki lain, namun sesekali
ia hirup tangkai berkelopak merah jambu juga ungu,
membanding rimbun, tempat rerumput api senja
dibasuh bebulir tumbuh di sayap sayap/ doakanku,
doakanmu, doakan terkasihNya, betapa aku
terbang dikesendirian, dibawah: bocah bocah
gelayuti lengan bapak ibunya mengendap lari.
***************************************************** bandung, 24 Mei 2012
Senin, 14 Mei 2012
SOBEK KAIN PAGI
perempuan pagi dengan sobekan rok seragam/ di sudut angkutan kota
tergugu/ isak sembul dari belukar semak/ menariknya anyir/ obekan
kain seragam/ dari kuku taring berandal/ digilir paksa satu dua
bengal/ ******************************************************
perempuan pagi/ di sudut angkutan kota tergugu/ isak merah tercerabut
dari tenggorokan/ bebulir usia pecah/ perempuan pagi, koyak roknya
sore/ bening mata memuram/ kening pagi mengernyit/ ia renda mimpi
di pipi kiri kanan, dengan jari jari pagi/ meniup telinga berhembus
hembus //
*************************************************************************
( puisi untuk The Violence of Women )
Bandung, 15 Mei 2012
Selasa, 08 Mei 2012
POTRET MALAM
kau potret malam/ malam memotretmu/ kau senyum _
malam tertawa/ kau memotret, semakin malam beranjak
senyap/ kau merekam, aku pukau/ potret, potret
gambarmu dengan orang orang/ malam berjingkat
memotret tubuh tubuh, bermata bintang,berhidung bulan
, berbibir bintang/ kau tekun setiai diri, kerelaan,
ikhlas dipotret dari sudut malam ke sundul uban/
dengan lensa kuku, tulang terlunak berdamping kulit
, memotret bening/ tangguh lompatan dari panggung
bintang berai berdepa dari bulan/ kau potret malam _
beranjak pagi, seusai ruas ruas silk juntai/ di
pepohon lengan dada api// ********
*******************************
bandung, 08 Mei 2012
Jumat, 04 Mei 2012
HURUF HURUF
/ A - H /
hampar keindahan, kasih, kitalah yang memaknai/
terkadang cerah pun muram saat menepuk aspal: /
hingga A pada air menyejukkan_pada api mendebar,/
B pada buku bintang cerlangi renungan, C untuk lumer
kunyahan coklat memacuku, di D: detak dada_ meneduhi
luap kerutan dahi, tempat melaju setiap leliku laku/
berikutnya, E _ ialah engkau membisik senyap di-
keriuhan,untuk sabar dan kuat menapak/ hari pagi ke
malam temui F_ difoto foto diri terkasih yang muncul
berai genggami kisah/ menumpuk diingatan yang takkan lapuk/
hingga G _ gerigi lirih kadang gemeretak dimendung
temali angin, semilirnya melantunkan H_ hari hari menjentik
pagi dari peraduan lembut tempat bantal guling melarik-
eratkan doa cinta, meraut rindu //
****************************************************
/ I - V /
terbuka, menatap I_ iring iringan sayap mematuk pagi, merdu
melantun melodi, memukau angin, awan juga pepohon desah ber-
nyanyi/ dari J_ jendela, ya jendela serta vitraseku getar,
menyapa alam ajak panjati siang ke sore lenguh beburung jalanan/
reranting dahan genggami K_ kayu kayu selimutnya yang terus
menguat dibasuh rintik dan L_ leburan angin dilumat debu debu
buana/ marilah berkawan M_ menari, menarilah malam ini, bulan di
sini akan memotretmu/ lirihkan ayunan, malam memberi selendang
halusnya, bebintang pun turut menari dengan lompatan sejati/
jingkatnya N_ nada nada syair, lafadz dan serenade jingga juga
biru/ menari, menarilah sekilau binar tungkaimu/ lihatlah semakin
dekat O_ orang orang sapakan senyum, tangan bibir tungkai ikuti
melankolia ritmis/ menari, menarilah P_ pegang seerat halus kasih,
dibisik relung yang tak sesiapa menyimak, hanya telinga kasih/
lalu Q_ que sierra sierra yang diperolokkan orang, keliru adanya/
musim R_ randu randu mekar tiba, menari ikuti dentum tabuhan senja
pagi/ ya, S_ senja pagi harum disegala musim/ masih di T_ tarian
penabuh panggung, gerobak ajari kita untuk plastis dipenjurunya/
lantas U_ untukmu dentang kukuh melorong pada V_ variasi kehidupan
kian mewarna//
********************************************************
. . .
bandung 04, 10 Mei 2012
// cekidot, bersambung ************************* ^^
Rabu, 25 April 2012
BERLARIAN SENYUM PAGI
BERLARIAN SENYUM PAGI
bertengger mentari di ranting pagi/
jalanan aspal membisik kalimat merdu bagi pejalan dan pelari/
anak anak jalanan menyesakki trotoar, sebagian berseragam /
menanam benih pengetahuan di kepala di bangku sekolah/
beberapa berjingkat jingkat, membasuh mimpi dengan jejal tapak tapak/
menjinjing tali gitar lusuh, dari pintu ke pintu, dari bus ke bus//
**************************************
ucapan orang orang serenadekan kuncup di relungnya: pujian dan caci maki/
lapang dada, dengan tumpukan receh di saku baju celananya/
untuk ibu dan adik di rumah, atau untuk makan dan membeli pena yang kelak/
ukirtuliskan manis getir kehidupan _ meneguh apa adanya/
tubuh tubuh bocah bermandi peluh siang, jalanan adalah syair melankolia/
petik dawai ,berdendang, mengasong koran koran dan tabloid pada pengendara//
**************************************
jalan dan larian bocah bocah terkadang berembun, dihadang debu dan piuh angin!/
hiruk pikuk ayam dan anjing anjing menghardik nyalak: tempatmu bukan di sini!/
pergilah berjalan di sana! ruang gedung di mana rak rak buku membaris ilmu/
beberapa tulang mereka gemeretak, “aku senang berlarian di sini! deburan asap knalpot/
dan debu merupa pemandangan alam, menggelegak keras, menorehku!”/
mereka senyum, lalu terbahak bahak berlarian: wahai mentari, masih kau sinar ?//
********************************************************************************
bandung, 26 April 2012 (* puisi ini terbit di antologi bersama: Survivors'
G t B'lam - USA publishing 2012 )
DARI PEPINTU - BY THE DOORS
DARI PEPINTU
melalui pasir, coklat jalannya/
merdu percikan senandung, dihembus angin/
dari pepintu, jalan lalui beberapa pintu/
terkadang lutut merebah di hamparan
menggenggam angin, memeluk pasir
dari suatu pintu ke pintu, pepintu semakin //
............................................
BY THE DOORS
through the sands, walk on brown/
smoothly nocturne sings, whistle up the wind/
by the doors, some doors walk up there/
sometimes the knee lying on the creme mat/
holding up wind, hugging up sand/
by the doors, from one to other door, more//...............
*****
bandung, 26 April 2012 ( the design, how?)
TELUSUR
mentari telah menyusuri hari, memulasnya lembayung /
untuk setiap prahara, biru pada rindu hingga decak/
entah yang senantiasa memanah huruf huruf/
huruf a untuk teramat pagi, merupa kata lalu larik/
larik makna,kitab : ada kau, aku, juga mereka _
senantiasa kasih pada pagi/
**********
huruf m untuk siang terkadang mendung, bahwa ia ber
tudung murung/ berdepa jingkat dan larian menggulung/
seteru kepak beburung, entah berebut gunung dengan/
lipatan kelok relung hingga menggulung desau/
**********
huruf s pada senja kadang merupa pagi, aku menyukainya/
kau juga mereka pun mencintainya/
muram bila kemasan rupa saja menoreh bukit menara/
dengan api lilin lilin di tepian, enyah prahara/
***********
huruf z cengkeramai bebintang peneduh zat malam/ rindu
menimbun senyap, bulan menapakki tangga tangganya/
dari pintu ke pintu, menemu pintu menerus pintu, hingga
di mana entah telusur huruf huruf /
maka siapa yang melarangku pergi? pada siapa kasih
menelusuri rimbun//
******************
*****
bandung, 25 April 2012
Kamis, 12 April 2012
PELATARAN
lama telah tak kutoreh, diam merundung.
di pelataran pepohon tumbuhkan rerupa.
tanaman, bebunga dan dedaun penuh rindu
lebat kasih bak gersang rerumput Qays di-
teduhi semi lengkung Layla.
diamku di pelataran.
melayang ragam kabar takjub akan bebulir.
haru dan kadang menohok menangkap hal hal
yang tak nampak pandang.
di benak kadang membirai.
ia berlarian pun melompat
untuk kusimak dentingan kerikil
yang menjadi senandung bumi.
kini bagaimana warna diri. mereka menahuku.
setelah jari jari tangan menunjuk diri.
takkah warna berubah hingga kuketuk ketuk
pelataran, berikut pepintunya.
dengan genggam kerumunan tanya.
*****
bandung, 11 April 2012
HUNIAN PESISIR
sebelumnya, berpindah delapan tempat hunian/
wilayah kota dan kabupaten,/
hingga sekeluarga menetap di pesisir pantai /
kusimak cakap cakap angin berrintik /
diempat tahun masa kembang kembang api /
tak kutatap kibar kepak kepak albatros _/
barangkali percik tumpahan garamnya saja/
mengenai tenang pepasir penyu/
atau lambai ujung ujung sayapnya/
mengabarkan bahwa sekawanan mereka lenggang/
di biru putih gumuli awan awan atas teluk//
awal hingga akhir pekan, pesisir wisata riuh/
disabtu minggu serta liburan, motor anak anak/
smp sma bertengger, sibaknya sedotan dikelapa/
kelapa muda dari nyiur/
mana albatros _ tak jua jumpa sebab kepaknya di
samudera. ujung ke ujung teluk, menara, kapal/
kapal tanker minyak, perahu layar sederhana/
dan semarak bandul kail kail di tepian angin laut/
kabar baik: ikan jera renang, jerat dibibir kail/
dan jala. kabar buruk: angin memesat, gelombang
pasang, ikan ikan melaut//
hingga diempat tahun masa kembang kembang api/
suratan nasib kami, bergerak ke barat kota/
pesisir bukit manglayang, akrabi gunung gunung
priangan _ hunian lembahku sejuk/
sesekali bebunyian berteriak tanya, jawab kubisik
:"hiduplah tenang di pesisir dengan wanita kasih-
mu dengan angin lautmu./ tak sedang bermimpi, anak
anakku beranjak remaja./ hingga entah di sini ..."
undanglah sesekali, aku berpuisi di teluk
atau untuk menapatilasi nyiur angin lautmu
dan ini larik larik anak manusia//
********************************************************
bandung, 11 April 2012
Selasa, 27 Maret 2012
BEBINAR
setiap menit ialah bebinar, sesiapapun yang dapat pijar.
aku menatap pagi, ia ajak jalan berlari. sesekali terduduk,
simak tari senar senar biola dan gitar ilalang.
jelang biru ungu
ia tengger di dedahan dengan memar yang mematuk siang lalu.
kisah rerupa, hingga tak anyir tumbuh jalarnya dedaun dan
bunga untuk musim yang akan tiba. kala lahan lubang dibebe-
rapa bulannya, wahai ia memipir kisah di petak birai
jalan dan lari dengan teguh dilurus dan liku. bila jumpai kelok, cepatlah dengan tak menoleh sebab tatapan tak kubentang hingga jejalan catatkan doa dan cinta bagi tubuh pejalan. jika muncul mentari, hiruplah _ wahai pemetik kearifan, petiklah uban demi ubannya ***** bandung, 28-30 Maret 2012
aku menatap pagi, ia ajak jalan berlari. sesekali terduduk,
simak tari senar senar biola dan gitar ilalang.
jelang biru ungu
ia tengger di dedahan dengan memar yang mematuk siang lalu.
kisah rerupa, hingga tak anyir tumbuh jalarnya dedaun dan
bunga untuk musim yang akan tiba. kala lahan lubang dibebe-
rapa bulannya, wahai ia memipir kisah di petak birai
jalan dan lari dengan teguh dilurus dan liku. bila jumpai kelok, cepatlah dengan tak menoleh sebab tatapan tak kubentang hingga jejalan catatkan doa dan cinta bagi tubuh pejalan. jika muncul mentari, hiruplah _ wahai pemetik kearifan, petiklah uban demi ubannya ***** bandung, 28-30 Maret 2012
Selasa, 20 Maret 2012
K E T I K A
KETIKA BERANGIN APA
akan hembuslah angin angin,
bagaimana semilir di sini, seperti yang dituliskan
bunga syukur dan rerumput sabar untuk yang membaik
itu sebab rindu embun di pintu pintu langit
pangkuan bumi, hampar bebulir
* 22032012
KETIKA GERAK LAYAR GAMBAR
terdiam, dengan relung tanya
meraba di lorong senyap dari semarak bebunyian
ketika gerak layar gambar lebar, layar kaca juga
layar genderang dan hembusan yang terhirup
Allahu Rabb cintanya kian, digerak layar gambar
ketika paruh paruh mematukki kayu batang dan dedahan
*
KETIKA HUT PENYAIR SAPARDI DJOKO DAMONO
:ke-85th Maestro(@s_c ,semoga berkah
^ berbahagialah Bapa Sapardi, puisi puisi mencintaimu
mereka mengasihimu dengan luapan
^ tubuh tubuh angin betapa piuh, melambai ia didamai bumi
melayang ia dikasih langit
*
KETIKA RABU, 20 MARET 2012
ditanam pohon ebony di tanah sentul
*****
bandung, 20 Maret 2012
akan hembuslah angin angin,
bagaimana semilir di sini, seperti yang dituliskan
bunga syukur dan rerumput sabar untuk yang membaik
itu sebab rindu embun di pintu pintu langit
pangkuan bumi, hampar bebulir
* 22032012
KETIKA GERAK LAYAR GAMBAR
terdiam, dengan relung tanya
meraba di lorong senyap dari semarak bebunyian
ketika gerak layar gambar lebar, layar kaca juga
layar genderang dan hembusan yang terhirup
Allahu Rabb cintanya kian, digerak layar gambar
ketika paruh paruh mematukki kayu batang dan dedahan
*
KETIKA HUT PENYAIR SAPARDI DJOKO DAMONO
:ke-85th Maestro(@s_c ,semoga berkah
^ berbahagialah Bapa Sapardi, puisi puisi mencintaimu
mereka mengasihimu dengan luapan
^ tubuh tubuh angin betapa piuh, melambai ia didamai bumi
melayang ia dikasih langit
*
KETIKA RABU, 20 MARET 2012
ditanam pohon ebony di tanah sentul
*****
bandung, 20 Maret 2012
Rabu, 14 Maret 2012
PADA BUMI
bagaimanakah nafas bumi?
ia adalah kita, orang orang dengan kening,
mata dan tangan di jendela, sesekali kaki
di pintu. kemudian duduk duduk,
berjalan leluasa, berhimpitan, berlarian
dan melompat lompat
bagaimana nafas bumi?
ia adalah usia kita
bergelayutan di dedahan, menanti rimbun
cengkeramai hingar pagi dan sejuk senja
menunggu cengkeram dengan paruh yang ajarkan
bagaimana mematuk paruh di kayu halus pun keras
bagaimana mengunyah lezatnya dengan beberapa
tegukan sabar dan ketekunan jari jari hati
di mana ia dibaca?
disekitar, didesau angin, sesekali berpayung
diterpa deras, huyung menatah tanah bebatu
lantas kita lihat lembar lembar terbuka
menuliskan geriap debu, basah dan senyum
dengan usia yang bergelayutan di dedahan,
memeluk rimbun
*****
bandung, 14 Maret 2012
ia adalah kita, orang orang dengan kening,
mata dan tangan di jendela, sesekali kaki
di pintu. kemudian duduk duduk,
berjalan leluasa, berhimpitan, berlarian
dan melompat lompat
bagaimana nafas bumi?
ia adalah usia kita
bergelayutan di dedahan, menanti rimbun
cengkeramai hingar pagi dan sejuk senja
menunggu cengkeram dengan paruh yang ajarkan
bagaimana mematuk paruh di kayu halus pun keras
bagaimana mengunyah lezatnya dengan beberapa
tegukan sabar dan ketekunan jari jari hati
di mana ia dibaca?
disekitar, didesau angin, sesekali berpayung
diterpa deras, huyung menatah tanah bebatu
lantas kita lihat lembar lembar terbuka
menuliskan geriap debu, basah dan senyum
dengan usia yang bergelayutan di dedahan,
memeluk rimbun
*****
bandung, 14 Maret 2012
Minggu, 11 Maret 2012
DENTING LENTERA TERURAI
bagaimana bulan malam ini,
ketika bintang bintang berlarian
dengan lompatan bagai denting lentera terurai
di kilau bintang tadi malam
ada mentari pagi yang senyum terduduk
merangkai lembaran esok
dengan tak lupakan sapa senja lembayung
bebintang jalan cepat, berlompatan sesekali jenaka
bagai denting lentera terurai
*****
bandung, 12 Maret 2012
ketika bintang bintang berlarian
dengan lompatan bagai denting lentera terurai
di kilau bintang tadi malam
ada mentari pagi yang senyum terduduk
merangkai lembaran esok
dengan tak lupakan sapa senja lembayung
bebintang jalan cepat, berlompatan sesekali jenaka
bagai denting lentera terurai
*****
bandung, 12 Maret 2012
Rabu, 07 Maret 2012
KUYUP
kuyup kotaku direbak deras
guyuran canda, senyum dan isak mengisi penuh
pena pena, hingga menari nari ia, meliuk goyang
di panggung kertas dan wewangi kayu basah
wahai engkau yang menarik huruf huruf mewarna
di rerintik,akanlah kuyup bersamaan dengan
menangkupnya kepak kepak di ranting serta dedahan,
hingga kering, buana lambaikan terbang
di ungu dan coklatnya awan
kuyup kotaku, kencang aliri huruf huruf pena
bermula kering, hingga limbung basah dan menanti kering
kepak kepak menangkup setia digigil dan rimbun
dari panggung kertas dan mewangi kayu basah
*****
bandung, 08 Maret 2012
guyuran canda, senyum dan isak mengisi penuh
pena pena, hingga menari nari ia, meliuk goyang
di panggung kertas dan wewangi kayu basah
wahai engkau yang menarik huruf huruf mewarna
di rerintik,akanlah kuyup bersamaan dengan
menangkupnya kepak kepak di ranting serta dedahan,
hingga kering, buana lambaikan terbang
di ungu dan coklatnya awan
kuyup kotaku, kencang aliri huruf huruf pena
bermula kering, hingga limbung basah dan menanti kering
kepak kepak menangkup setia digigil dan rimbun
dari panggung kertas dan mewangi kayu basah
*****
bandung, 08 Maret 2012
Selasa, 06 Maret 2012
TAHI LALAT
TAHI LALAT, ISYARAT WAJAH ADAKU
rupanya teman teman masa kanak selalu mengingat
*
SEBAIKNYA TAK MENATAP WAJAH, TAK SIMAK DERAP
bila kesedihan ditoreh
*
TENTU TAK SEMUDAH ITU ADA ANGGUKAN DAN GENGGAM
hingga melayang tanya
*
LIRIH TEGUKAN TEH HANGAT DAN MAKAN NASI GORENG DI BANGKU
siapa di sana? merindukah, membaca ruas jariku
*
KEPADA TEMAN BACA DI GUNUNG BIRU DAN GELOMBANG SAMUDERA
selamat pagi! berkah sertai
*****
bandung, 06 Maret 2012
rupanya teman teman masa kanak selalu mengingat
*
SEBAIKNYA TAK MENATAP WAJAH, TAK SIMAK DERAP
bila kesedihan ditoreh
*
TENTU TAK SEMUDAH ITU ADA ANGGUKAN DAN GENGGAM
hingga melayang tanya
*
LIRIH TEGUKAN TEH HANGAT DAN MAKAN NASI GORENG DI BANGKU
siapa di sana? merindukah, membaca ruas jariku
*
KEPADA TEMAN BACA DI GUNUNG BIRU DAN GELOMBANG SAMUDERA
selamat pagi! berkah sertai
*****
bandung, 06 Maret 2012
Senin, 05 Maret 2012
MALAIKAT, DI MANA TERBANGMU ?
MALAIKAT, DI MANA TERBANGMU ?
membiar secuil sapa terkadang, apa yang terjadi
*
LEMBAB MASIH BERANDA COKLAT & BIRU
genggam doa dan jari jari rindu
*****
bandung, 05 Maret 2012
LELAKI
bila terpejam, ingin kupenuhi pelupuk akan rindu ayahku,
lelaki lembayung cokelat di tanah sana. lalu pelupuk kanan
tentang ayah anak anakku. ia lelaki didentang delapan
ketika terbangun, senyum lelaki lelaki itu padaku, dan aku
memeluk kerinduan. hela dentang disetiap enampuluh menit
membawaku untuk selalu mencintai lelaki lelaki yang
duduk menatap, merindu, berjalan, berlarian di relungku
ku lafadz doa, genggam tanpa diminta
*****
bandung, 05 Maret 2012
Minggu, 04 Maret 2012
DANDELION
tak ada kesia siaan di hidup ini. setiap halnya bermakna. resah,
lamunan, percakapan senyap di relung relung. alurkan potret
bahasa anak anak manusia. mengingatmu, akankah terusik oleh
rindu, akankah terhuyung ucap ucap sembab, dengan bebulir
dandelion _ sekitar aroma rerumput, tempat sua menatap temu
rindu, akankah terhuyung ucap ucap sembab, dengan bebulir
dandelion _ sekitar aroma rerumput, tempat sua menatap temu
kencang awan, membisik ruas ruas tipis dandelion. laju mem -
bisik, dinginkan benak. menyemut mimpi, menerpa percakapan
rimbun, akan berapa depa penanggalan bertahan di tangkai. lu-
ruh serpihan coklat. matangnya oleh kidung angin.
kutiup didesir kebun. beberapa ruas menari layang, memijak
hembus mentari. pijar memeluk tariannya. tulus rimbun dan-
delion semarak di kebun dan ilalang. menari layang, meski tak
pernah berdansa, tumit tungkaiku ikuti nada di bibir indahnya.
dikehidupan ini, tak ada kesia siaan. tangkai dandelion, menem-
puh desir, hingga sua menatap temu.
*****
bandung, 04 Maret 2012
Selasa, 28 Februari 2012
AUREOL
kita dihadapkan pada tangan pagi dan kidung senja. lelaki itu
berjalan dan berlarian. sesekali ia petik tangkai bunga agar
harum persendiannya. ia diuji dengan kuncup mekar direbak
merah muda. sesekali tergesa hingga duri menoreh di jarinya,
ia kecup dengan kedamaian. inilah bonanza, cinta ,
boulevard _ kanan kiri pepohon dan bebunga, warnai setiap
derap cepat, perlahan dan ketulusan. telah ada di kitab bahwa:
hidup terkadang harum, pun berduri
kemana pergi ketika senja, aureol yang nampak melingkar
di kepalamu, pada siapa kau persembahkan? atau sedang kau
taruh agar tak tergerus cuaca yang gigil? baiklah, apapun itu
dengan siapa candatawa tentulah mematangkan indah tulus
diri, dengan beraureol maupun tak. petir kadang dibalut gulung-
an mendung. kotaku masih penghujan, deras siang ke senja
dan malam. bebulir terkadang debu, bahkan berpasir lembut.
di suatu taman, anak anak kecil berlarian mengenakan aureol,
terbentuk dari jernih bebulir yang berai dari langit
*****
bandung, 29 Pebruari 2012
(* puisi ini dimuat di antologi bersama: KARTINI INDONESIA dg 68 Penyair Wanita Mutakhir)
Senin, 27 Februari 2012
BESTARI
bayu di sana sentuh lentera dengan serenadenya, bergerak biru
ke utara selatan. di bawah, permadani memandang hampar
ada lirih tangisan, oh wahai bukan isakmu 'kan?
orang orang betapa bestari
punggungtanganya membuka dan menciumi jilidan kitab
wewangi dari anggukan tanda paham makna, pun gelengan
mereka melontar ide ide, juga tentang: mentari dan bulan
pemikiran bestari seiring desau bayu, menerus gerak biru
menaungi diri dengan gazebo hati, ada tangis_ bukan isakmu 'kan?
*****
bandung, 27 Pebruari 2012
Minggu, 26 Februari 2012
SILUET
bagaimana rupa rindu
ia halus, kelopak bunga api tumbuh disetiap musim
di siluet penjuru mata angin
begitu pun rupa cinta _ ia tak melukai setiap nuansa
yang burainya telah sedemikian melarik
berlembar bisik sabar, selami relung, takkan berisik ronta
keindahan rimbun rindu adam dan hawa
hingga mendekat bius pohon terlarang
godaan mesra membisik, hingga terpetiklah,
dikunyahtelanlah buah khuldi hingga terlempar mereka
ke hamparan bumi _ dunia fana ini
pengorbanan cinta, selami relung tak terkira
pagi hari, genggam mentari adalah candu tumbuhnya tunas
begitu rindu _ membawa cinta pada lembar lembar perdu
tak memaksa pun tak dipaksakan hingga sorot mentari api _
tak berasa panas, berbasah basah oleh deras tak rasa gigil
ia hangati sapa, bibirnya keindahan tulus _ tak lukai
demikian, larik larik ini bukan sebab senyap
*****
bandung, 27 Pebruari 2012
Jumat, 24 Februari 2012
SUNDAE
melihat tarian tung tung dan menyimak senandungnya,
keindahan sundae santan tak berbentang
dingin perdu, tung tung lantun tanda sundae tiba
layaknya rebak senyummu, guyurku dengan resapan
tetes ke sela tenggorokan
rerumput catat larian orang tua muda yang gamit
conello bahkan tiramisu
bagiku sundae tung tung lembut diwadah keripik cam-
ping atau roti tawar pasar, santan yang bentur di kera-
kal batu batu es, menari nari membentuk rasa
rindu yang dingin, akan ketibaan sapa yang senantiasa
ada,"kau baik baik di sana ?"
"ya, doamu semoga berkahi. jangan pusing."
kupanggil tukang sundae tung tung, ia lintasi jalan lembah
tiada keluh, di luruh peluh untuk mengepul dapur istri
ia tabah, memberi dingin dari panggilan tung tung
sundaenya turut menari, juga di lembar lembar papyrus di-
decak tinta penyimak
suatu saat kelak, harus kau rasai lezat sundae tung tung
kejaran dinginnya semutu tiramisu juga coklat robin baskin
perasa kita, apa adanya berucap, tak dustai dinamika rasa
*
sundae : sandei : es krim
*****
bandung, 24 Pebruari 2012
keindahan sundae santan tak berbentang
dingin perdu, tung tung lantun tanda sundae tiba
layaknya rebak senyummu, guyurku dengan resapan
tetes ke sela tenggorokan
rerumput catat larian orang tua muda yang gamit
conello bahkan tiramisu
bagiku sundae tung tung lembut diwadah keripik cam-
ping atau roti tawar pasar, santan yang bentur di kera-
kal batu batu es, menari nari membentuk rasa
rindu yang dingin, akan ketibaan sapa yang senantiasa
ada,"kau baik baik di sana ?"
"ya, doamu semoga berkahi. jangan pusing."
kupanggil tukang sundae tung tung, ia lintasi jalan lembah
tiada keluh, di luruh peluh untuk mengepul dapur istri
ia tabah, memberi dingin dari panggilan tung tung
sundaenya turut menari, juga di lembar lembar papyrus di-
decak tinta penyimak
suatu saat kelak, harus kau rasai lezat sundae tung tung
kejaran dinginnya semutu tiramisu juga coklat robin baskin
perasa kita, apa adanya berucap, tak dustai dinamika rasa
*
sundae : sandei : es krim
*****
bandung, 24 Pebruari 2012
Kamis, 23 Februari 2012
J U R A
: happy milad, suamiku Handian
berjam jam rebahan, mimpi barangkali sedang
menari di sana, sebab terdiam di sini. aku_ jura,
kemana perginya ? siapa teriakkan ajakan itu?
keindahan memotret rindu, panas dingin oleh hawa
lembaranmu menari, tawa yang ingin kusimak
berangsang milad, tungkai ditarik rangkai kisi kisi
aku _ jura, pagi tadi lemas, tapi tidak esok
hal baik hal buruk di lembar mimpi _ bunga tidur
telah lama tak bertaburan dipejamku
lelap dari keramaian
suatu saat nanti, Tuhan, ijinkan aku bermimpi
hingga menari di lembaran halus
beralas hamparan lembut, menyambut rindu
padaMu, dengan orang terkasih dan teramat sayang
padaku. dan kau_ Hand, tentu berkhidmat
: tentang kelok usia, mengenai anak anak, juga
tentang tempat meneduh kita dari guyur dan terpa petir
tempat merebah tenang dari segala apa berkejaran
sesekali menjerit, menyalak di sekitar pintu pintu
rumah tempat adamu adaku menjura
*
jura : menangkupkan telapak tangan
^^ miss u
*****
bandung, 23 Pebruari 2012
berjam jam rebahan, mimpi barangkali sedang
menari di sana, sebab terdiam di sini. aku_ jura,
kemana perginya ? siapa teriakkan ajakan itu?
keindahan memotret rindu, panas dingin oleh hawa
lembaranmu menari, tawa yang ingin kusimak
berangsang milad, tungkai ditarik rangkai kisi kisi
aku _ jura, pagi tadi lemas, tapi tidak esok
hal baik hal buruk di lembar mimpi _ bunga tidur
telah lama tak bertaburan dipejamku
lelap dari keramaian
suatu saat nanti, Tuhan, ijinkan aku bermimpi
hingga menari di lembaran halus
beralas hamparan lembut, menyambut rindu
padaMu, dengan orang terkasih dan teramat sayang
padaku. dan kau_ Hand, tentu berkhidmat
: tentang kelok usia, mengenai anak anak, juga
tentang tempat meneduh kita dari guyur dan terpa petir
tempat merebah tenang dari segala apa berkejaran
sesekali menjerit, menyalak di sekitar pintu pintu
rumah tempat adamu adaku menjura
*
jura : menangkupkan telapak tangan
^^ miss u
*****
bandung, 23 Pebruari 2012
Selasa, 21 Februari 2012
TUMBUH BERKEMBANG, YAA RABB
1
mengapa terserak cuaca ya Rabb, ketika terhuyung dedaunan an be -
bunga kekiri kekanan. betapa berbeda, betapa mengapa
engkau menahu? dimana kita, berlarian kehalusan tanah aspal yang
pijak. kita jalan juga lompatinya , juga kehendakMU, Rabb
2
melihat tumbuh kembang manusia, tidak hanya lima, enam bulan atau
satu, dua tahun. ia menerus, ada ranah baca yang lurus, berliku, bahkan
melayang hingga terombang ambing, lalu tenang ke depan, menjadi diri.
dari berdepa depa hingar, membawa kesabaran pada tanda hati, isi dan
pemaknaan. membaik dan membiar kita, menemu keindahan tak berbatas.
sebab Tuhan Maha Luas, sebab bumi dan langit sedang berbincang sejuk .
semoga tak percik anyir yang lubang. semoga membawa berkah. namun,
di mana teman sejati? adakah hardik menempa lempenganmu, teman
3
kujumpai teman biru dari gunung berjarak. mata bacanya membuat
dekat. senyumlah, kau di sana mengeja syair syair dengan lapang?
esok, akan ada juluran akar yang menguatkan batang dedaunan dan
esoknya esok, bebunga lahir_ mengembang dari bumi goncang. hingga
kita tak kuasa berucap apa, gemetar di keadaan yang membaik. rerum-
put decakkan sepoy, dingin berbalut bulir rerintik. bijaksana bumi yang
selalu berkontemplasi, untuk tumbuh berkembang, yaa Rabb, untuk kasih
sayang, untuk kedamaian . juga teman baru dari gunung berjarak biru,
terima kasih. bagaimana tumbuh kembang di sana? bahwa kita di sini,
membawa sendiri . kita jumpai hening Rabb, dengan tangkup bergores
diri. adakah hardikan? dari siapa? hingar jerajak menoreh lainnya?
*****
bandung, 22 Pebruari 2012
Kamis, 16 Februari 2012
PERBINCANGAN
langit dan bumi berbincang dengan angin, dengan petir dan deras. senja ,
menekuri diri dengan huruf huruf derai. senantiasa ia menyimak. awal juga
akhir perbincangan siklus
ia berujar dengan dampal kakinya, mengeras oleh pijakan lampah, lari, tawa
dan renungan. "jangan injak kakiku, tak usah juga kau tatap sedemikian rupa.
mari, ingin kutunjukkan kau pada gundukan kisah, yang mungkin kau telah
baca beberapanya." ia beranjak mendahuluiku. "cepatlah, kau menyimak larik
pagi dan senja. tentu kau doa untuk setiap kebaikannya." tersenyum aku ,
berjalan di belakangnya, terhirup embun penat asam dan manis
*****
bandung, 17 Pebruari 2012
menekuri diri dengan huruf huruf derai. senantiasa ia menyimak. awal juga
akhir perbincangan siklus
ia berujar dengan dampal kakinya, mengeras oleh pijakan lampah, lari, tawa
dan renungan. "jangan injak kakiku, tak usah juga kau tatap sedemikian rupa.
mari, ingin kutunjukkan kau pada gundukan kisah, yang mungkin kau telah
baca beberapanya." ia beranjak mendahuluiku. "cepatlah, kau menyimak larik
pagi dan senja. tentu kau doa untuk setiap kebaikannya." tersenyum aku ,
berjalan di belakangnya, terhirup embun penat asam dan manis
*****
bandung, 17 Pebruari 2012
Rabu, 15 Februari 2012
PUKULAN
mereka merenung, ada yang duduk bersiul gembira
beberapa mengerut kening menekuri petak petak
yang kadang terjal
ada yang tekun memahat pagi, hingga senja dan malam riuh
menjadi senyap, kemudian usai lembayung ia pukul pukul
hingga meriah percikan
ia senyum, entah bahagia atau risau
tak kentara bahagia apa yang mampu menenangkannya,
lalu aku, entah harus bahagia atau marah
bongkahan gundah menipis dengan sendirinya, jemari luka
ada anyir yang telah kering, kemudian terantuk terbangan kerikil
merupa apa, mengikis relung _tersuruk, mestinya butir butir netes
namun tak jua deras, hanya sembab diiring mendung lembah
senandungmu ? ah, dentang angka angka jam menyita hari hari
pastilah lurus, lengkung dan hentak!
sebab, disanalah sejatinya kehidupan
mereka menekuri petaknya, geriap langkah, dan ada yang terduduk
dipukuli derai udara, pun ada yang memukul mukuli dirinya
masih kubaca tebaran huruf huruf hitam, coklat, biru, putih
dan merah. kupegang, menata dan meniti di julurannya
adakah larik terdengar yang tidak tidak ?
aku, menggenggam huruf huruf yang gerai
*****
bandung, 15 Pebruari 2012
beberapa mengerut kening menekuri petak petak
yang kadang terjal
ada yang tekun memahat pagi, hingga senja dan malam riuh
menjadi senyap, kemudian usai lembayung ia pukul pukul
hingga meriah percikan
ia senyum, entah bahagia atau risau
tak kentara bahagia apa yang mampu menenangkannya,
lalu aku, entah harus bahagia atau marah
bongkahan gundah menipis dengan sendirinya, jemari luka
ada anyir yang telah kering, kemudian terantuk terbangan kerikil
merupa apa, mengikis relung _tersuruk, mestinya butir butir netes
namun tak jua deras, hanya sembab diiring mendung lembah
senandungmu ? ah, dentang angka angka jam menyita hari hari
pastilah lurus, lengkung dan hentak!
sebab, disanalah sejatinya kehidupan
mereka menekuri petaknya, geriap langkah, dan ada yang terduduk
dipukuli derai udara, pun ada yang memukul mukuli dirinya
masih kubaca tebaran huruf huruf hitam, coklat, biru, putih
dan merah. kupegang, menata dan meniti di julurannya
adakah larik terdengar yang tidak tidak ?
aku, menggenggam huruf huruf yang gerai
*****
bandung, 15 Pebruari 2012
Jumat, 10 Februari 2012
ANGIN APAKAH ITU ?
lihat vitrase jendela ketika akan berangkat atau tidur. adakah sobek oleh
terpa angin yang akhir akhir ini gemuruh dari kebun bibir tanaman itu ?
betapa keras henyakkan tetulang hingga nomer dan huruf huruf bergo-
yang dari jilidannya. lalu, kata riuh apa terhembus, wahai Pemilik bumi:
Kau malu? mohon kabarkan hal hal baik tentang lembah di sini
pagi ialah pagi yang hangat oleh degup cinta, sang Kuasa tiupkan untuk
kita kayuh roda roda. melaju lancar, mungkin bila kerikil di depan _ itulah
gejolak yang kian dewasakan olah tubuh. senja bagiku pun pagi, sehangat
mentari muncul, namun berbalut lembayung. ia iringi kicau bintang bintang
sekepak pipit yang kian jarang kutemui di lembah ini. pandang ke bukit indah,
manglayang _ sejukkan pelupuk. wahai semoga hembus angin yang tiba di
sana, tak nanarkan ranggas ilalang yang mungkin tumbuh dari tiupan yang
terpiuh angin. berebutkah bibir bibirnya menerpamu? ada pilu mengayun,
jumputi, pilahlah reruncing ilalang yang terbawa. secepat itu kerlingnya buai.
di bangku kayu, terduduk aku dengan sahabat pagi siang dan senja
di lembah, kelopak bunga rebak tidak dari usang sunyi, walau senyap _ ia
menderas dihingar bingar langkah detik dan menit yang jalani kehidupan sebaik
tulus lafadz lantunkan berkahnya simphony. membaik, kasih sayang bumi kita
*****
bandung, 10 Pebruari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)