tak hendak kubertanya pada mentari
mengapa setia menderas hangat
sebab melarik larik telah huruf indah,
manis, asam pun berdebu hingga cemerlang
terkadang badai hembus hingga nyala
hangusi relung dan telinga siapapun
pasi bibir dan gincu terlukis dinafasnya
wajahku_adakah pula menegak dinyalamu
sebab esok tak bertepi _ juga lusa
juga esoknya lusa, selalu kuingat
tubuh, lengan lengan mereka semburat jingga
wajahmu_adakah pula jinggakan senyum
sebab kuingat esok tak bertepi, nafaskan
nafaskan melankolia hakikat di pangkuan bumi
sebab kuingat masih, pagi yang kita petik
k u i n g a t
*****
bandung, 15 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar