: tuk Suamiku
14th Anniversary, 25 Oct 1997- 25 Oct 2011
beterbangannya helai dedaun kuning cokelat di tepi kemarau, isyaratkan tunas
yang bakal tumbuh dengan jingga biru langit. ia tergamit dari percik buana. ke-
kayu luarnya melepuh, disetiap lebuh ia derai ucap: bahwa telah merisalah ayu-
nan tungkai kita. di empatbelas tahunmu dan aku, menyurat hari hari diragam
bunyi hentak, sesekali cekam keheningan.
"ketuk ketukkan ruas jarimu, sayang,"katamu
"biarkan angin aromakan terik mentari, ia sketsa pemahaman akan rerupa ingat-
an". berpegang tangan, kian kencang aku padamu. serat serat mengelopak. di
beberapa helainya terbang disenandung musim. beberapa ikat bunga kau beli
dari pasar untukku, untuk ku taruh di meja oval tempat tinggal kita yang terka-
dang masih bocor oleh lepuh kemarau. sebotol wewangi bunga, the flower
essence, pun kau beri padaku _ bisik dikejauhan: untuk kening, relung dan
tulang rusuk penggenapku yang akan senantiasa indah.
suatu saat anak kita teriak,"ayah, kucabut ubannya". lalu kau senyum, membiar
ia tarik beberapa helainya. uban tak senyapkan rentang yang netas khidmat di-
gempita, sayang. ia pesonai ufuk ke senja. esok, seutas akan tumbuh seiring
mentari.
demi masa, ketika alam menukik kemarau. senyummu menderai hingar, gejolakkan
angin dimusim riuh. lelehan lilinnya menerus nyala _ layaknya gerai biru pelangi
yang tercerabut, ia merentang di sudut sudut, mencipta cahaya. tak bertepi.
*****
bandung, 25 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar