masih kemarau
keindahan, Allah beri serba tak bersyarat
: angin disemilirnya, kayu diaromanya,
senyum daun, tanah basah dengan harum
romantika tapak tapak manusia, pun
gerobak diujung lengkung sana
namun ia, menekuri akhir kemarau
sapa kening penanggalan
tak terbatas tapal pandang dan kata
telah ia dimuram kemelut, telah cengkeram
merdu serenade bumi
telah kering anyir bertetes tetes rasa
di kasa doa ia melipur
di lembar lembar puisi, ia berkisah
: tentang elegi dan keriapnya
tentang harum nada Sang Kuasa
tentang tak bersyaratnya keindahan
tentang cinta tak berkesudah
tentang kerinduan menyibak mimpi
tentang ujung september
tentang tepian kemarau
sesekali
terantuk ayun di batu batu debu
angin, kayu, daun, tanah, tapak manusia
juga gerobak di tepian kemarau
*****
bandung, 29 September 2011
denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Kamis, 29 September 2011
Selasa, 27 September 2011
RIMBUN ANGIN, LAUTAN ENGKAU
: Suamiku
di manapun adamu_ rimbun angin, di sini lembaran diri
bersandar kapuk dedaun, terbang renyai ayat ayat alam
masih di sini aku, di tikar dingin, ketika siang ke senja
mengempit jilidan buku: fiksi dan kisah nyata
senyata engkau di sana, sayang, sedang apa?
kabar katakan bahwa kau kemarin melaut
di arung lepas lautan, bersama sahabat silam
kenang dan terbahak bahak kisahkan masa remaja
menulis pagi, meneguknya di persahabatan tulus
ketika kau selami angin laut, berenang tepis dingin
demikian aku ingin melaut di tubuhmu, tenggelam muncul
diseret biduk bidukmu, gigil, lalu menghangat
menepi hendak kuletak, untuk lonjak menit senja yang pagi
bersamamu, senantiasa pagi
remang dinding melembut dipiuh lentera remang
bila di sisiku, camar riang senandungkan decak riak
dihari rindang, di manapun adamu_ rimbun angin
kalam alam beserta
dan engkau lautan, lautan engkau
*****
bandung, 28 September 2011
di manapun adamu_ rimbun angin, di sini lembaran diri
bersandar kapuk dedaun, terbang renyai ayat ayat alam
masih di sini aku, di tikar dingin, ketika siang ke senja
mengempit jilidan buku: fiksi dan kisah nyata
senyata engkau di sana, sayang, sedang apa?
kabar katakan bahwa kau kemarin melaut
di arung lepas lautan, bersama sahabat silam
kenang dan terbahak bahak kisahkan masa remaja
menulis pagi, meneguknya di persahabatan tulus
ketika kau selami angin laut, berenang tepis dingin
demikian aku ingin melaut di tubuhmu, tenggelam muncul
diseret biduk bidukmu, gigil, lalu menghangat
menepi hendak kuletak, untuk lonjak menit senja yang pagi
bersamamu, senantiasa pagi
remang dinding melembut dipiuh lentera remang
bila di sisiku, camar riang senandungkan decak riak
dihari rindang, di manapun adamu_ rimbun angin
kalam alam beserta
dan engkau lautan, lautan engkau
*****
bandung, 28 September 2011
TROPIS
kemarau penghujan, kering hujan kering hujan
terik deras terik deras, sengat netes
tibalah tiba penghujan, dingin basah aroma tanah
lahap lahan usai kemarau, akan tetesan langit
mengunyah pupuk subur
akar akar bumi serap kehausan
glek glek menegak sesekali sedak
bagi tubuh tetumbuhan, rumput antero semak kebun
tropis, bumiku tropis
kemarau penghujan, kering hujan kering hujan
cahya udara tak akan khianati tropis
aroma tanah, rekah rempah rempah
*****
bandung, 27 September 2011
JARAK KILOMETER
birai bebatu kilometer
ajari teguh janji, ucap mengusap halus
disuatu saat bahwa tak kan genggam
tetulang jari pada ruas ruas lain
bahwa tak kan cinta di dayu rayu lain
meski ia , dibening kening
menohok lontar merupa entah
di lengang menyendok senyap
di sudut jarak mengunyah detak
*****
bandung, 27 September 2011
ajari teguh janji, ucap mengusap halus
disuatu saat bahwa tak kan genggam
tetulang jari pada ruas ruas lain
bahwa tak kan cinta di dayu rayu lain
meski ia , dibening kening
menohok lontar merupa entah
di lengang menyendok senyap
di sudut jarak mengunyah detak
*****
bandung, 27 September 2011
Senin, 26 September 2011
MEMERAM EMBUN
siapa siapa memeram embun, ia dapati
bening paginya kapanpun
ngun ngun aku, diperam kursi senyap
goyang urai rasa , sang senja pagi
dirindu ia berpeluk massa
kerisauan sulang makan dan botol anggur
akankah lenyapkan temali jari
sekira tak sedang genggam kecintaan
lalu memeluk angin senyap
sentuhan renung mengubun
memeram embun, ketulusan dibening pagi
kapanpun mengkristal sejuk, tak membiar
siapa siapa rengkuhinya
*****
bandung, 27 septembr 2011
Minggu, 25 September 2011
EJA LILIN
mengeja l i l i n
segera akan nyala bilik degup
dari gelap langit, jadi terang
lalu barisan kata nyala
dari remang relung , semburat
lantas sekawanan bintang berlompatan
riangi syukur tak hanya pijar seomong kosong
lantas bulan tetap tak bermusim
rindang perdu, kilau merdu
betapa bahagiaku
: eja lilin, nyala bilik degam langit
pun bahagiamu
tulus merapal sumbu doa
terangi dinding daging darah
*****
bandung, 25 September 2011
MENEKURI WALAU
walau menyelinap diraung rumah
sekira bebaris alis ke rahang masih senyum
anyir tak terlalu nganga
gelas retak wadahi kelindan teguk
: tak mungkin darah itu ku minum
getir dari risau ditikam desau
mereka ucap: lekat debu itu, gumpal racau
mereka ujar: sebab duga, pekat cemburu
helai kertas lalu ku dapat
sekira otot tangguh masih senyum
tak merah isi tinta ini
dan anyir tak terlalu nganga
toples toples menaruh gulungan kecil
larik sembab: berdiri dan lelapnya, berbahagia
*****
bandung, 25 September 2011
sekira bebaris alis ke rahang masih senyum
anyir tak terlalu nganga
gelas retak wadahi kelindan teguk
: tak mungkin darah itu ku minum
getir dari risau ditikam desau
mereka ucap: lekat debu itu, gumpal racau
mereka ujar: sebab duga, pekat cemburu
helai kertas lalu ku dapat
sekira otot tangguh masih senyum
tak merah isi tinta ini
dan anyir tak terlalu nganga
toples toples menaruh gulungan kecil
larik sembab: berdiri dan lelapnya, berbahagia
*****
bandung, 25 September 2011
Sabtu, 24 September 2011
PADAMU SAJA
: Suami cintaku
pada telinga, tak ringkih dari segala deru dentum
bahwa lalu kukuh diragam cekung cembung bumi
padamu, tubuhmu gerak, menggenggam layar
bahu tegap mengibar kibar
dada degap memasung rindu
lengan tungkai derak memantik bebulu kuduk
tertawan aku pada cinta, padamu saja
*****
bandung, 24 September 2011
pada telinga, tak ringkih dari segala deru dentum
bahwa lalu kukuh diragam cekung cembung bumi
padamu, tubuhmu gerak, menggenggam layar
bahu tegap mengibar kibar
dada degap memasung rindu
lengan tungkai derak memantik bebulu kuduk
tertawan aku pada cinta, padamu saja
*****
bandung, 24 September 2011
Jumat, 23 September 2011
MAKHLUK PAGI DAN SENJA
makhluk pagi berbisik
ia pukau akan gelegak embun
ia takjub akan cinta tak kenal keluh
mereka sepakat, manusia fana, beberapa ajaib
: ia berdarah peri
tetes anyir merah memerih , katanya : sejuk
pukat rerintik getir petir, katanya : keindahan
makhluk senja bertanya
: kau kagumikah cinta manusia bumi ?
ia, melarik doa bunga
ia, senantiasa neteskan hening
tak kan terselip di lembar kelopak rerantingnya
*****
bandung, 23 September 2011
Kamis, 22 September 2011
SIMPUH KASIH
memahami rindu, relung cintaku
menata anganku, meniti impian
kau bawa bingkisan, sekeranjang bunga
berhamburan rasa, menekuri wangi
* mentari bebintang, gerai keindahan
pagi senja malam, menggenggam doa
* bebulir rembulan, memendar rindu
simpuh kasihku, berpeluk doa
nb: nada C mayor :)
let's serenade the tears n smile (if it could be)
*****
bandung, 22 September 2011
PERUT KEMBUNG
pelupuk berlarian, hilir mudik
dari benak bertalu palu
akan perut perut kembung bocah
kurus kering dengan barisan tetulang
pelupuk berlompatan di tawa canda
asam memedih, neteskan api di pipi
mengenyang ia gusar tanya
merindu ia subur lahap, bebilik lahan
o Allah, kokohkan dinding ketabahan
rindangi syukur hati mereka
di tulus damai, pohon doa
hingga pandang meneduh
*****
bandung, 21 September 2011
Selasa, 20 September 2011
KETIKA ALLAH CIPTA KITA
ragam kepala, ragam rambut, ragam kernyit, ragam benak pikir, ragam jari jari
tangan dan kaki. ada yang tegap, tegak, bungkuk, lunglai, terengah, laju lurus ,
menikung leliku pun kusut dan lolos mulus, kita dicipta Allah di aneka bentukan.
barangkalikah IA cipta kita dengan rintih, desah, desir, suka, senyum ataukah
getir getar di segala kuasa, setiap kita pada genggam kuasaNYA. IA puja puji
lontaran dari bisik mulut kita. ketika Allah cipta kita, IA indahkan bumi langit se-
bab kehadiran kita. IA harukan relung siapa siapa di gemerlap rasa sunyi, riuh
syukur disenyap jerit rerupa apa. Ketika Allah cipta kita, IA tak berbaring, tak
duduk, tak terpejam, tak amuk sebab IA entah bagaimana keadaanNYA, tak
siapapun kita mengetahui
ketika Allah cipta kita, helai helai kertas indah untai kata cemerlang, untuk kita
tampil di bumi biruNYA. bahwa bila lembaran sobek, tercoret petir atau terper-
cik tinta warna tenang resah,bukanlah itu kehendakNYA,namun mata,tangan,kaki
kaki kitalah pendar setiap torehan tinta. mungkinkah Allah damai senyum dihadir -
nya penghuni langit bumiNYA ?
ketika A l l a h cipta kita . . . . . . . .
*****
bandung, 20 September 2011
Minggu, 18 September 2011
PINTU DOAMU
matahari, matahatiku
jangan kau cemburui
: sebab goresan di larik larik jemariku
tak terucap oleh satu dua pena
matahari, kau dirindu semesta
kau dibangga puja hingar telapak
adakah kau jumpaiku,
adakah aku di pintu doamu?
*****
bandung, 19 September 2011
KERONTANG PANGAN MEREKA
di belahan bumi sana masih ada kekeringan pangan & lahan, anak dan bayi nampakkan kerontang tulang yang menyedakkan pandang_kenyangkan perut keronconganku
seruak haru, tak berlama pandangi gambar mereka
hidup. hidup ini pilihan, tentu mereka tak memilih menetap di hunian lahan belahan bumi sana
nampak angin kering, sekerontang tubuh tubuh gigil diterpa pilu dayu angin, oh wahai peniup, beri tumbuh
daging daging di sekeliling belulangnya, indahkan kesegaran pandang kami pada marak kembang kembang di
kebun itu.bebulir tak merupa bulir, hanya sembab . sembab tertali oleh sesak kenyangku akan santapan.
oh kelopak dan dedaun beterbangan , dari segala tangkup rasa
memedih kelu tak jumpai sapa sapa meriah. gulungan doa doa selalu pijar, selalu binar di sorot melebar. rindu akan
bahagianya , hingga tak berbilang
*****
bandung, 18 September 2011
Jumat, 16 September 2011
LANGIT BELUM RINTIK
di sini, langit belum rintik
rupanya Tuhan menanti jentik pelupuk
dari kita sembari mengurai dan talikan kalam
*****
bandung, 16 September 2011
rupanya Tuhan menanti jentik pelupuk
dari kita sembari mengurai dan talikan kalam
*****
bandung, 16 September 2011
Kamis, 15 September 2011
BEBULIR DOA IBU
kau bisik bahwa aku selalu akan genggammu, ibu
dan aku masih di sini di rentang kilometer yang
dekat oleh sembab doa bungamu . kau lihat apa
yang tumbuh di kerlip bebintang itu?
ialah semilirmu yang mengembang . hilir bawaku
tersiram sejuk di dinding dan lapang kebun ini dan
itu. biar, biarkan kekuncup aromakan sembab me-
wangi. lihat, bu, masih kugenggam jari jari tegar _
meruas di hari hari embun dan halus debu. masih
sembab doamu, ia embun rekah dikerlip bebintang.
*****
bandung, 15 September 2011
Rabu, 14 September 2011
IA AKAN BAIK BAIK SAJA
lelaki bijak, siapa wanita yang kau larang pergi ke suatu tempat itu ?
mungkin di sana tempat ia jumpai keajaiban gerai. memang tak ada
tukang sol sepatu di sana, tapi ia akan bawa alas alas tapak yang
kuat dan lembut. hingga ia lalui lapang aspal, genang dan mungkin
salju yang tak becek
ia akan baik baik saja, meraih kelak barangkali menerpal terang
kirimi doa tulusmu bertumpuk tumpuk
untuk tenang dan bahagianya, hingga senyum ia bila angin hilirkan
sejuk tulusmu, tak kan ia berputus asa
ia akan baik baik saja
di sana, ada pohon berusia, rindang dikibaran taman kota
dedaun melebar kukuh, matang baya pohon kian
tetulang dahan mengencang , diterpa berita lalu dan kini
ia dapat sesekali berayun ayun, dilandai batang julur
mulutnya leleh doa, jari jari lentur jilidan kata
ia ada bukan untuk tiada
namun bila tiba masa jemput, malaikat sampaikan kidung
lelaki bijak, ia akan baik baik saja
bawa tumpukan doa doa, usai sholat pun dering telpon atau
sms yang akan nitnut menanya juga berkabar di ponsel
*****
bandung, 14 September 2011
Selasa, 13 September 2011
DULU, MEMBERI LES
di mana kau upaya, hasil diraih segera atau kelak
layaknya dulu, pagi kuliah: berkutat jilidan diktat kampus, bincang
di kamar kost kawan, tak sering keluyuran bersenang senang
sebab usainya, banting tulang untuk nafkahi transport harian
: ajari siswa di tempat kursus, selepas petang dibeberapa hari
sebatang mobil jemput, bawaku pada putra putri kesayangan
seorang pengusaha kota: ajarinya berbahasa Inggris
tak banyak upah, tapi melihat mereka ber- cas cis cus
bungah rasa. pandangi nilai tes di sekolah topnya membaik,
sukacita tampak bila lekat kau tatapku
walau beda keyakinan, walau larut mobil antarku ke rumah
barangkali, bebisik sangka, kemana menuju ditiap dua perminggu
menahu tetangga baikku, ucap: aku dulu,memberi les tambahan
tak ke tempat lain apalagi ke lahan remang remang
Senin, 12 September 2011
PENGETUK
/1/
hening siang ke senja, terdengar ketukan di pintu berandaku. rimbun embun senja. wahai engkau sahabat indahku, masuklah, telah kau baca goresan larik kataku, bagaimana menurutmu? mari duduk, apa yang akan kau kisahkan padaku, tentang warna warni di bumimu atau kemeriahan bahkan kesunyian di sudut trotoar dekat hunian? kau tak sepi di sana bukan? alam betapa senantiasa senandungkan relung kita. segera katakan, tunggu, kuseduh teh atau kopi tuk kehangatan perbincangan kita . masih ada beberapa kue lebaran, ayo makanlah.
beberapa hari kemarin, perutku rasa terpilin. sembari usapi hingga lapang, udara sekitar hiburkan keramahan sejuknya. aku tersenyum, seperti kini, melihat kehadiran tapak manismu. apa kabar sahabat baruku? kau bahagia di sini atau melihat lihat munculnya kelopak dan kuncup? harum kayu pepohon sekitar, adakah kau hirup? pun putik dan kidung rerumput? ia sahabat alam. awan apa hilirkanmu, siapa beritahumu letak bilikku ? senang melihat hadir senyummu. kau akan berlama lama di sini ? ayo, cerita. ceritakan bagaimana perjalananmu kemari. beginilah bilikku. berbeda dengan meriahnya warna kotamu bukan?
/2/
baru saja kulihat slide foto mu, orang terdekat dan hangat keluargamu. mereka manis, gembira, indah di hari hari yang tak semua orang alami. bersyukurlah, sahabat cerdasku, hidupmu telah teruntai cerlang, bintang dan bulan terang jangan kau redupi dengan isak bebulir. senyum hangat layak terangi orang orang terkasihmu. senampak kebun di sana selalu berbunga dengan kelopak pelangi warna dan harum tak kunjung usai. itu berkah mekarnya alam, Allah beri untukmu. peluklah di antara bintang kejora
kelakmu yang berbunga api, pun jaga ranum budi ikhlas juangmu untuk ayah ibu. betapa mereka sayangimu, dari peluh titian tangga yang telah diraih. berterima kasih lah dengan harapan doa. kisah,kisahkan padaku, bila mungkin tentang apapun. menawan pintu dan jendela rumahmu, sahabat. maraklah dikeramahan dan mampu bingarlah dalam berbelas kasih pada mereka yang kekurangan. banyak lembaran tarik bukuku untuk kau ceritakan. baiklah, minumlah beberapa teguk teh atau kopi ini, rasa agak berbeda dengan yang pernah kau cecap.
*****
bandung , 12 September 2011
Minggu, 11 September 2011
KEHADIRAN MINGGU
minggu hadir, di deretan bangku bentang
ia di penghujung liku, masih kemarau dan segera halau
sebab penghujan mulai berjingkat, mengetuk tepian awan
untuk dedahkan tanah dan lautan
selalu kunanti minggu, jeda kesibukan masa
merambah sejuk dengan setiai larian jam jam dentang
masih ke kanan denyar, hingga perjumpaan di angka duabelas
tandai alur dinding yang menyalak, mengeong dan gumam
minggu adalah tenang bumi
tak melulu hiruk berombak keintiman
gelimang gelombangnya, luapan sayap sekawanan manyar
gandeng tangan sesiapa kita di pagar bincang seru dan sangit
minggu hadir, ia di deretan bangku bentang
*****
bandung, 11 September 2011
Jumat, 09 September 2011
PEREMPUAN BULAN JINGGA
ketika syal senja membalut, menanti senyap diriuh bebulir tetesan gemilang bulan, hingga pendar langit senyumkan keindahan mimpi bumi, ketika itulah aku dilahirkan dengan senandung doa dan kerlap kerlip tasbih bebintang. orang memanggilku perempuan bertangan angin, bahkan bertapak bulan
lalu bagaimana dengan nadi impianmu? wahai, ia mentari yang tak habis habisnya kunjungi selasar bumi hingga ru-
mah kasih relungku
*****
bandug, 09-09-2011
Rabu, 07 September 2011
BERUCAP JATI
penelusuran dingin di cuaca panas, kita sebut: kemarau
seorang lelaki mendapati kelokan musim, hilir badai_ terbangku
acapkali debu tipis kedip, halau hantaman
kadang membulir keringat, di pori pori menebal kulit
ubun ubunnya asin membening, sembabnya usap bebiji
benarkah tumbuh cinta, pada lirih parau kecewa
lelaki pukau itu tertegun
ia jati _ daun daun jari melebar berotot kuat
dudukki sejuk rerumput, galau bebatu hembus dan sapa semilir
ada yang terkulai, ah esok akan nampak bebulir,
memilah kemurnian: buram terangnya, manis asin pun pedasnya
atau benda kekayaannya melipur depa pandang
senyap kugumpal pilinan hati, hingga entah 'kan terbang
menilik, menelisik diri di bebulirmu
ayolah, inilah adanya bumi kita
meluap doa kasih, meradang terjal di mekaran daya
oh wahai gerai angin, pada semampai ketangguhan
berbulan bulan lerai, hingga akar akar berucap jati pada dirinya
selalu menyayangi, menyimak ingat aku, selalu
oh wahai, bila guciku penuh, sampai segera aku ke sana
atau kelak jemputan di beranda
*****
bandung, 08 September 2011
seorang lelaki mendapati kelokan musim, hilir badai_ terbangku
acapkali debu tipis kedip, halau hantaman
kadang membulir keringat, di pori pori menebal kulit
ubun ubunnya asin membening, sembabnya usap bebiji
benarkah tumbuh cinta, pada lirih parau kecewa
lelaki pukau itu tertegun
ia jati _ daun daun jari melebar berotot kuat
dudukki sejuk rerumput, galau bebatu hembus dan sapa semilir
ada yang terkulai, ah esok akan nampak bebulir,
memilah kemurnian: buram terangnya, manis asin pun pedasnya
atau benda kekayaannya melipur depa pandang
senyap kugumpal pilinan hati, hingga entah 'kan terbang
menilik, menelisik diri di bebulirmu
ayolah, inilah adanya bumi kita
meluap doa kasih, meradang terjal di mekaran daya
oh wahai gerai angin, pada semampai ketangguhan
berbulan bulan lerai, hingga akar akar berucap jati pada dirinya
selalu menyayangi, menyimak ingat aku, selalu
oh wahai, bila guciku penuh, sampai segera aku ke sana
atau kelak jemputan di beranda
*****
bandung, 08 September 2011
BERIKU SOBEKAN ITU
lantaran gerutu mengepal kesal, kekeliruan cetak kata
ia remas kertas kata , sobek mengorek miris, kusut membesut
seharusnya tak lantas ia leburkan kecewa masamnya
beri, berikan padaku segera, sebelum lunglai aku
sebelum reranting, dedaun kata berguguran dipiuh petir
sebelum badai menampar kayu lembarannya
kau lihat, adakah kau lihat, terkepung pilu ini sedih
berulang kali keliru cetak gumamkan lembar merah: ia libur
dari berkutatnya jam dinas
bahkan dedahan tampilkan pesona dikeindahan denyar kuncup
pada sepotong pagi yang tak akan habis habisnya terbit
menarik dedaun rindui aroma embun ranum, aku terbang
kertas tersobek, gusar jalinan kata
beri, berikan segera padaku sebab mata binar
kuhaluskan kekusut, poranda debar kata terserak
hingga baca, jelas bentukan dari jendela pun pribadi pintu
siapa pun kenan mengeja dikesungguhan ucap , tak kian kusut
pilinan lembar menjernih ketik, telah usap setiap liku kemusut
*****
bandung, 07 September 2011
Langganan:
Postingan (Atom)