satu dua bulir sembabnya resap, entah berapa tetes
ia kisahkan, sebab deras kian basah, meruyak bebulir
hampar lantai memerah menadah bebutirnya
setiap kalimat ucap, setetes nitik
tangkup kesepuluh jemari rapat menceruk
berkalimat kalimat ujar,keluh peluh ratap dikuasaNya
bukan iba sendu pada manusia
pelupuknya pejam, sesekali kerjap
setiap ucap menitik satu dua butir
pelupuk yang ia kira kemarau, sembab dituai derak angin
kukira hening mengering,ternyata masih bisa ia tetes
bebulir sembab, urai kroak belulang hati manusia
: seperti beberapa diantaranya tak berdaging!
anyir memipir semilir, entah dimana kini hembus
masih kisah kisah untai
pelupuk pejam, sesekali kerjap
sembab membulir dari tiap ujar, kisah masai
*****
bandung, 28 July 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar