PUISI : CUKUR RAMBUT
akhir akhir ini pisau cukur laris manis
dipakai, digenggam untuk pendekkan helaian rambut dibanyak kepala
agar dingin hembus nelisik setiap pori, agar sejuk percik gerimis
pun hujan memulai tandangnya di bumi
akhir akhir ini, banyak lelaki botak di kotaku
orang bilang, itu cara perayaan rejeki
orang kata, beginilah mestinya luruskan nasib baik
agar jauh dari kekusut, agar menepi debu pepasir serta ketombenya hari hari
orang ucap, rerongga lapang di kepala akan lapangkan pula angin esok
kucuran keringat semakin tak sia sia
sebab ia mengalir hangat, catat setiap kabar demi kabar ayunan di benak
sesekali tumpangtindih, tersedak, meluncur
kerut dahi dahi, terpana diterpa tepuk cium
ini saat ketika rombongan lelaki mengusap usap kepala dinginnya
kilau serta percik dawai rasa, enyahkan muram durja
mengemasi jemu, menjernih seiring beranjaknya mentari
ia erat berdesakkan di dada dada bidang, ada perut tambun,
ada petak petak perut digumpal dua gumpal hal, masih terbungkus kain kata
akhir akhir ini kotaku dingin dan hangat
penangkup telapak menjura
pengerat ikat basahi bibir bibir mereka dipujapuji rizki
kepala kepala lapang, ditumbuhi desir, memulai kenakan topi
mengamati bisik disamping, pelukan dari depan, pelukan dari belakang,
***** Bandung, 19 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar