terkadang bibir orang orang tertinggal di tepian meja ini. dari sekedar teriakan iseng,
cemooh canda, atau resah kata yang belum tertata apik. bagaimana kayu meja harus
menyangga kata, bagaimana kaki mesti melangkah. ia harus menunjukkan secermat gerus-
an waktu yang kian pudarkan warna kayu. kata doa, ya doa kata juga harus senantiasa
ada, lingkupi lapang kayu. hangati bangku bangku yang tetap di dekat meja. sesekali debu
menyapu piuh, tepukan tapak tangan halaukannya. untuk melarik syair, menulis hari hari
yang masih Tuhan sapa bagi kita. ada yang bersuka, berduka, kecewa, atau menatapi masa
yang dilewati. cinta bahkan cemburu, memburu rasa orang orang, silih berganti. ada perte-
muan yang akan hingarbingar dari sejumlah mata pena. dari kata yang tertawan di-
ramu paduan tuts tuts huruf. redam senyum, persembahan kasih yang entah mewarna apa.
meja ini jujur. ia pudar bila cairan keras terus menggerus. atau mengelam hitam, bila dibakar
nyala. coreng moreng ditoreh goresan. ia akan kilau mengkilat oleh cat pelitur pulasan.
menerus terpintal kata, dari suam suam mentari di debur pagi bingga lonjakan bebintang di
debur malam.
ramu paduan tuts tuts huruf. redam senyum, persembahan kasih yang entah mewarna apa.
meja ini jujur. ia pudar bila cairan keras terus menggerus. atau mengelam hitam, bila dibakar
nyala. coreng moreng ditoreh goresan. ia akan kilau mengkilat oleh cat pelitur pulasan.
menerus terpintal kata, dari suam suam mentari di debur pagi bingga lonjakan bebintang di
debur malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar