betapa di sekitar manusia pohon itu bergerombol
orang desa, orang kota, orang samudera
mereka hirup semilir angin , sejuk tarik dan hembus
angin
dengan semburat kasih, kibar hingga
jingga kebiruan kening pipi dagumu
tiupan tak bertepi, sejauh sudut pandang_melambai engkau
senja tiba, "halau menepilah sejenak."
"baiklah," hembus terduduk merapal doa, sesekali usap
punggung tangan sang pohon, semakin cekat_
bercahaya kian kayu kayu hingga dedaun
bila tiba bebintang, hingga lompatan percik menimpa,
itulah saat dimana orang orang rapatkan riuh cintanya
dan manusia pohon
usai lembayung senantiasa merindu kerlip
dan selalu kerlap kerlip senyawai senyap kayu reranting
angin bersideku tiup hingga mengalun sepoi
ia merentang lalu, semarakkan rimbun dengan tarik hembusnya
pukaukan tatap hingga pandang semakin jingga kebiruan
kau, engkaulah manusia pohon
dedaun julang tumbuh mengembang
tiada ucap gentar, tiada ucap terlambat menata rimbun
disenyum Sang Maha
*****
bandung, 21 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar