embun dipiuh dedaun, pelepah juga mahkota bunga.
indah! indah selalu kabar adamu, sambangiku apa
adanya, padamu pun betapa apa adanya. cukup! cu-
kuplah aroma relung itu rebak tanpa pesta kembang
api, cukup! cukuplah senyum bentangkan rengkuhan
doa doa, padanya pahat keindahan cipta cintaNya.
meruas, melantun senandungi kalam
ketika siang, beberapa kerikil serapah . bebatu itu ten-
dangiku. apa langkah kuayun. bagaimana lalu? entah
kukira ia teman, tapi disiang ia berubah menyalak.
engkau siapa, wahai? betapa demikian wujudmu?
bukankah baru tadi pagi kta berbincang, bertanya kabar
siapa engkau? jaman dentang aumnya. sesekali limbung,
ia, ia dan ia betapa mengherankan di adab ini.
tapi tentu engkau tangguh . sedang apa, apapun sibukmu
tentu genggam doa doa untukku. siang kemerduan jadi
pontang panting, namun tak kuhirau bila engkau sehat
melangkah, tapakki merdu. setiap persimpangan, ada lam-
bai yang cekam, pucat, bahkan menggiur. hati hatilah eng-
kau. anjing, serigala, harimau tak punah, mereka ada, dan
tentu di rimba. jika kilat tatap pun erang aum kau dengar,
berdoalah. bicarakan bahwa hidup seperti panggung entah.
namun bumi tetap indah, jika kita isi syukur dari kebun doa.
ini tanganku, tak bersedih walau
*****
bandung, 15 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar