denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Jumat, 31 Oktober 2014
MUSIM KEMUSIM
sepuluh bulan telah, kemarau dera
daun daun kering berayun ayun
menelisik tepian, mengumpul percik
maka tibalah kini masa dingin
memulai langit memancangkan riuh rerintik
bergantian tubuh jejalan basah dan kering
pun sejuk sedari lalu amati rasa
maka rasalah basah berhuruf huruf
***** Bandung, 31 Oktober 2014
Selasa, 21 Oktober 2014
SINAR
tertanam bebulir, sedari mula pagi
membentuk rentang dari pepintu jura
tubuh tubuh warnai hibuk
para jiwa kembara
***** Bandung, 21 Oktober 2014
Senin, 20 Oktober 2014
JENDELA
J E N D E L A
menatap pagi,adalah dengan jumpa dan hilang
di beranda dengan tanyajawabnya
uar aroma lembab bebangku meja mahoni
riuh rerintik, serakan dedaun, sedemikian piuh
sedari lalu rimbun lebarkan dedaunnya
dedahan tempat bebunga kepak
beberapa jendela membuka
jauh dekat berkisah tentang batu dingin batu panas
beberapa berdiri
beberapa berlari lompatan
beberapa duduk berselonjor dari penat hari
rimbun bersetia menggenggam pagi
ada jendela yang hembushela segala ingin
tempat telapak genggami empati sekitar
padanya semat tetes embun gerimis
mekar juga bersiklus, berdaun, berduri
dipiuh berlama lama
sebilah mata sepi
menatap gigil antar berhelai helai sejuk
***** nsw Bdg, 23/09/2014
menatap pagi,adalah dengan jumpa dan hilang
di beranda dengan tanyajawabnya
uar aroma lembab bebangku meja mahoni
riuh rerintik, serakan dedaun, sedemikian piuh
sedari lalu rimbun lebarkan dedaunnya
dedahan tempat bebunga kepak
beberapa jendela membuka
jauh dekat berkisah tentang batu dingin batu panas
beberapa berdiri
beberapa berlari lompatan
beberapa duduk berselonjor dari penat hari
rimbun bersetia menggenggam pagi
ada jendela yang hembushela segala ingin
tempat telapak genggami empati sekitar
padanya semat tetes embun gerimis
mekar juga bersiklus, berdaun, berduri
dipiuh berlama lama
sebilah mata sepi
menatap gigil antar berhelai helai sejuk
***** nsw Bdg, 23/09/2014
Minggu, 19 Oktober 2014
HAMPARAN
HAMPARAN
hampar tanah pagi
bercakap cakap ia tentang keindahan dan mimpi
membuka awal pelupuk dipercik bening
mimpi dari kening kening disemat nyala
terkadang asa memiuh, berai ia dari derainya
harapan berpegang didedahan
angin liris serta riuh pun genggaminya
kuat ataukah melemah, ditopang oleh sangka sangka kita
oleh kemana ayun tungkai
oleh hampar menumpu pepintu
tangan tangan kita pegangi gagang
berlompatan mengejar atas kebawah
tegang dan lunglai untuk leluasa
jendela gerai, berucap akan kehadiran sela sela dingin
nanti, saat rahang dan bahumu menghempas mendung
kau hisap harum likat tanah senja
ia ajari siang dari menanti pagi hingga berlarian kemalam
adakah sabar ia semat untuk sebentuk lengkung diwajah?
sebab banyak terserak debu kerikil hampar
digambar gambar liku
maka pada telapak masing masing kita
siaga membawa segala tempa
siap tak siap, telah ke depan
mewarnai hamparan,
bergantian basah basah dengan mengering
***** Bandung, 18 Maret 2013 (* Bdg, 19 Oktober 2014 )
hampar tanah pagi
bercakap cakap ia tentang keindahan dan mimpi
membuka awal pelupuk dipercik bening
mimpi dari kening kening disemat nyala
terkadang asa memiuh, berai ia dari derainya
harapan berpegang didedahan
angin liris serta riuh pun genggaminya
kuat ataukah melemah, ditopang oleh sangka sangka kita
oleh kemana ayun tungkai
oleh hampar menumpu pepintu
tangan tangan kita pegangi gagang
berlompatan mengejar atas kebawah
tegang dan lunglai untuk leluasa
jendela gerai, berucap akan kehadiran sela sela dingin
nanti, saat rahang dan bahumu menghempas mendung
kau hisap harum likat tanah senja
ia ajari siang dari menanti pagi hingga berlarian kemalam
adakah sabar ia semat untuk sebentuk lengkung diwajah?
sebab banyak terserak debu kerikil hampar
digambar gambar liku
maka pada telapak masing masing kita
siaga membawa segala tempa
siap tak siap, telah ke depan
mewarnai hamparan,
bergantian basah basah dengan mengering
***** Bandung, 18 Maret 2013 (* Bdg, 19 Oktober 2014 )
RINDU
adakalanya
ku membiar,
biarkan senyap memelankoli
sebab jauh
menempuh retakan rindu
***** Bandung, 19 Oktober 2014
Langganan:
Postingan (Atom)