denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Rabu, 25 Februari 2015
TANYA
kening serta mata pepohon
kadang berseteru tanya
pada reranting
pada dedaun
:bagaimana mesti
meneduhi
diri diri kelana,
terkadang tak ia hirau, hingga
hingga membiar diri
diayun ayun angin
kelam berdebu
basah berkuyup kuyup
pun kena cipratan wewarna
dari kubang jejalan
terkadang, tersimak
berisik umpatan
menggumam akan
terbangan kerikil
yang tersaruk alas kaki
muram
tertimpa penat larian
bebahu serta lengan pepohon
sering berseteru tanya
pada reranting
pada kekuncup daun
: bagaimana seharusnya
sejukkan
dada dada kelana
***** Bandung, 25/02/2015
23 FEBRUARI 2015
jika pagi tadi
berkejaran mentari dan awan
dengan sesekali
tersangkut di ranting rerintik
maka setelah petang
tiba lelompatan bebintang
yang berlarian di bebahu garda malam
masing masing karakter tumbuh
tanpa mematahkan
munculnya kekuncup yang bersebelahan
sebab mentari
indah disejati hangatnya
pun bebintang
dengan apa adanya
riang bersahabat
disenandung, digelap sang malam
rimbun bebintang
pahami nyala,
menggamit sejati
menerangi kisah kisah temaram
***** Bandung, 23 Februari 2015
Sabtu, 21 Februari 2015
"TELAH LARUT, NAK"
"TELAH LARUT, NAK"
anak anak malam, berbinar matanya
berkawan pekat, menyimak dentang
anak anak malam
hangat berselimut kabar baik
menanti tiba ibu bulan
untuk membacakan kisah
sebelum tidur,
menanti senandung tentang
bintang bintang yang berkejaran
serta erat pelukan bunga doa
yang mekar diucapannya
yang binar diimpian pelupuk
"ibu bulan, nanti,
jangan lupa mekarkan
kekuncup pagi di helai helai
sapuan rambutku, dari usapmu,
setelah kau kabarkan
bagaimana diri diri bergerak
ditarik konstelasi kota yang hibuk
mewarnai riuh serta senyapnya angin"
*
Bandung,20022015
Senin, 16 Februari 2015
SOLILOKUI
SOLILOKUI 1
esok,
saat terbangun
fajar memulai terbangannya
melayang serta menukik
pun menoreh
mematukki embun demi embun
menyimak riuh,
lalu sibak kelam taram taram
sesekali lantun
menyimak senyap
***** Bandung, 03 November 2014
SOLILOKUI 2
merayap di jejalan
badanmukah
tenggelam dicahya malam ini?
lompatan bebintang arungi
setiap ruas sayap sayap
yang sedari pagi
kau pinjam dari elang
***** Bandung, 12 Februari 2015
Kamis, 12 Februari 2015
REDALAH BANJIR
kuyup, rerintik di mana mana
orang orang memeluk masing masing lengan
pepohon merinding, bebatu dingin
diri bersuluh disendirinya
disatu dua ranting bakar
ditemaram terang api
genangan, tumpah serapah
deras, hanyutkan gigil
reda, redalah banjir
larutkan setiap muram
disatu dua banyak batang peneduh
diredup terang lorong pencahar
redalah
*****
Bandung, 13 Februari 2015
orang orang memeluk masing masing lengan
pepohon merinding, bebatu dingin
diri bersuluh disendirinya
disatu dua ranting bakar
ditemaram terang api
genangan, tumpah serapah
deras, hanyutkan gigil
reda, redalah banjir
larutkan setiap muram
disatu dua banyak batang peneduh
diredup terang lorong pencahar
redalah
*****
Bandung, 13 Februari 2015
TERPANA, MENYIMAK
lihat, lihatlah
langit terpana, menyimak
berpasang sayap menari kepak
di nada ritme cengkeram
dari ketenangan suatu lembah
jabattangani senyum
juga serakan kisah kisah
beberapa pasang badan kepak
: sayap apakah itu
ditengger,
duduk,
cengkeram,
terbangnya
membawa ruh ruh
yang catat apapun untuk terang
***** Bandung, 10 Februari 2015
Selasa, 03 Februari 2015
SETELAH LEMBAYUNG
tiba masa kehadiran laron laron
terbang dingin
menari cahya
mengiringi alunan temaram
pintu gigil mengatup
namun aku, masih memuat lamunan
tiba masa benakmu
dari jendela, menatap api
angin melilitkan lengan
menelikung di bahu kepala
membawa barisan ritme
namun lamunan, memeluk dari belakang
***** Bandung, 02/02/2015
Langganan:
Postingan (Atom)