wahai, adakah tangan lain genggam, untuk suluh di lengan bahu
kini, sebab bumi indah _ adalah terang lilin lilin
sebab kidung alam _ adalah gurat senyum
telah kau bawa lembaran rindu, semi hingga kapan tak terduga
kau toreh desau nyala dan kusam, tarikan lurus lengkung dan kelok
catatkan nafas dengan warna tulusmu, karena ia bersinar seiring
bebulir langgam mesra, tak pada pesona lain, masih di telapakmu,
ketika itu kau pandangi tatap tatap dari pintu lain
rok rok wanita itu berkelakar, putar putar di lutut dan mata kakinya
kau tertawa, menyeringai _ tentu tak ingin ku lihatnya
menjauh saja, bila ketentraman sergapmu sedemikian
betapa sesak, seteru piuh perlahan bertandang
badai terasa meruncing tanpa deras doa
badai terasa meruncing tanpa deras doa
membening doa, bahwa harum mentari masih merimbun embun, ia tiba entah dari hati ataubeberapa penyimak tekun memahat riuh dan senyap
tempat di mana endap setiap rasa, dan terkadang terbendung benci, hembuskan sahara yang tawahai Allah, Kau cipta kami , menggerai_ terkuak dari pintu derit nestapa
juga pintu syukur , padaMu penggenggam cinta dan hidup matiku
*****
bandung, 29 Januari 2012
bandung, 28 Januari 2012