denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Sabtu, 27 Agustus 2016
DEDAUN BEBUNGA DI PEPOHON
daun daun membesar
angin bergulung menggoyang kiri kanan
tangkainya kian cepat kering
segera ia menarik narik dahan
demi menabahkan diri
untuk tak lama berdiam
untuk bertahan lebih
dari sengat udara
ia menukik pelan
turut kicau mematuk
menatap erat
hingga daun membasah
...
***** Bandung, 25-27 Agustus 2016
Kamis, 11 Agustus 2016
BEBINAR BANGSA
BEBINAR BANGSA (* NATIONS'S SPARKLING)
disuatu masa
dinding dinding memecah lubang catnya
getar kaki kaki remaja ke dewasa
oleh tangan tangan berpena berkarakter
: memuat tanya tanya jawab, tawacanda
serta kening kerut tak berkesudah
bebangku mengelupaskan penat
setelah memunculkan bintang
pendar dikejora pun bintang unggul
sesekali beradu panco: dari syak ke pedih
berebut genggam langkah ke samping ke depan
seketika suatu bangku senja
bermain keras sekitar
dada ke bahu ke lengan
yang terjerembab, terkulai tuk sampai menggapai
: tunggu, tunggu dimudah lembar esok
***** Bandung, 12 Agustus 2016
Pleasantly to know the bench stars sparkling up,
, nsw
disuatu masa
dinding dinding memecah lubang catnya
getar kaki kaki remaja ke dewasa
oleh tangan tangan berpena berkarakter
: memuat tanya tanya jawab, tawacanda
serta kening kerut tak berkesudah
bebangku mengelupaskan penat
setelah memunculkan bintang
pendar dikejora pun bintang unggul
sesekali beradu panco: dari syak ke pedih
berebut genggam langkah ke samping ke depan
seketika suatu bangku senja
bermain keras sekitar
dada ke bahu ke lengan
yang terjerembab, terkulai tuk sampai menggapai
: tunggu, tunggu dimudah lembar esok
***** Bandung, 12 Agustus 2016
Pleasantly to know the bench stars sparkling up,
, nsw
Kamis, 21 Juli 2016
DINDING DINDING KELAS
hingga ditahun ajaran 2016/2017
dinding dinding kelas setiai
larian sepatu warior hitam bertali
menaut segala baca, buku, paparan,
menyimak gumaman haru isak serta canda
pengabar buruk baik dinding hati
dimana ia ?
turutkah tulus binar
ketika siswa menjawab tanya dengan cerdas?
di mana bebulir jernihnya
yang tak sertamerta serap
menangkapi baik dan buruk
di kiri, kanan, depan, belakangnya?
kasihan yang bersungguh sungguh
riuh terkumpul
bertumpukkan pada meja entah
bertanya jawab untuk paham
namun, di mana ia pengabar sangka
ada yang terisak masih
menatap kehilangan
tercekat, langkah langkah semesti
***** Bandung, 21 Juli 2016
dinding dinding kelas setiai
larian sepatu warior hitam bertali
menaut segala baca, buku, paparan,
menyimak gumaman haru isak serta canda
pengabar buruk baik dinding hati
dimana ia ?
turutkah tulus binar
ketika siswa menjawab tanya dengan cerdas?
di mana bebulir jernihnya
yang tak sertamerta serap
menangkapi baik dan buruk
di kiri, kanan, depan, belakangnya?
kasihan yang bersungguh sungguh
riuh terkumpul
bertumpukkan pada meja entah
bertanya jawab untuk paham
namun, di mana ia pengabar sangka
ada yang terisak masih
menatap kehilangan
tercekat, langkah langkah semesti
***** Bandung, 21 Juli 2016
Kamis, 30 Juni 2016
COOPERATIVE ( *BERKELOMPOK)
orang orang duduk bersama
terbawa ke kiri ke kanan
satu tenggelam, turut tenggelam
satu berenang, turut pula berenang
orang orang di bebangku jigsaw
kerumunan empat, lima, bisa enam
mengayuh jilid dilembar kelembar
lontar ide remang keterang
orang orang di meja, berbicara
perbincangan aspek aspek nilai
refleksi ragam model, ragam metoda
: gambar serta bacaan bertangkai bunga
***** Bandung, 01 July 2016
terbawa ke kiri ke kanan
satu tenggelam, turut tenggelam
satu berenang, turut pula berenang
orang orang di bebangku jigsaw
kerumunan empat, lima, bisa enam
mengayuh jilid dilembar kelembar
lontar ide remang keterang
orang orang di meja, berbicara
perbincangan aspek aspek nilai
refleksi ragam model, ragam metoda
: gambar serta bacaan bertangkai bunga
***** Bandung, 01 July 2016
MALAM SERIBU BULAN
orang orang bergerak, sedari pagi
tidak panas tidak dingin
pepohon bergerak
menangkai mekar kesturi
takkan lekas gundukan awan
menyingkapi tetirai hari
meski lengan pagi berebut ingin
meski tumit beradu jinjit
ruas ruas menekuri jari
angin menggamit telapak
senyap menggelung
aku tercenung
: orang orang memudar debu
tiba hangat diperapianNYA
hingga di mana bebintang
bilamana malam seribu bulan
menatapnya merupa teduh
rasainya berpeluk sejuk
***** Bandung, 30 Juni 2016 /*1437 H
tidak panas tidak dingin
pepohon bergerak
menangkai mekar kesturi
takkan lekas gundukan awan
menyingkapi tetirai hari
meski lengan pagi berebut ingin
meski tumit beradu jinjit
ruas ruas menekuri jari
angin menggamit telapak
senyap menggelung
aku tercenung
: orang orang memudar debu
tiba hangat diperapianNYA
hingga di mana bebintang
bilamana malam seribu bulan
menatapnya merupa teduh
rasainya berpeluk sejuk
***** Bandung, 30 Juni 2016 /*1437 H
Minggu, 17 April 2016
LAMPU DADA IBU
pagi ke senja
berbongkah jantung perempuan
setia iringi tapak tapak lelaki
disekepalan denyut
: di pasir, di lautnya
terkadang
merupa butir lompatan bola bekel
yang lalu kembang mengepal
berbongkah kuncup bunga
untuk berbongkah jantung
setia rasai pagi mentari
ia terang dari setangkup gulita
orang bilang ia temaram
bersimbah asap
berseteru dengan kabut
darinya muncul dua sumbu penjernih
: terbuat dari semprotan air
dan lampu dada ibu
ibu membawa dada suluh
ibu peluk buah kasihNYA
dari Sang segala Anugerah
engkau sesap
dua sulur suara beda
oh asap, burai ia
dari selang selang lebar, dari langit
serta lampu bibir ibu
hingga jernih serta muda bumi
*****Bandung, 10 Oktober 2015
Puisi Lampu Dada Ibu, salah satu puisi saya
diantologi 'Rahim Puisi'
bersama 21 penyair Wanita 5 Negara ASEAN, akan
launching di Bandung, Selasa, 26 April 2016
PADA 'AKU'MU :Chairil Anwar (23/04..... - 1943)
PADA ‘AKU’ MU
tribute teruntuk penyair: Chairil Anwar
pagi masih sejuk
serupa pagi ke pagi masamu
mentari setia
masih mentari yang dulu merindu terjang
meski, ayam jantan kini
tak mesti berkokok usai langit tebar bebintang
pun angin terbang
jumpai wewarna carut juga halus lenggang
pada ‘AKU’mu
panggung kelas kecilku menghentak
ambil ancang ancang
terangkat tungkai
sembari berseru kepal: untuk maju!
pada hamparmu
ingin tiba jua diseribu tahun
‘AKU’mu tak hanya diduapuluhan lembar almanak
abadi, setia untuk tak berbagi cermin
meski serbuan bayang, betapa lekat mendekat
pada ‘AKU’mu
engkau tiba diwaktu dengan tak seorangpun ganggu
riuhmu, gelimang jerit tawa dan tangis kelu
‘AKU’mu, disepuluh penghujan telah kau akrabi
berpeluh zaman,ber tubuh hangat
berselimut sejumlah musim
mendapati hadiahNYA, tenang di rumahNYA,
di sini kita masih, menyimak pintu ke pintu membentuk ketukan
membuka nutup jendela ke jendela elegi
lebar sempit lengkung bumi
sauh sejati , hela tarik diri
***** Bandung, 02 April 2016
KETIKA RINDU
angin musim
kabarkan sinar dan debu
di sela jernih rimbun
: di mana malaikat terbang
pukul duabelas ini ?
angin musim
tahukah engkau
yang bertalu talu ialah bebintang
sepagi senja
bawa sekecil kebaikan apapun untuk terang
angin musim
denting senyap
di lompatan bersayap sayap
: biar, biar senyap memelankoli
sebab jauh menempuh retakan rindu
*****Bandung, Maret 2013
DARI JENDELA LEMBAH
tangan siapa di pintu, menetapi buka atau apa, dengan gerak tungkainya
telah tiba di petak beranda, sekitar, tetumbuhan terisak, kuyup berhuruf huruf.
rerumput lembab, oleh dekapan hari hari. buka dan terbanglah! sebelum datang
seorang lambat. ingatlah untuk setiap belokan: menoleh ke belakang
menangkup telapak, basuhi ruas ruas jari, guyur di sana, mengenai tanah senja
yang menanam nafas. dari jauh dekat bebulir menjadi riwayat, oh betapa!
tanah senja menelan kelam, munculnya mentari mengupas remang, maka lompat
dan terbanglah! untuk warnai seberapa nyala tanah dan pilar pilar pohon
*****Bandung, Oktober 2012
note: 3 Puisi ini dimuat diantologi Tribute untuk Penyair Chairil Anwar.
Pejuang & Penyair senior yang bersemangat, 27 tahun usianya dengan
memberi warna pada Perpuisian Indonesia.
Launching Antologi 23 April 2016
tribute teruntuk penyair: Chairil Anwar
pagi masih sejuk
serupa pagi ke pagi masamu
mentari setia
masih mentari yang dulu merindu terjang
meski, ayam jantan kini
tak mesti berkokok usai langit tebar bebintang
pun angin terbang
jumpai wewarna carut juga halus lenggang
pada ‘AKU’mu
panggung kelas kecilku menghentak
ambil ancang ancang
terangkat tungkai
sembari berseru kepal: untuk maju!
pada hamparmu
ingin tiba jua diseribu tahun
‘AKU’mu tak hanya diduapuluhan lembar almanak
abadi, setia untuk tak berbagi cermin
meski serbuan bayang, betapa lekat mendekat
pada ‘AKU’mu
engkau tiba diwaktu dengan tak seorangpun ganggu
riuhmu, gelimang jerit tawa dan tangis kelu
‘AKU’mu, disepuluh penghujan telah kau akrabi
berpeluh zaman,ber tubuh hangat
berselimut sejumlah musim
mendapati hadiahNYA, tenang di rumahNYA,
di sini kita masih, menyimak pintu ke pintu membentuk ketukan
membuka nutup jendela ke jendela elegi
lebar sempit lengkung bumi
sauh sejati , hela tarik diri
***** Bandung, 02 April 2016
KETIKA RINDU
angin musim
kabarkan sinar dan debu
di sela jernih rimbun
: di mana malaikat terbang
pukul duabelas ini ?
angin musim
tahukah engkau
yang bertalu talu ialah bebintang
sepagi senja
bawa sekecil kebaikan apapun untuk terang
angin musim
denting senyap
di lompatan bersayap sayap
: biar, biar senyap memelankoli
sebab jauh menempuh retakan rindu
*****Bandung, Maret 2013
DARI JENDELA LEMBAH
tangan siapa di pintu, menetapi buka atau apa, dengan gerak tungkainya
telah tiba di petak beranda, sekitar, tetumbuhan terisak, kuyup berhuruf huruf.
rerumput lembab, oleh dekapan hari hari. buka dan terbanglah! sebelum datang
seorang lambat. ingatlah untuk setiap belokan: menoleh ke belakang
menangkup telapak, basuhi ruas ruas jari, guyur di sana, mengenai tanah senja
yang menanam nafas. dari jauh dekat bebulir menjadi riwayat, oh betapa!
tanah senja menelan kelam, munculnya mentari mengupas remang, maka lompat
dan terbanglah! untuk warnai seberapa nyala tanah dan pilar pilar pohon
*****Bandung, Oktober 2012
note: 3 Puisi ini dimuat diantologi Tribute untuk Penyair Chairil Anwar.
Pejuang & Penyair senior yang bersemangat, 27 tahun usianya dengan
memberi warna pada Perpuisian Indonesia.
Launching Antologi 23 April 2016
SEPAGI DEBAR
ada yang menari nari diterbang angin
senyap meredam tanya
:wahai bagaimana muasal kerutan kening
senja kian pagi mendapati denting
maka, kabarkan tentang mentari
timur ke barat dibasah jingga
kekuncup, bertelapak mekar segera
sebelum kokok esok ayam jantan
adakah ia membacanya sepagi debar?
ketika tiba sapa senja
bebintang bermain sinar kelok
berpasang bebahu merebah renja
untuk cercah merentang esok
tiba tiba hujan berlesatan
meraut kenang akan dingin
membawa celah ingatan
seteru kering basah bergunduk ingin
adakah masih, ia membaca sepagi debar?
***** Bandung, 12 April 2016
Rabu, 09 Maret 2016
GERHANA MATAHARI
E C L I P S E - *09 Maret 2016
tak menyisa bayang
bulan berpeluk
matahari
rindunya
beradu cahaya
namun bertanya
di manamu
menggenggam
tiga puluh tiga
akankah masih
bertahunmu
kusimak
selama itukah
menanti mesti
memeluknya
berdenting
hingga ke bebintang
tanyaku bila
senja hantar
mentari
***** Bandung, 09 Maret 2016
tak menyisa bayang
bulan berpeluk
matahari
rindunya
beradu cahaya
namun bertanya
di manamu
menggenggam
tiga puluh tiga
akankah masih
bertahunmu
kusimak
selama itukah
menanti mesti
memeluknya
berdenting
hingga ke bebintang
tanyaku bila
senja hantar
mentari
***** Bandung, 09 Maret 2016
Selasa, 23 Februari 2016
LELANGKAH
pintu menutup pun pintu membuka
lengan berpegang binar mentari
namun hingga senja
ayun larian jarum jarum dentang
musim masih betapa dingin
berseling hembus depaan angin
orang orang berebut ingin
***** Bandung, February 2016
Selasa, 02 Februari 2016
SEJUK POHON
terduduk di bawah rimbun pohon
reranting dedaun berebut angin
kekiri kekanan memanjangkan usia
lembar kelembar coklat beterbangan
lalu hiasi tanah, terkulai
menumpuk debu sela jumput semut
dedaun kelopak kering beterbangan
hati melayang beriring angin
kekiri kekanan larian pagi
***** Bandung, 01 Februari 2016
RIMBUN BEBINTANG
berapa bintang berhamburan
ke teduh pohon ke basah kering reranting
lompatannya, kilapkan dedaun, memercik ke kelopak bunga
bertaut saling dikerlip paling
berjingkat larian bebintang
berapa rebak hingga ke kening anak anak, muda mudi
helai ke helai buku dibaca terang dari kelam
bergantungan kerlip beranjak semarak
berapa binar hingga pelupukmu
tak'kan ada yang mematah
hingga fajar memanggil
beradu layang berayun gempita
berapa bintang berhamburan
padamu pada mereka mendekap malam
lompatannya, kilapkan bebahu lengan
menggenggam kembang kembang apinya masih
***** Bandung, 27 Januari 2016
Langganan:
Postingan (Atom)