DI KOTAKU, baru saja air-air langit tiba luncur
Lompatannya dilahapserap jejalanan
Harum tanah, aroma lengan kemarau
Sejuk dan hangat
Sehangat papyrus kisah, yang meleleh disuatu kening
Saat pagi, hingga petang ke usai lembayung
Tengok, lihatlah beranda depan
Dedaun menyeringai, kelopak menarik lengkung
semakin kuat berayun di reranting
Hari pagi
Papyrus membuka
Alam luas
Kelapangan hatilah ijinkan tumbuh pohon
dan rebak kuncup bebunga
Angin semarak, membiru piuh gelombang
Aruskan huruf-huruf
Jumpalitan tanda-tanda baca menahan deras tumpahannya
Hingga suatu hari,
disecarik sobekan, yang telah diremas-remas
kusut kusamnya tinta kubaca
: rindu pada damai hati
membawa setiap bongkah kerikil
Doa dipagisenja
untuk semaraknya genggam jilid demi jilid lembar papyrus
Sebagai lengkung yang rasai bebirai
Untuk ditorehnya putih dari sejati jangkau
Dari setapak demi setapak yang bersama menaruh ungu merah kata
Disadari atau tidak, melusuh derai
Kertas kusut ditulis seseorang
Dari suatu negeri rimbun
Hidup bermasyarakat untuk adab dan adil
Membiar gelombang terbangkan kumpulan tugas
Kertas menumpuk, menumpangtindihi pedih dan lembur. Sedu. Kelu.
Maka kemarau adakalanya semakin terik
Dari baca-baca harian, mingguan, banyak insan merapuh
Emosi memulai, meninggi ucapan segera
Ada ketaktahuan, ada gemas, kusam dan muram
Air-air langit deras. Orang-orang peduli.
Orang-orang acuh tak acuh
Menerbang huruf-huruf. Membiar letak tak beraturan
Kalimat-kalimat acapkali tak berpegangan. Papyrus lusuh
Maka diambilnya berjilid-jilid lembaran putih untuk ditulis
Mengikat dijari-jari, tinta biru, merah dan hitam
Huruf-huruf dibaca, beraturan. Kini dan nanti
Dengan damai Dengan genggaman
Menyejuk ketika semburat matahari tiba. Hari baru.
Membiar muncul tetunas di tepian kemarau
Sejahtera alam. Dengan baik
Menyerta tak pendami keributan yang pernah pasang.
Maka Papyrus membuka. Pepintu jendela luas
***** Bandung, 21 Oktober 2013
denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Senin, 21 Oktober 2013
Jumat, 11 Oktober 2013
BROS VUZLA *prosa
Bros V U Z L A .......... BINTANG-BINTANG bermunculan. Bulan menemani keharuan bentang. Menyapa jejalan lengang sebab larut malam kian temaram. Kendaraan melaju berbagai arah, ke tempat tinggal masing-masing pengendara. Pekerja shift malam giat beraktifitas. Bebatu jalan berserakan. Para pejalan seharian melewati aspal dengan menendang-nendang gundukan batu. Perbaikan trotoar. Toko-toko mulai tutup, walau ada beberapa terjaga, masih melayani pembeli. Mini market tetap terang, sebab buka 24 jam. ...................................... SERUNI termangu, terdiam menata detak yang hujam sedari pagi.Jikalau, ah , kata yang tak boleh kuingat malah selalu terngiang. Pemakluman akan berandai-andai, luap pikir yang semestinya tak usah lanjut. Tapi, tetap. Jikalau bapak masih ada. Jikalau bapak masih menemani hari-hari yang ditempuhnya bersama Ibu dan Menik adik semata wayangnya, barangkali hidupnya lebih dari cukup. Seruni tak perlu membawa jajanan untuk dijual di warung sekolah. Seruni tak mesti berhujan keringat sepulang sekolah untuk mendapat tambahan penghasilan. Membantu Ibu, untuk membeli sepatu dan buku-buku tulis untuknya dan Menik. Dari teman sekelasnya, hanya ia sendiri yang harus membanting tulang. Seorang diri. Seringkali Seruni turut tersenyum menyaksikan kemanjaan teman-temannya. Membawa kue-kue bekal yang jarang ia makan. Melihat mereka tergelak tertawa-tawa saling ejek. Atau terkadang harus mengelak bila seorang diantaranya mengajaknya main, walau hanya makan baso di cafe biru, bahkan menonton film di bioskop. Cerita-cerita tentang Cars Toy, Harry Potter ia ketahui dari cerita teman-temannya di kelas. Senang ia memperhatikan dongeng temannya. Seringkali ia renungi apa-apa yang amat berbeda dengan lainnya. Ya Allah, Kau cipta alam segenap isinya untuk saling isi, saling melengkapi. ..................................... LIMA tahun kemudian. Bebulir jerih payah ibu, mengantarnya kebangku kuliah. Tak lagi keluh bersimbah keringat. Tempaan mampu membuatnya mengartikan cucurannya. Pengorbanan ibu! Tak sebanding dengan apa yang telah diperbuat. Seruni dewasa, memberi les-les privat seusai kuliah. Pun mengajar dibeberapa tempat kursus.Tak lagi bergantian sepatu sekolah hitam lusuh dan sobek dengan Menik. Meski sederhana, ia bisa membeli sepatu plastik buatan China yang dibelinya di pusat kota. Menik masih di SMA. Ia mendapat beasiswa, hingga mendapat uang saku untuk beli buku tulis dan transpot ke sekolah. Ia membantu ibu berjualan, membuat gorengan.................................BROS Vuzla! Beberapa hari ini ibu-ibu memperbincangkan bros Vuzla. Tidak saja para wanita pejalan kaki di trotoar, pun ibu-ibu arisan juga pembeli lotek di warung ibu. . . ...................................................... ***** Bandung, 12 Oktober 2013
Jumat, 20 September 2013
GERIMIS *prosa liris
***** Pukul 10.00 WIB, hari telah demikian panas. Sang Maha mengadakan tepi penghujan. Nyamuk mulai
berebut mencari tempat lembab di rumah-rumah. Ke sana ke mari terbang bersiul entah bernada apa. Gerimis menjadi demikian langka. Tanah kering pun dahaga meneguk tes tes
nitiknya. Seakan setiap netes dinginnya tak boleh datang di lahan lain. Aroma menguar.................................................. Sore tiba. Adikku berlari merebut kartu pos dari tanganku. Kartu pos ke-lima yang melayang tiba untukku. Seperti biasa, aku terheran. Siapa sang peduli, pengirim larik-larik ini. "Riooooo, berikan padaku, cepaat! Ri, awas kau!" "Aah apaan sih ini Teh, biru oh biru kartu temanmu ini, sebiru hatinya sewaktu menulis untukmu,Teh, Subhanallah." Pelan adikku membaca dengan lagak menghayati kalimat-kalimat dibiru kartu. "Wah,edun Teh, indah, cakep lho!" "Ok deh, bacalah!" "Eheuum hmm...." Ditariknya nafas, dengan seringai juga sedikit kerut di keningnya.......... Menit menit ada yang beresiko ringan, sedang pun berat. Tinggal diambil saja di mana bahagia didapat. Segenap rasa, keikhlasan, membentur ia akan sejahtera dan tak berpunyanya seseorang. Kecantikan, kegantengan takkan sesejuk mata hati tanpa pengorbanan. Dinamika ini................................................. menit menit siapa membawa semarak pada senyap yang tiba di sela sela kening. ada yang membuka,beberapa masih menutup. menit menit keberapa semburat dari redup, membawa keriuhan pada pintu pintu. ada yang membuka, beberapa tertutup. melantun, membawa mata ke jantung. berebut degup. menarik lengkung pada lengkung. doaku .............................................................. bersambung............................. ***** bandung, 20 September 2013
Senin, 16 September 2013
PEPOHONAN, *prosa liris
kota pagi, tanah sejuk. dari lembah yang terlihat atap atap rumah. beratena dengan kumpulan kabel
untuk menonton acara acara visual. ada banyak pepohonan di dalamnya. berbatang kekar.ragam arah. dengan gerak dahan tangan ke tungkai.orang orang mengumpulkan pandang pada suatu layar. aku pun. entah di mana
bila hingga sekian tatap, gambar gambar bergerak dengan perubahan. dengan perbedaan. ada yang berkaca mata, berlensa halus,banyak juga yang langsung bersitatap. bermenit menit, berjam jam tayangan. orang orang penyaksi.
............................................ kota berlembah timur, udara memiuh. yang terlihat pepohonan di kanan kiri. meneduhi landai aspal, tanah, juga birai. menirai dedaun. mengelopak bebunga, mengumpul di reranting. menjuntai diterpa semburat mentari. pepohonan senyumkan pagi. bahu lengannya rimbun......................................................
bersambung . . .
* Bandung, 16 September 2013
Kamis, 29 Agustus 2013
HIDANGAN *prosa liris
Kota hampar.Di tepian penghujan, cuaca sesekali berubah membawa hidangan. Di meja, tersaji banyak makanan di piring-piring dan mangkuk. Rupa-rupa minuman mengetuk rasa untuk meneguk dan menelannya. Dari lapar serta dahaga yang beralih menjadi tak lagi. Meja berbagi saji, bebangku berbagi duduk. Di tempat ini, cuaca selalu sejuk, tak ada yang memaksa ataupun dipaksakan. Apa adanya. Seperti pagi, yang telah jarang mengembun, sebab kering sebelum mentari sinar. Biasanya orang-orang akan saling genggam. Tetapi akhir-akhir ini ada yang kelu dengan itu. Ketakpastian yang membirujauhkan sejati, keheningan. Sekarang memanglah bukan tahun-tahun lampau. Banyak terjadi perubahan. Dari orang-orang yang setia berkunjung. Kelakar dan obrolan yang diucap, pun pakaian yang dikenakan. Walau hidangan di meja-meja ini menawarkan beberapa menu klasik. Hangat mengalun dan tahan lama. Pengunjung selalu bertanya dan memesan untuk dibuatkannya. Pagi selalu menghantar kisah, ke siang serta senja dan malam yang membawa kenangan. Segalanya bisa ditaruh berlembar-lembar, atau bisa juga untuk memacu rekahan bebunga kertas. Hidangan. Ada beberapa kekeliruan memahami tempat ini, bila tak mengenalnya dengan dekat. Orang-orang bilang, dulunya kumuh, tapi entah. Ada hati redup dan cerlang, cahyanya sebab temaram. Rindu berbincang yang begitu saja membuah doa. Maka mengajak pandang akan ramah kayu-kayu meja, keikhlasan bebangku teramat penting. Bersahabatlah dengannya. Ia akan menyaji hidangan yang agak sulit dicerna untuk ukuran hidup masa kini............................................................................................................................................. * Bandung, 29 Agustus 2013
Minggu, 04 Agustus 2013
RAMADHAN 1434 H
***** malaikat tak henti bersayap. tinggi merendah menatap mengejar siapa apa yang patut ditatap. ditarik, diangkat oleh doa doa, atau diulur untuk menyulang rerupa hal. bagaimana mungkin tak derai doa, menelisik aksara di dinding langit serta bumi. dari setiap nuansa. dari para penarik buhul, untuk makin damai. untuk makin tenang pada bentukan cinta cinta diramadhanNYA ***** bandung, 05 Agustus 2013 ^MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN, MAAF LAHIR & BATHIN ......
Kamis, 01 Agustus 2013
CERPEN: PAGI, SEMESTA
***** Tepian malam membawa lirih bebintang. Tibalah bebulir, dengan perlahan memasukki lengan pagi. Derai penghujan berbulan-bulan. Kemarau memulai dentang, menguncup. Memaafkan masa-masa yang sekian lama direnggut. Musim betapa bergelombang tanya. Semenjak lalu, riak-riak berebut kecipak. Pagi, semesta . . . ..................................................... Reranting membisu.
Mengejar semi musim teramat nanti.
Bila mereka reranting,
kering diterpa angin.
Selalu bersulang diri dan berulang.
Dari kisah pepohon dengan dahan ranting,
bunga serta buah _ jika ada.
Ketika mereka reranting sunyi.
Bisu seusai rimbun daun cengkeramai.
Setanggal pesinggahan kelopak bunga.
Pejalan kaki pandangi elokmu.
Duhai dimusim kini,
badai kepakkan patahan.
Lalu angin muarakan.
Reranting bergesekkan, menghulu.
Mereka tak sendiri selami masa.
Begitupun aku.
Kisah tak sendiri.
Sunyi menyaksi denting reranting. Menyelam di lautan rimbun.
: ketika merupa masih.
bawa pesan akan nasib.
cernai senyap.
mendaur bisu.
*****
bdg, 21 Nopember 2010
***** Bandung, 02 Agustus 2013
Senin, 08 Juli 2013
CERPEN : BERTANYA IA
Hampar langit dikidung lembayung. Awan menepi, sesekali pipit bersenandung, kepaknya pada sarang tempat ia merebah paruh. Rerumput api mendingin, bergerak perlahan tandai bergesernya dentang. Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi! Orang-orang lalu lalang. Ilalang telah kelupas beberapa bulir keringnya oleh kencang siang. Denting senja, sayup terdengar seiring derai dawai di jemari Pabez. "Terus Bez, jangan diam. Berdentinglah untukku." Pabezi lekat menatap pandang sahabatnya. "Sudah petang,Deis, ayolah, masih ada esok untuk senandungku, berpohon-pohon!" Deisy terdiam. Ia menggeleng. "Masih senja yang pagi, Bez,kau tahu itu? Dawai membuat rerumput,pohon serta lembayung kian pagi." Pabez tak bisa hentikan getar senarnya. Tak tega ia halau pinta Deisy, sahabat masa kecilnya. Lama nian mereka tak bertemu. Bertahun-tahun, bermil-mil jarak samudera mampu menautkan persahabatan mereka. "Kau masih aster yang dulu, Deis." "Matamu muram, Bez!" Derai tawa Deisy. "Lihat, sedikit kerutan mulai muncul dilengkung-lengkung pipiku. Dan beberapa helai uban hiasimu. Namun, begitulah cara waktu dan doa bertanya jawab. Cara ia menandai manusia." Pabez hanya mendehem pelan. Entah jawaban iya ataukah tidak. Tak ada yang abadi, jangan biarkan lara menggenggammu . . . *(bersambung_ . . . )
Kamis, 30 Mei 2013
PADA LORONG, MENATAP DENTANG
LENGAN serta tungkai bersahaja dekapi hembus. angka angka kalender jangan kau lempar, jangan robek dentangnya.
bangku bangku kayu terduduk, melorong berdiri, berjajar membentuk panggung.
jangan jejak hingga beterbangan debu. diucapan sapa dan ajakan, digelombang bahu pagi: mereka halau serapah. mereka wadahi bening yang gulir berkhidmat. membawa mata pada
pandangnya, bergunduk air mata tanah. telah tiba masa, isyaratkan sayap. ia terpasang dilengan lengan pada angin. pagi, bangku bangku kayu melorong dentang. untuk panggung yang
membawa tapak dari tatapan. disuatu hari, pada aroma pendar sekeliling ............................ ***** bandung, 30 Mei 2013
SAPA WEWARNA
jumpai selatan ke utara, timur ke barat. reruas merotasi. sapa sapa
terucap hangat. salam santun, dari mata yang menarik pandang untuk bincang.
Maha Pengasih Penyayang, maha adil sejak subuh ke larian bebintang. di penjuru kubah. pagi sahabat tenang, dari bukitnya berbalut kuning keemasan. sapa
kharmapa, indah setapak demi tapak ke tangga huni. pada jauh rerupa
biru,terkadang bersalut dingin salju. terberkatilah. sejahtera damai menatapi kasih
rerindang hijau. beberapa halaman, bersapa pedih, terkadang henyak dari anyir merah netesi
pelupuk. ia mengalir dikebas bongkahan. maka merah jambu, ialah alam kapas.
melipat dingin keangkuhan yang sontak menyembul di tetulang ranting. begitulah,
pagi hadir dengan genggami sejuk bebulir. pun suara dari jari jari mentari, jabattangani setiap pohon tumbuh. alam syahdu. pagi kayu menyimak wewarna, darinya berdentingan, ia anyam catatan merdu. untuk bestari, jumpai utara ke selatan pun timur ke barat. salam jura ......................................................
***** bandung, 30 Mei 2013
Senin, 13 Mei 2013
TETESAN PIJAR, SEEMBUN PAGI
.................................................
seembun pagi, hangat disetiap jernih bebulir
.................................................
maka, apa siapa mencengkeram pepohon
.................................................
yang dengan pijarnya,
tak memburamkan nyala gelayut dedaun,
.................................................
tak juga benamkan bebunga hiasnya ?
***** bandung, 13 Mei 2013
Kamis, 25 April 2013
KEPERGIAN, *mengenang alm Ibu Muhyana,mertua (1924-2013)
'KEPERGIAN'
saat tiba pagi ke-duapuluh tiga april, pejam pelupuk keharibaanNYA/
dengan telapak tangan di perut,/
langit seharian itu teduh, Bu, menudungi tandu raga/
gerimis rintiknya sejuk, Bu, senyum pada hangat gumpalan tanah/
yang mengawali timbunan gembur demi gembur/..................
setelah tujuh langkah pelayat ke depan/
malaikat menyapamu merdu, Bu, semerdu lafadz buket bebunga/
harum iringi pelukan terindah SANG RABB/..............
***** bandung, 25 April 2013
Senin, 15 April 2013
WARNA LELAKI
saat muda, lelaki itu/
jumpaiku dengan detak jantung desa/
bertahun layar petualangi kota ke kota/
warna sawonya/ memiuh pandang di lorong lorong benua/
jauh dekat biru: pada relung saja genggam/
beranjak sawo matang, lelaki itu suamiku/ tak henti membuka lipatan pagi senja/
bawaku jalan dengan jingkat dan lariannya/
dilembut pepasir, becek, lurus dan terjal/ gambarkan gigil rerumputan serta pepohon/
melihat sembab, pun bebulir berlompatan dari semak dan kebun di layar layar/
warna muram juga warna bening//
***** bandung, 16 April 2013
A HAIKU TREASURY
HAIKU – HAIKU
1/ WHERE THE LEGS
Where are legs of yours/
This is arrival of arms/
Saying of faces//
2/ LIMERENCE
Limerence of God/
Hugs and kisses everyday/
Tight and not, for days//
3/ THE SAND
The sand you’ve laid down/
In morning pray, tear and smile/
Chase much fog away//
4/ SHOULDERS
Are these yours or theirs/
Which come by signing shoulders/
Whispering right left//
5/ COLORS
Listen up the wind/
It says of you and people/
Blue brown red black white
//
6/ TIGHTLY
On shining bird’s wings/
There you walk on and run up/
In holding up sun’s//
7/ APPEARANCE
Appearance of us/
From darkness to the bright wings/
Which flying bones up//
8/ DRIZZLE
That wet is drizzle/
People used to sing and miss/
Put walking shoes on//
9/ SINCERE
The sky’s gates open/
Insert eyes and soul of us/
By colorful ones//
10/ ANGKLUNG
Bamboos lines-spring see/
Flower city of Bandung/
smile in reflection//
*****
bandung, 16 April 2013
Kamis, 11 April 2013
DI HURUF HURUF, KITA MEMBERI NILAI
ucapkan, betapa muncul suara suara, maka ucapkan jelas agar kupahami: bahwa keliru bila
apa apa yang ditoreh,tak termaknai. orang orang takkan semburat saja melintas. masih untuk nanti. hubungi, hubungi tidak saja
dengan nilai huruf huruf hablur. pemaknaan adalah sebentuk
kasih, di pahit manis yang acapkali dibawa sayap sayap malaikat, ia direbak reruas.
di mana bumi menilai? di mana bumi membentuk sudut? di suatu nada merdu? di leluka huruf?
dilantunan terjalnya? saat lintasi kumpulan nilai, angka rendah ke tinggi taklah polemik.
hati, adalah hatimu penuturnya. di tikung dan lurus pepohon, berkelebat dedaun yang terangguk
angguk didera angin, pun berlawanannya, kekiri kanan goyangan. rerupa pepohon, entah satu persatu
dinamai apa, juga angguk pada siapa. kumohon, biar senyap memelankoli. setia ia untuk melorong.
berteman terang lelehan doa, dilompatan sayap sayapnya: sebab jauh menempuh retakan rindu.
senantiasa nilai nilai menerap. huruf merdu pun terjalnya. ucap, ucapkan, sebab setiap
langkah takkan sia sia maknai mata dan lengkung di wajah wajah, berpilar pilar
............................................
***** bandung, 11 April 2013
Kamis, 28 Maret 2013
DATANG DI DINDING DINDING
jendela dan pepintu di atas
memandangi engkau berdiri, duduk, rebahan di hamparan.
orang orang memegangi liris melodi gempita, pun senandung lirih.
ada yang berkarya. ada yang menyayang. ada yang menanti. ada yang syahdu melantun
lafadz. pada tahun tahun keindahan. rerupa yang dilewati tak segemerlap gambar gambar
di layar layar. tak juga mesti muram, diandai andai. berjalan pagi ke senja, menekuri sejuk.
adakah datang di dinding dinding, beberapa bentuk tumbuhan yang
senantiasa percik terang bila ditempa mentari?! bebatang kokoh nan halus. menghalau kencang debu. berbelas kasih dengan rindang. dinding masih bercerita tentang telapak: beberapa likat, pula yang suci. barangkali bibir bibirpun suci. datang ia menera pias dan merah jambu. ada masa ketika malaikat datang: pikuk menjadi tenang, diamnya sejuk, digoyangan lirih kelopak kelopak. barangkalikah sayap sayapnya ikuti nada bumi? menarik ia mengikat berkah. menuang bebulir jernih. diteguk pun dikunyahnya apa apa yang datang di dinding. masih jendela dan pepintu memandangi dari jauh.
pun mereka saling menatap. bertanya pada dinding: sepagi apa, pucuk dedaun muncul. ada yang menetap dibeberapa hidangan, tak urung juga sebagian raga raga beranjak. membuat cerita di dindingnya.
***** bandung, 28 Maret 2013
Kamis, 21 Maret 2013
LORONG
ontang anting dikarung karung bawang, memedihkan
sebelum penjaja pembeli mengupasnya. merah dan putih membuat lorong
lorong bagi rasa cuaca dewasa ini. di sana, ada lorong yang menyebut dirinya
sekawanan kata. mesti ada jejalan basah menuju lorong senyap. yang dibangun dari untaian pagi.
maka berpayah payah, tertatih raga menujunya. bila ringan kening mengusap, berbahagialah kembara relungmu.
sebab membuka ia pada damai diapapun bentukan aspal dan likat. kau genggam cakapmu. dari kejauhan, pepetak
menghalau genang. telah ia saksikan bagaimana panas langit keringkan bebulir dinginnya. mesti ada
jejalan kering setelahnya. lantunan untai senja
membangun lorongnya. tekunlah tekun. selama roh dan raga masih saling mendekap. selama payung payung segera akan rebak,
saat jari jari membuka
. . .
***** Bandung, 21 Maret 2013
Senin, 18 Maret 2013
HAMPARAN
hampar tanah pagi, bercakap cakap ia tentang keindahan dan mimpi. membuka awal pelupuk dipercik bening. mimpi dari kening
kening disemat nyala. terkadang asa memiuh, berai ia dari derainya. harapan berpegang didedahan,
angin liris serta riuh pun genggaminya. kuat ataukah melemah, ditopang oleh sangka sangka kita. oleh kemana ayun tungkai. oleh hampar menumpu pepintu. tangan tangan kita pegangi gagang. berlompatan mengejar atas kebawah, tegang dan lunglai untuk leluasa. jendela gerai, berucap akan kehadiran sela sela dingin .........................
nanti, saat rahang dan bahumu menghempas mendung, kau hisap harum likat tanah senja. ia ajari siang dari menanti pagi hingga berlarian kemalam. adakah sabar ia semat untuk sebentuk lengkung diwajah? sebab banyak terserak debu kerikil disetiap hampar. digambar gambar liku. maka pada telapak masing masing kita, siaga membawa segala tempa. siap tak siap, telah ke depan. memasukki hamparan, bergantian basah basah dengan mengering ...........................
***** Bandung, 18 Maret 2013
POSTING a FW 2010
POSTING ULANG dari puisi 2010, here it is! what d u think so far ? *tuing tuing.......
A FOOTSIE-WOOTSIE
sepasang pria wanita berselempang selendang serupa sayap, pagi itu
melayang tembus belukar arak awan tak tereja indahnya, sapuan halus
mentari kabariku bahwa mereka bermain a footsie-wootsie di angkasa
di ambang kasih semesta, entah pada pukul berapa detak kencang ceracau
hingarnya memekakkan telingaku, menerobos labirin relung terendap ,
dikali kesekian si pria menjerit : duuuuuhh ! tak kah kau tahu, rusuk tulang
ku demikian gemeretak pencar bak jajar barisan prajurit tak berkomando.
cericit si wanita sesakkan, kaburkan selaksa pandang randu berguncang
semburkan terbangan halus bebunganya, ruas hatiku berhamburan ,
ah, pagi ke siang itu ketika melingkar gelang dipergelangan masih, tetap
dimainkannya a footsie-wootsie!
*****
Bandung, 18 September 2010
........................................................................................................................................
TANYA JAWAB
gerusan musim bergelombang tanya. dari helai helai waktu,dihembus angin,
bergoyang saat kemarau dan penghujan. bebirai hampar kerakal.ditandus
subur rindang, tetap genggamlah sejumput ketenangan cerlang. ia, sinar
yang tak kasat mata, hingga ke lengan arus. bangku kayu simak percakapan
pohon di samping pepintu lembah. rerumput rebah menari, bawakan sejuk
sehalus rindu: akan jawab dari setiap tanya. gelombang luap ke bahu, ke
keningmu. basah membawa pasirnya, pemikiran debur, hempas risau sebab
sejati adalah tak jumpai batu lumpur, likat tanah lalu, yang membalut tungkai
ke lutut. maka dari tanya, gerusan musim menariknya, menarikku, untuk kini
masa, jumpai pepintu jawab. maka, untuk apa kita? untuk senantiasa genggam
pasang ketenangan cerlang
*****
Bandung, 09 Pebruari 2013
Jumat, 15 Maret 2013
KAUKAH ENGKAU
Kuasa Kuasa, mengadakan bentuk perjumpaan. maka ada aku, engkau, kita serta ia juga mereka. pepintu dihantar angin. membawa rindu yang takkan usang. memberi kasih bertenggang akan gumpalan dari relung ke relung. kaukah engkau atau siapa. tak kutahu masih bulatkah kepala. masih bidangkah bahu bahu menopang ayun lengan hingga tungkai. kaukah engkau atau siapa. sirobok nyala yang pegangi lebam lebam. kita serta mereka dibentuk perjumpaan tak direncana. menanti pepintu dingin buka. begitu saja senyata ada tapak bumi. piuh, layar dan kata menempa bebulir mimpi. bertalu, bertubi ucap disemburat genang antara mata bumi dunia, hidung langit dunia. diantaranya, pepintu panas, hangat larian juga dingin tetubuh. kaukah engkau sedang bercakap cakap ?!
***** bandung, 15 Maret 2013
PENANAM GERIMIS
masih dipenghujan musim, kini_ segenang apa banjir yang meruah bulan bulan lalu, masihkah luapannya menelaga.
di kotaku, terkadang deras rerintik, ada yang genang, beberapa mengaliri lahan lahan, serap yang menyejukkan. tanah kering bagai kenyang dari laparnya.......... di lain lahan, sumbat liang liang pipa. oleh kertas angka, dedaunan kuning coklat, plastik huruf dan kata. limbah relung relung yang koyak aus. menerus kuyup guyuri bumi. langit sunggingkan senyum biru dan jingga. sesekali hitam berpayung mendung. payung yang belum rebak buka bila hanya bebulir ringan menitik. begitulah,
terkadang gerimis saat tanah mengering, tanah rindui basahnya. ada yang menanam gerimis itu di lengan lengan. membiar meriak lambatlaun. menggenang berpalung tetulang. merah entah transparan. telapak melebar menadah nitik. sejuk. masih beberapa memasukkan benam di lengan lengan. membiar dingin, untuk bertumbuhkembang. hingga menanti subur rimbun. terkadang jemari getar. dan lalu, dan lalu... ia menaut tali tali diujung jemari.
***** bandung, 15 maret 2013
Rabu, 06 Maret 2013
JALAN DAN LARILAH
jalan dan larilah. beberapa menarik lajur bergelombang dihelai kertas
dari keramaian hati. kerjap garis dan lengkung masih menerus. jalan dan larilah sahabatku! temui wewarna yang sekian masa berkuas jaman. pada terang dan gelap yang senantiasa bersisian tipis. terkadang bela kalah oleh emosi, kilap nominal badai, terpiuh nafsu. sesekali mengeras bongkahan nurani. angkara tipis bersisian dengan jernih, menggarisi berpaling, menjadi asam..........
jalanlah, menuju penarikmu. pijakan kesepuluh jari dihentak keras lembutnya berlaksa alas. ada kerakal juga kerikil, ia ingin demikian genggami. namun hamparnya riuh senyap, melipur ia akan hentak hentak penjejak. merupa bulat roda, langkah perlahan, jinjit dan pelari. ia maknai beberapa bentuk diseruak warna. engkau menjurakah, di dangkal dalam serta sempit lapang. jalanan ajari terjal. sedari jingga ke pekat bertabur bebintang. ada penarik lajur dengan beberapa tanda tiada terhingga. hingga tetubuh bersulang jalan berlarik larik. entah berbatu, meriak ataukah bergelombang
***** bandung, 06-9 Maret 2013
Senin, 25 Februari 2013
IA
hanya Tuhan yang merapatkan bebintang pada malam.
hanya IA yang menarik lingkar lingkar dipukau bulan. sertai pengeja kata,
pengeja relung, pembaca senyap, penyimak isak serta teriakan. malam akankah benamkan gelap.
atau malam cerlangkan setiap temaram. remang selalu
jumpai lampu lampunya. hanya Tuhan yang paham mengapa
ada temaram, gelap, pun terang. tak kupaham bagaimana warna linangan.
kehilangankah yang terkadang mendekap dimuka kaca. senyum
hari hari tak mesti jernih, entah dimana wajah menautkannya.
terkadang banyak kusut wajah mengasam. beberapa wajah baik dan membaik.
beberapa tak baik serta bersikeras, tenggelam muncul dipekat malam.
akankah bebatu berguncang. hanya Tuhan yang Maha Halus digelap dan terang. IA hapal bagaimana mesti
hamparkan malam usai senja, menghampar pagi setelahnya. IA paham maksud setiap jumpa
para insani. Ia milikki segala Hendak. IA pula Penarik tali tali bila mesti usai.....
maka saat pagi merentang kepak, lari dan berlompatanlah!
***** bandung, 26 Pebruari 2013
Kamis, 21 Februari 2013
Launching Antologi Negeri Poci 4 (tema variatif)
UNDANGAN
RUMAH SASTRA KITA, dan Komunitas Negeri Poci bekerjasama dengan TAMAN BUDAYA TEGAL mengundang para penyair pengisi buku dalam acara peluncuran buku, Antologi Puisi 99 Penyair dari Negeri Poci 4 pada:
Sabtu/ Minggu 9-10 Maret 2013 di Tegal.
...........Acara:
1. Silaturakhmi ke rumah Ibu Piek Ardijanto Soeprijadi Jl. Cerme (Marpangat 468) Tegal,
2. Diskusi sastra di Taman Budaya Tegal dan,
3. Peluncuran Buku NEGERI ABAL-ABAL, Antologi Puisi 99 Penyair DNP 4 dan acara kebudayaan SEMALAM DI NEGERI POCI di Pendopo Wwalikota Tegal
Tersedia hotel secara cuma-cuma selama 2 (dua) malam (9-10 Maret 2013).
RSVP:
Adri Darmadji Woko - SMS Only: 0856-177-6210
Antologi Penyair Indonesia Dari Negeri Poci 4
ISBN: 978-602-8966-44-3
Tebal: 722 hal.
Edisi Hard Cover
...........DAFTAR 99 PENYAIR:
Abah Yoyok,
Abdul Salam H.S.,
Adri Darmadji Woko ,
Alex Robert Nainggolan ,
Alya Salaisha-Sinta ,
Antho M. Massardi,
Arther Phanter Olii ,
Aspar Paturusi,
Astry Anjani,
A'yat Khalili ,
B. Irawan Massie,
B. Priyono Soediono,
Boedi Ismanto S. A.,
Cunong Nunuk Suraja,
Dahta Gautama,
Dalasari Pera,
Daru Maheldaswara,
Dedet Setiadi,
DG Kumarsana,
Dharmadi,
Dharnoto,
Dianing Widya,
Dimas Indianto S.,
Donny P. Herwanto,
Dwi Rahariyoso,
Eka Budianta,
Eko Budihardjo,
Elis Tating Bardiah,
Endang Werdiningsih,
Es Wibowo,
Evi Idawati,
Fakhrunnas M.A. Jabbar,
Farra Yanuar,
Frans Ekodhanto Purba,
Gunoto Saparie,
Hamzah Muhammad,
Handrawan Nadesul,
Handry T.M.,
Hanna Yohana,
Hardho Sayoko S.P.B.,
Hendro Siswanggono,
Hendry Ch. Bangun,
Heni Hendrayani Sudarsana,
Herman Syahara,
Husnul Khuluqi,
Imelda Hasibuan,
Isbedy Stiawan Z.S.,
J. Btara Kawi,
Joshua Igho,
Jusuf A.N.,
Kurnia Effendi,
Kurniawan Junaedhie,
Lailatul Kiptiyah,
Landung Simatupang,
Latief S. Nugraha,
M. Enthieh Mudakir,
M. Djupri,
Mardi Luhung,
Mariati Atkah,
Memed Gunawan,
Moh. Ghufron Cholid,
Muhammad Asqalani eNeSTe,
Naning Pranoto,
Nella S. Wulan,
Nia Samsihono,
Nissa Rengganis,
Oei Sien Tjwan,
Prijono Tjiptoherijanto,
R. Valentina Sagala,
Rahadi Zakaria,
Rahmat Ali,
Rahmat Heldi H.S.,
Rama Firdaus,
Rama Prabu,
Ratu Ayu,
Rika Istianingrum,
Rini Fardiah,
Rismudji Rahardjo,
Rukmi Wisnu Wardhani,
Ryan Ibayana,
S.P. Budisantosa,
Setiyo Bardono,
Sjafrial Arifin,
Slamet Riyadi Sabrawi,
Soni Farid Maulana,
Sus Setyowati Hardjono,
Susy Ayu,
Sutirman Eka Ardhana,
Syaifuddin Gani,
Syarifuddin Arifin,
Udin Sape Bima,
Wahyu Wibowo,
Wayan Sunarta,
Windu Mandela,
Yadi Riyadi,,
Yogira Yogaswara,
Yvonne de Fretes,
Elvynn G. Masassya( Penyair Tamu:)
****** Bandung, 21 Februari 2013
_____ nb : Terima kasih TIM NEGERI POCI, Sukses & lancar acaranya, blessings!
bahwa HARAPAN, KASIH DAN DOA, bersayap dijendela, bertengger dijiwa, bermelodi tak
berkata serta menerus tiada henti . . . *Emily Dickinson, poetess ,, maka warnai setiapnya dan doa meruas hangat...*nsw
Selasa, 12 Februari 2013
SELEMPANG GERIMIS
senja pagi, berselempang gerimis/ pemberian langit terdiam/
untuk terbiasa berlama memadah/ untuk selalu mendekapnya, membulir/
:bahwa berpuisi adalah bersukacita/
bahagia lirih, luruh serta seloroh larik larik/
yang tak tertukar kepemilikannya/
yang barangkali Allah menaut ide di jari jari hati/
menjangkar dari lempar sauh lauh/ melontar tak dendam/
kuku memerah anyir/
senja pagi, berselempang gerimis/
tak menciut sebab nitik/ dari sekian lompat di kelokan, ia sebentuk lebar/ meluaslapangkan
tanah jalur lambat dan lariannya/
lahan menanam pohon aroma, untuk dapat mengetuk pepintu/ bestari alamku,
pagi hingga senja telah melompat ke mentari/ bulir gerimis dibahu lengan ke dada perut/
jalan dan lariannya sesak dan lengang//
***** bandung, 13 Pebruari 2013
Jumat, 08 Februari 2013
TANYA JAWAB
gerusan musim bergelombang tanya/ dari helai helai
waktu/ dihembus angin, bergoyang saat kemarau dan penghujan/
bebirai hampar kerakal/ ditandus subur rindang/ tetap genggamlah sejumput ketenangan cerlang/
ia, sinar yang tak kasat mata/
hingga ke lengan arus/ bangku kayu simak percakapan pohon di samping pepintu lembah/
rerumput rebah menari, bawakan sejuk sehalus rindu: akan jawab dari setiap tanya/
gelombang luap ke bahu, ke keningmu/ basah membawa pasirnya/
pemikiran debur/ hempas risau sebab sejati adalah tak jumpai batu lumpur/
likat tanah lalu, yang membalut tungkai ke lutut/ maka dari tanya, gerusan musim
menariknya, menarikku, untuk kini masa/ jumpai pepintu jawab/ senantiasa genggamlah pasang ketenangan cerlang //
***** bandung, 09 Pebruari 2013
Selasa, 05 Februari 2013
RAMBUT KUCHA
jika saja tahun bisa diulang, kucha ingin menetap dengan siapa/
ia termangu, benahi kusut rambut/ dengan jemari yang terus bincang,
tentang kelakar, kelingking dilima jarinya, padahal tak/ bahwa mengapa
teman berpicik, tak akui tega pernah jambakki rambutmu/
lalu lagi lagi kau tanya, jika saja diberi ulang: akankah
rambutku seperti ini?/ torehan telapak setiap orang berbeda,kucha/ begitu pun
gores gores sidik disetiap pangkal jari/ meski sama lima hingga dua puluhnya, namun ia memiliki
nasib baik serta buruk/ juga intuisi endapi hangat terbit mentari/ begitupun rambutmu, kucha/ kau bilang bidadari gelantungan
dibeberapa helainya, sebelum kelahiran/ maka gerigi bermili milimeter/ bentuk rambut temanmu dan orang lain berbeda/ seperti kau lahir dari salon, dengan penata rambut disembilan bulan/
tak seorangpun tahu, juga tak ada wasilah digerai halus rambutmu/ jika saja tahun bisa diulang, merapat di sini, kucha/ bersabar, tunggu hingga memuat meja berbuku buku, mulailah lagi menimba ajar/ berjilid, serap segala kerap //
***** bandung, 06 Pebruari 2013
ABABIL
ke mana ababil, ia bawa reruas sayap derai usai lembayung/
beritahukanlah, kini, beberapa saat, esok atau lusa/
tentang bergoyangnya reranting selepas kencang angin/
tentang menciut tali tali dibebatang/ tentang
mentari yang setiai harmoni kelopak bebunga dan berlepas/ dipurna basah/
ke mana ababil dengan ruas ruas lebar menerjang remang cuaca/
hirau cemburu adalah asam dikelepak/ jangan dendami tumpukan cemooh,ia cerca seruak membentuk getah/ membiar untuk jumpai
takdir, waskita akan kering dan rizkinya/ sapamu pagi, ababil, bicara dilekat pekat dinding/ liris lafadz, pada berjilid rindu/ dikayu laksa tempat menanti berdepa harum/ unggah sinar dimata, kening yang menjangkau cerlang nanti/ berlapang terbang disayap cinta, ababil/ beritahukan kelepak kearah mana bebunyian menarikmu, dari telinga kesegala detak/ perlahan tarik nafas, tersimakkah juga, bagaimana keriuhan senyapmu mewarna //
*****
bandung 05 Pebruari 2013
Jumat, 01 Februari 2013
SENJA KADANG MERUPA PAGI
senja kadang merupa pagi, apalagi disertai sejuk gerimis/
aku menyukainya, kau juga,
mereka pun mencintainya/ hanya saja mentari memulasnya lembayung/ betapa lengan lengan mengitari rindu, hangat semakin piuh/ kau tahu, disetiap kuncup dan tetes gerimis/
ada sejuk yang mengelupasi pedih akan sebentuk lontaran/ entahlah bahagia dekapmu, adanya?/
.......... senja kadang merupa pagi, apalagi disertai tangkup kesepuluh jarimu di jari jariku/ gerimis lindap disela sela, mengguit lantun jarak dibening pemahaman/ akan perbincangan dampal dibeberapa telapak/ kepal serta regang, takkan balut kesia siaan/ maka pilah semburatmu, sedari kini, sebelum pagi membawa bebulir/ hingga keningmu dikeningku/ indahlah senja, sempurna doalah gerimis/ ........... senja kadang merupa pagi/ tak membilang berlaksa akan/ menanak ayunan berdenting denting //
***** bandung, 01 Pebruari 2013
Minggu, 27 Januari 2013
KEDIAMAN
esok, bila tiba gerimis pagi/
menanamlah di tanah semi/
di kediaman, tempat pemilik berdiam/
tempat diam menata relung/ tempat bermukim mimpi/
tempat bertualang keindahan/
wadah eratkan simpul cinta, yang kita tarik dari angin/ terkadang seteru,koyak kencang longgar/
ialah lahan berdinding dingin sejukmu/ berpintu rindu, meski terkadang derit/ . . . . . .
esok, bila tiba gerimis pagi/
menanamlah di tanah semi/ lahan gembur menetap kedamaian/
wadah setiap madah terdiam berlama lama/ tempat bernaung keriuhan senyap, yang menelusuri kening pagi ke tubir malam/ tempat tersimak kuncuprekah jantungku dijantungnya/
tempat kepalaku dikepalanya/
tanganku ditangannya/ tungkaiku ditungkainya/
hingga tumbuh, menanti, tetaplah aku sukma berbunga bunga//
***** Bandung, 27 January 2013
Senin, 21 Januari 2013
MEMUAT PETA
getir angin disembab musim musim/
memuat peta : petak jalan dan luaslebarnya/
terbang basah ruas ruas/
menitik untuk beberapa tetes yang bisa derai
telah meniti berderit derit, menata kata diteralis jendela bumi
maka biarkan tetesan terbang/
dari tanak tubir penglihatan/ yang tak semestinya ditetesi bebulir/ keriuhan, kutahan untuk sembab/ barangkali basah sudah pilu/ angin mengeringkan hembusan peduli ialah pemikiran dientah tambalsulam/ atau rentangan bahan/ namun panjatan, doa untuk kering yang terbang/ dari celah harubiru, telapak telapak halus terbuka membawa tetesan terbang //
***** bandung, 21 January 2013
Jumat, 18 Januari 2013
BANJIR
BANJIR
mentari suam, itu banjir, gelegak temu luap/
sulang deras menggenang, juga embun dan debu sembab/
itu banjir, bukan airmata/ maka, mata dan lengan lengan sigap/
namun dada dada mereka lembab //
***** bandung, 18 January 2013
Rabu, 16 Januari 2013
TAK ADA BEBATU, TERKADANG
tak ada bebatu, terkadang
hidangan demi hidangan ialah sunyi ke senyap
tempat ia berkasih lara
tempat ia membawa bara ....../
tak ada bebatu, maka lihat, tataplah
dengan wajah dan lengan lengan
: terkadang telapak telapak betapa dekat,
terkadang berjauhan...../
tak ada bebatu, terkadang hanya angin
hembusnya menumpuk lipatan rindu
terkadang ruas ruas melembab basah,
terkadang digoyang musim...../
tak ada bebatu, terkadang
tersaji gumpalan tertumbuk ritmis
pada gerimis pagi
menimpa jari diperut menekan lara ...../
tak ada bebatu, hanya debu debu halus
maka lihat, tataplah
dijeda lapang sayap rajawali pun gagak
memuat intuisi dan para nasib .....
..... //
*****
Bandung, 16 January 2013
Kamis, 03 Januari 2013
CANDI
kisah dari candi, berucap hening dimerdu kepak sayap sayap.
sekitar, aroma pepohon memahat bebatu. relief ucap tentang leliku panggung.
tentang suka duka. tentang tarik perjuangan. tentang uluran cinta. tentang genggam rindu. tentang bebulir tangis. tentang lengkung lurus dinding dinding purba. candi menggelar helai helainya wewangi. berton ton bebatu semen. berkodi petuah dilurik batik. bahwa manusia berdinding relung. membentuk gelungan halus atau keras, apakah menghampar lebar atau berpetak . . .
^candi Hindu_ Prambanan, Magelang- Yogya
^candi Budha_ Borobudur, Sleman- Yogyakarta
***** bandung, 03 Januari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)