denting jendelaku, lantunkan untaian, puisi, cerpen dan pernak pernik kehidupan... *Bandung, West Java - INDONESIA
jendela nella s wulan ,
Senin, 08 Juli 2013
CERPEN : BERTANYA IA
Hampar langit dikidung lembayung. Awan menepi, sesekali pipit bersenandung, kepaknya pada sarang tempat ia merebah paruh. Rerumput api mendingin, bergerak perlahan tandai bergesernya dentang. Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi! Orang-orang lalu lalang. Ilalang telah kelupas beberapa bulir keringnya oleh kencang siang. Denting senja, sayup terdengar seiring derai dawai di jemari Pabez. "Terus Bez, jangan diam. Berdentinglah untukku." Pabezi lekat menatap pandang sahabatnya. "Sudah petang,Deis, ayolah, masih ada esok untuk senandungku, berpohon-pohon!" Deisy terdiam. Ia menggeleng. "Masih senja yang pagi, Bez,kau tahu itu? Dawai membuat rerumput,pohon serta lembayung kian pagi." Pabez tak bisa hentikan getar senarnya. Tak tega ia halau pinta Deisy, sahabat masa kecilnya. Lama nian mereka tak bertemu. Bertahun-tahun, bermil-mil jarak samudera mampu menautkan persahabatan mereka. "Kau masih aster yang dulu, Deis." "Matamu muram, Bez!" Derai tawa Deisy. "Lihat, sedikit kerutan mulai muncul dilengkung-lengkung pipiku. Dan beberapa helai uban hiasimu. Namun, begitulah cara waktu dan doa bertanya jawab. Cara ia menandai manusia." Pabez hanya mendehem pelan. Entah jawaban iya ataukah tidak. Tak ada yang abadi, jangan biarkan lara menggenggammu . . . *(bersambung_ . . . )
Langganan:
Postingan (Atom)