jendela nella s wulan ,

jendela  nella  s wulan     ,

Minggu, 07 November 2010

BEDAK APA ITU, BU

bedak apa itu, bu

mengidung petang saat bebintang mulai tandang dengan larillari kecil

sembari pikuk cengkerama. seorang anak perempuan saksikan tivi dengan

seksama menanya tentang berita pilu akan tangis sesenggukan ibuibu yang

simbah genang hujan beralih kesembab matanya. bengkak merah kehitam ,

bukan pandangan indah."mengapa ia, bu? ada apa dengan sembur asap gu-

nung merapi? mengapa orangorang bersedih, berlarian?"

anakku, Gusti sedang menguji dan mencoba kita dengan letusan merapi. "tapi

kenapa sesak kulihat gumpal asap yang seperti bulu domba itu ya, bu?

Nah itu.. yang itu lihat, bu bedak apa yang ia pakai? mengapa tidak putih seperti

bedak dingin yang biasa ibu pakai? nenek itu, bu, berkacakaca matanya, linang

tetes airmatanya , ah bukankah bedak dingin itu adem dan tidak pedih. itu bukan

bedak dingin seperti yang ibu pakai? mengapa abu menghitam dan seperti lumpur?

ia menangis dengan bedaknya, bu?" perlahan sang ibu menjawab tersedak sebab

memang tayangan tivi tentang korban letusan merapi yang mengharukan. "Anakku,

bedak itu bukan bedak dingin lulur seperti yang ibu pakai, bedak itu adalah lumpur

yang sembur dan belum sempat dibersihkan karena tak pula tersedia air tuk mem -

bilasnya saat itu. bedak itu panas hingga genang linang airmatanya menahan pedih.

rambut mereka pun gimbal karena sembur lumpur yang memilu."

"begitukah, bu, bukan bedak dingin butiran? ah, panas lumpurnya ? tak kuasa ku

menontonnya, kasihan mereka, bu, semoga cepat tiba pertolongan ya, bu. juga

gunungnya aman berdamai tak muntahkan lava lagi."

" Gusti sayang mereka kan, bu? Oh, bedak itu bukan bedak dingin, bu ?"

. . . . . . . .

********

Bandung, 07 Nopember 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar